Social Icons

Tuesday, June 28, 2016

SUTRA MAHA CUNDI DHARANI

Suatu saat, Yang Terberkati, Sakyamuni Buddha sedang berdiam di dekat Shravasti, pada taman Anathapindada di hutan Jeta. Pada saat itu Sang Tathagata merenungkan dan mengamati para makhluk hidup di masa mendatang. Dengan perasaan yang penuh welas asih kepada mereka, Sang Tathagata memutuskan untuk menjelaskan secara terperinci Cundi Dharani, hati ibu dari tujuh koti para Buddha. Lalu Sakyamuni Buddha menyatakan mantra : 
 
NAMO SAPTANAM SAMYAKSAMBUDDHA KOTINAM TADYATHA: OM, CALE, CULE, CUNDI SVAHA.

Bila ada bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika menjunjung tinggi dan menjapa dharani ini 800,000 kali, semua pelanggaran karma mematikan yang dibuat sejak masa tak berawal dapat dilenyapkan. Individu tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan semua Buddha dan Bodhisattva dimanapun ia lahir, dan akan terberkati dengan sekumpulan karma baik sesuai dengan yang diinginkannya. Dia juga akan mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan lingkaran tumimbal lahir dalam setiap kehidupannya, menegakkan ajaran dan sumpah para Bodhisattva.

Individu tersebut akan selalu lahir pada alam manusia dan alam dewa, serta terhindar dari berjumpa dengan kelahiran di jalan kejahatan, dan selalu dilindungi oleh makhluk surgawi. Bila terdapat umat awam menjunjung tinggi dan menjapa dharani atau mantra ini , maka rumah tangganya akan selalu terhindar dari penderitaan dan malapetaka, serta penyakit. Semua yang dilakukan oleh orang tersebut akan selalu menguntungkan. Kata-katanya akan dipercaya dan diterima oleh orang lain.

Bila seseorang selesai menjapa mantra tersebut 200,000 kali, dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, dan Sravaka, serta melihat zat berwarna hitam keluar dari mulutnya.
Sebaiknya seseorang dengan pelanggaran karma berat, ketika sedang membaca mantra tersebut 200,000 kali dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha dan Bodhisatva dan dalam mimpinya akan mengeluarkan zat berwarna hitam.

Bila seseorang telah melakukan salah satu dari lima pelanggaran sila yang mematikan (Panca Garukha Karma) , dan tidak mendapatkan mimpi yang luar biasa ini, disarankan untuk membaca mantra ini 700,000 kali. Setelah itu, orang tersebut akan mendapatkan mimpi yang luar biasa dan pertanda. Ketika seseorang bermimpi suatu pasta berwarna putih seperti lem kanji yang tebal, maka hal itu mengindikasikan bahwa dia telah mendapatkan pemurnian karma.

Sekarang saya akan membabarkan apa saja kegunaan maha - dharani ini. Seseorang sebaiknya berdiri didepan patung Buddha atau diatas tanah bersih didepan stupa. Tuangkan Gomaya (=kotoran sapi, di India dianggap sebagai bersih dan murni) diatas tanah dan buatlah altar mandala berbentuk kotak. Hiasi mandala tersebut dengan bunga, dupa, kanopi, makanan, lampu, dan lilin. Sesuaikan dengan ukuran mandala. Lakukan persembahan ini sesuai dengan kapasitas seseorang. 

Lalu japa mantra dan semprotkan parfum ke empat penjuru, serta atas dan bawah, untuk membuat proteksi spiritual. Letakkan sebotol parfum pada tiap-tiap sudut dan pada pusat altar mandala. Praktisi harus memasuki mandala dengan berlutut dan menghadap ke timur. Japa mantra 1080 kali dan botol parfum akan berputar dengan sendirinya. Peganglah berbagai macam bunga dengan kedua tangan, dengan posisi saling menyilang. Orang tersebut akan melihat penampakan para Buddha dan Bodhisattva. Japa lagi mantra tersebut 108 kali dalam bunga-bunga dan lemparkan ke udara sebagai sebuah persembahan (kepada para Buddha). Tanyakan semua jenis pertanyaan, dan pertanyaan tersebut akan terjawab.

Bila seseorang harus mengidap suatu penyakit karena berhadapan dengan makhluk gaib, japa mantra tersebut ke dalam rumput cogon dan sapukan rumput cogon tersebut ke pasien. Pasien tersebut seharusnya akan sembuh.
Bila seorang anak kecil kesurupan hantu, ambilah benang lima warna, dan suruhlah seorang gadis muda untuk memintal benang tersebut menjadi sebuah benang. 

Ambillah benang lima warna tersebut dan ikatkan simpul, sambil japakan mantra, sampai sebanyak 21 simpul. Ikatkan benang dengan 21 simpul tersebut ke leher anak kecil tersebut. Japakan mantra sebanyak 7 kali ke dalam segenggam biji mustard dan lemparkan biji mustard ke wajah anak kecil tersebut. Anak tersebut akan sembuh dari kesurupan.
Aplikasi lain dari mantra dan termasuk metodenya:

1.Untuk orang yang kesurupan hantu, pada saat orang tersebut hadir, gambarkan ciri-ciri tubuh dari orang tersebut pada selembar kertas. Japa mantra ini pada batang dahan willow dan pukulkan gambar tersebut pada orang sakit dengan batang dahan willow. Ini akan menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Bila pasien berada pada tempat yang jauh, japa mantra ini ke batang dahan willow tujuh kali, dan kirimkan orang lain dengan batang tersebut. Suruh orang tersebut menggambar ilustrasi pasien dan pukulkan gambar tersebut kepada pasien dengan batang. Ini akan menyembuhkan pasien dari sakitnya.

2.Bila seseorang menjapa mantra ini ketika sedang dalam perjalanan, dia tidak akan perlu takut berjumpa dengan pencuri, perampok, dan binatang buas.

3.Bila seseorang secara konstan membaca mantra ini, dia akan memenangkan segala macam percekcokan. Bila seseorang menyeberangi lautan, japalah mantra ini dan dia tidak akan bertemu dengan gangguan yang disebabkan makhluk-makluk jahat yang ada di lautan.

4.Bila seseorang dikurung dan tangannya diikiat, japalah mantra ini, dan dia akan dibebaskan.

5.Bila terdapat sebuah negara yang menderita karena banjir, kelaparan, atau wabah penyakit menular.Siapkan krim susu, biji wijen, dan beras mengkilat yang tidak lengket. Gunakan tiga jari, ambil masing-masing seporsi dari bahan tersebut untuk menyiapkan adonan. Japa mantra tersebut ke dalam adonan, dan lemparkan ke dalam api. Lakukan hal ini terus-menerus selama 12 jam, selama 7 hari dan semua malapetaka akan dilenyapkan.

6.Buatlah sebuah mandala stupa diatas pasir dipinggiran sungai sambil japakan mantra. Lakukan ini sebanyak 600,000 kali. Seseorang akan melihat Bodhisatva Kuan Yin atau Tara. Atau mungkin dia akan melihat Vajrapani. Apa yang anda doakan pada saat ini akan terpenuhi. Seseorang akan mendapatkan pengobatan spiritual atau mendapatkan prediksi pencapaian keBuddhaan.

7.Bila anda mengitari gambar pohon bodhi searah jarum jam dan menjapa mantra ini sampai 10 juta kali, anda akan menyaksikan seorang Bodhisatva membabarkan dharma kepadamu dan diijinkan untuk mengikuti bodhisatva tersebut.

8.Bila anda melakukan persembahan makanan dan sering menjapa mantra ini, anda akan terbebaskan dari berbagai manusia jahat atau anjing liar. Bila anda pada awalnya menyelesaikan mantra ini di depan pagoda, atau patung Buddha, atau stupa dan sesudah itu melakukan persembahan yang sangat besar pada tanggal 15 suklapaksa (Yang Terang, tengah bulan pertama dalam satu bulan), japa mantra selama satu hari sambil berpuasa makanan, anda akan bertemu dengan Vajrapani dan mendapat undangan untuk pergi ke istananya.

9.Bila anda berdiri didepan sebuah stupa menegakkan tanda dimana roda dharma pertama diputar, atau stupa didirikan dimana Buddha lahir, atau stupa didirikan dimana penerus Buddha langkah berharga dari Surga Triyamsa, atau semua stupa yang berisikan relik, mengitari stupa tersebut searah jarum jam dan menjapa mantra ini. Anda akan melihat Bodhisattva Aparajita dan Bodhisattva Hariti. Keinginanmu akan terpenuhi. Bila anda memerlukan pengobatan secara spiritual, maka hal itu akan diberikan kepadamu, dan anda juga akan mendapatkan ceramah pada jalan Bodhisattva.

10. Bila ada seseorang yang menjapa mantra ini tidak berada pada tempat yang suci, maka ia akan menerima sebuah kunjungan dari semua bodhisatvva, tanpa menghiraukan dimana dia berada. Maha Cundi dharani ini adalah mantra yang penuh kilauan, dan dijelaskan secara terperinci oleh para Buddha di masa lampau, dan akan dijelaskan oleh para Buddha pada masa mendatang. Kenyataannya, para Buddha pada saat ini menjelaskan mantra ini, seperti yang kulakukan hari ini. 

Hal ini perlu dilakukan untuk menguntungkan setiap makhluk sehingga mereka mencapai penerangan sempurna. Bila ada suatu makhluk yang kurang pahala dan memiliki akar karma baik sedikit, dan tidak memiliki kapasitas natural dan faktor pedukung yang cukup untuk pencerahan akan sangat beruntung menerima dharani ini. Dia akan melaju dengan cepat mencapai penerangan sempurna (Anuttara-Samyak-Sambodhi). Bila seseorang secara konstan ingat untuk menjapa mantra ini, akar-akar karma baik tak terbatas akan matang menuju ke pencapaian.


Ketika Buddha membabarkan Cundi Dharani , makhluk hidup yang tak terbatas jumlahnya terangkat dari kekotoran batin, dan menerima karma baik dari Maha Cundi Dharani, Mantra Maha Terang dan menyaksikan kehadiran para Buddha, Bodhisattva dan makhluk-makhluk suci dari sepuluh penjuru, sebelum mereka bernamaskara dan meninggalkan pertemuan.

1

MAHA KARUNA DHARANI SUTRA


Demikian yang aku dengar, saat Hyang Sakyamuni Buddha berada di Gunung Pu Tuo Lo, tempat Istana Avalokitesvara, Hyang Sugata duduk di tempat yang teragung. Duduk dengan posisi Simha, yang terbuat dari beraneka mustika; tempat memuliakan Hyang Thatagata. Dihiasi oleh ratusan bendera artribut kebesaran para Bodhisattva dan Dewata.
Pada saat itu Sang Tathagata berada di atas tempat duduknya yang selanjutnya ingin membicarakan perihal Cung Ce To Lo Ni (Saddharana Dharani) , antara lain dihadiri oleh Para Maha Bodhisattva Mahasattva yang tidak terhitung banyaknya yaitu;

Cung Che Wang Phu Sa, Pao Wang Phu Sa,
Yo Wang Phu Sa, Yo Sang Phu Sa,
Kuan Se Im Phu Sa, Ta Se Ce Phu Sa,
Hua Yen Phu Sa, Ta Cuang Yen Phu Sa,
Pau Chang Phu Sa, Te Chang Phu Sa,
Cing Kang Chang Phu Sa, Si Kung Chang Phu,
Mi Le Phu Sa, Phu Shien Phu Sa

demikianlah seluruh Bodhisattva Mahasattva yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat memberikan berkah tidak terkira di dunia ini .
Terdapat juga tiada terhitung banyaknya Maha Sravaka, Para Arahat yang telah menjalankan Dasa Bhumika; di mana Maha Kasyapa sebagai pemimpinnya.
Juga terdapat tidak terhitung banyaknya Para Brahma dan Raja Langit, dibawah pimpinan San Ca Fan Mo (Brahma Sanca).
Juga tidak terkira banyaknya Para Pangeran dari alam Karma Dhatu yang di pimpin oleh Chi Pho Cie Thien Ce.
Demikian pula Para Dewa Pelindung Dharma yang dipimpin oleh Thi Thou Lai Ca.
Terdapat juga tiada terhitung banyaknya Para Dewa, Naga, Yaksa, Gandhaeva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia, bukan manusia; yang dipimpin oleh Maha Dewa Naga Pala.
Terdapat juga tidak terhitung banyaknya para wanita dari Karma Dhatu yang dipimpin oleh Thung Mu Thien Ni.
Terdapat juga tidak terhitung banyaknya Dewa Angkasa (Shi Khung Sen), Dewa Sungai, Dewa Laut, Dewa Sumber Air, Dewa Danau, Dewa Pohon Obat, Dewa Tempat Tinggal, Dewa Air, Dewa Api, Dewa Bumi, Dewa Angin, Dewa Tanah, Dewa Gunung, Dewa Batu, Para Dewa Istana yang tiada terkira banyaknya hadir dalam pertemuan Dharma ini.

Di dalam Persamuan Dharma ini, Avalokitesvara Bodhisattva memancarkan cahaya terang benderang. Cahayanya berwarna emas yang dapat menembus sepuluh penjuru dunia dan mempengaruhi Tiga Ribu Maha Besar Alam Semesta, Istana Dewa, Istana Naga, juga Istana Para Dewa-Dewa yang lain terguncang adanya. Sungai, kali, lautan yang luas, Gunung Besi, Gunung Semeru, Gunung Tanah, Gunung yang gelap gulita, semuanya juga terguncang Matahari, Bulan, benda-benda di luar angkasa (bintang) tertutup cahayanya sehingga tidak terlihat muncul.
Pada saat itu Chung Che Wang Phu Sa melihat keadaan yang aneh ini, berdiri dari tempat dudukNya, merangkapkan kedua belah tangannya, dan bertanya kepada Hyang Buddha: “ Siapakah yang mempunyai kesaktian seperti ini ?”, bertanya dengan menggunakan syair sebagai berikut:
• Siapakah pada hari ini mencapai kesadaran agung, memancarkan sinar yang begitu terang benderang.
• Sepuluh penjuru dunia berwarna keemasan. Demikian juga Tiga Ribu Alam Semesta.
• Siapa yang pada hari ini memperoleh kesempurnaan dengan mempertunjukkan kekuatan Maha Dewa.
• Negeri Buddha tanpa batas seluruhnya bergetar, di Istana Naga dan Dewa tidak ada ketenangan.
• Hari ini semua makhluk terdapat keragu-raguan, tidak terukur kekuatan jodohnya.
• Untuk Para Buddha, Para Bodhisattva, Maha Sravaka, untuk Para Brahma, Dewa, dan Suku Sakya lainnya,
• Mohon kesedian Sang Sugata Yang Maha Maitri Karuna menjelaskan asal dari kegaiban ini.

Hyang Buddha memberitahukan kepada Chung Ce Wang Phu Sa: “Orang Budiman, pada pertemuan ini ada seorang Bodhisattva Mahasattva bernama Avalokitesvara yang telah membina diri dari kalpa yang tidak terhitung lamanya, sudah memperoleh kesempurnaan Maha Maitri Maha Karuna. dan telah berhasil membina diri sesuai ajaran Dharani yang tiada batasnya, untuk memberikan ketenangan, kegembiraan kepada semua makhluk. Demikianlah kekuatan kesaktian yang diperolehNya”. Demikianlah yang telah dikatakan Hyang Buddha.

Pada saat itu Hyang Avalokitesvara berdiri dari tempat dudukNya, merapikan jubahNya, beranjali menghadap Hyang Buddha dan berkata: “Sang Bhagava Saya mempunyai Mantra Maha Karuna Dharani. Sekarang ingin ‘Ku sampaikan agar para makhluk dapat memperoleh ketenangan dan kegembiraan, menghilangkan segala macam penyakit, memperoleh usia yang panjang, memperoleh kemakmuran, melenyapkan seluruh karma buruk yang berat, menjauhi kesusahan, menambah pahala sesuai dengan ajaran Dharma, menyempurnakan akar kebajikan, menjauhi rasa ketakutan, secepatnya tercapai keinginannya, mohon kesedian Sang Bhagava mendengarkan dengan penuh welas asih dan menyetujuinya.
Hyang Buddha bersabda: “ Orang Yang Budiman Anda membangkitkan Maha Maitri Karuna, memberikan ketenangan dan kegembiraan kepada semua makhluk mengulang Dharani ini. Inilah saatnya yang benar untuk menyampaikan kepada semua orang, Tathagata penuh kegembiraan demikian juga Para Buddha.”

Avalokitesvara Bodhisattva berkata kepada Buddha: “ Aku mengingat kembali ribuan kalpa yang lalu, pada saat itu hidup seorang Buddha yang bernama
Chien Kuang Wang Cing Cu Ju Lai. Sang Bhagava menyayangiKu dan demi semua makhluk membabarkan Maha Karuna Dharani dengan tangan emasNya mengusapi kepalaKu dan berkata: “Orang Budiman, jika Anda terus menerus membaca Dharani ini untuk menolong Para Makhluk yang susah pada masa yang akan datang melakukan perbuatan yang berguna dan membahagiakan para makhluk; pada saat itu Aku baru mencapai tingkatan kesucian yang pertama.

Begitu mendengarkan Dharani ini langsung mencapai tingkatan kesucian yang kedelapan. Di dalam batinKu timbul kegembiraan. Pada saat itu juga
Aku membangkitkan Prasetya dengan tekad: “ Jika pada waktu yang akan datang Aku berguna dapat memberikan ketenangan dan kegembiraan kepada semua makhluk, saat itu juga tubuhKu akan berubah dan mempunyai tangan seribu mata seribu.” Setelah membangkitkan prasetya ini, segera sempurnalah tubuhKu dengan memiliki tangan seribu mata seribu. Sepuluh penjuru alam semesta terjadi enam macam getaran, sepuluh penjuru ribuan Para Buddha segera memancarkan cahayaNya, menyinari seluruh tubuhKu sampai ke seluruh penjuru alam semesta tanpa batas. Sejak saat itu terulang kembali di Alam Buddha yang tanpa batas pada saat Pertemuan Dharma yang tidak terhitung banyaknya selalu terdengar kembali. Terus menerus mengulang membaca Dharani ini dengan selalu membangkitkan kegembiraan, kebahagiaan tanpa batas sehingga melewati miliaran kalpa kelahiran dan kematian yang tidak terhitung banyaknya. Sejak saat itu terus membaca tanpa terlupakan. Dari pahala membaca Dharani ini disetiap kelahiran akan selalu bertemu Buddha, mempunyai Bodhicitta yang bersih bagaikan bunga teratai, tidak terlahir dengan badan yang penuh dengan kekotoran batin. Jika terdapat Para Bhikksu, Bhiksuni, Para Upasakha Upasikha, anak laki-laki dan perempuan ingin menbacanya, semua makhluk harus membangkitkan Maitri Karuna, lebih dahulu harus membangkitkan prasetya yang seperti Aku lakukan:
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya mengerti seluruh Dharma.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya mempunyai mata kebijaksanaan.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya menolong semua makhluk.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya dengan mudah dapat melakukan perbuatan baik.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya memperoleh perahu kebijaksanaan.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya melewati lautan samsara.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya berhasil menjalani sila dan samadhi.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya mencapai ketenangan Nirwana.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya mencapai keseimbangan batin.
• Namo Maha Karuna Avalokitesvara, aku bertekad secepatnya memperoleh kesadaran Buddha

Bila aku hendak dibunuh dengan golok, golok tersebut patah atau putus.
Bila aku sedang mengalami emosi kemarahan, api kemarahan tersebut akan segera padam.
Bila aku sedang mengalami penderitaan seperti di neraka maka penderitaan tersebut akan langsung berhenti.
Bila aku seperti setan kelaparan, maka akan segera terasa kenyang kembali
Bila aku seperti asura, maka aku dapat mengendalikan batin yang jahat.
Bila aku menjadi binatang, binatang yang mempunyai kebijaksanaan.

Setelah membangkitkan prasetya ini, dengan sungguh-sungguh hati menyebut namaKu, mengalunkan pujian kepada GuruKu Amitabha Buddha, kemudian membaca Dharani ini sebanyak 5 kali, dapat melenyapkan ratusan ribuan jutaan miliar kalpa karma buruk yang menyebabkan kelahiran dan kematian.
Avalokitesvara Bodhisattva berkata kepada Hyang Buddha: “Sang Bhagava, jika terdapat manusia dan dewa membaca Maha Karuna Dharani ini, pada saat kematian tiba, Sepuluh Penjuru Buddha datang menjemputnya untuk terlahir di negeri Buddha. Dengan menjalankan prasetya akan memperoleh kelahiran seperti tersebut di atas”. Kemudian Beliau berkata kepada Buddha: “ Sang Bhagava, jika para makhluk yang dengan sungguh-sungguh hati membaca Maha Karuna Dharani ini, masuk ke tiga alam samsara Aku berjanji tidak mencapai penerangan yang agung. Bagi yang membaca dengan sungguh-sungguh Maha Karuna Dharani ini, bila tidak terlahir di Negeri Buddha, maka Aku tidak mencapai penerangan yang agung. Bagi yang membaca dengan sungguh-sungguh Maha Karuna Dharani ini, jika tidak memperoleh daya kemampuan yang luar biasa dari samadhi, maka Aku tidak akan mencapai penerangan yang agung.
Bagi yang membaca dengan sungguh-sungguh Maha Karuna Dharani ini, jika pada saat kelahiran sekarang apa yang diinginkan tidak tercapai, juga tidak memperoleh kekuatan dari Maha Karuna Dharani sebabnya hanya satu yaitu orang tersebut tidak melakukan perbuatan baik dan tidak membaca Dharani tersebut dengan kesungguhan hati.

Jika terdapat seorang perempuan tidak ingin terlahir lagi dalam bentuk seorang wanita, ingin terlahir sebagai laki-laki, dengan secara terus menerus membaca Maha Karuna Dharani, bila tidak terjadi perubahan dari seorang perempuan ke seorang laki-laki, Aku berjanji tidak akan mencapai kesempurnaan agung. Apabila masih terdapat sedikitpun keragu-raguan di dalam batinnya, pasti tidak akan memperoleh hasilnya.
Jika 0terdapat para makhluk yang mengambil, merusak makanan dan barang-barang Vihara, meskipun pada ribuan kali kelahiran bertemu Buddha, ia tidak ada rasa menyesal dan bertobat, meskipun ia ada rasa menyesal dan bertobat, tidak akan dapat menghapus karma buruknya. Tetapi bila pada saat ini ia mau membaca Maha Karuna Dharani dengan penuh kesungguhan hati, maka kekuatan Dharani ini dapat menghancurkan karma buruknya.

Jika terdapat para makhluk yang mengambil, merusak, memakan makanan dan barang-barang di Vihara tanpa ijin, ia wajib memohon pengampunan dan terima kasih kepada sepuluh penjuru para guru, kalau pada saat sekarang ini ia dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, sepuluh penjuru para guru datang dan menyaksikan sehingga semua dosa-dosanya hancur.-----------
Seluruh Sepuluh Perbuatan Jahat (Dasa Akusala Karma), Lima Garuka Karma, memfitnah orang, menghina Dharma, melanggar sila, mengambil makanan, merusak vihara, mencuri barang-barang Sangha, menghalangi orang yang melatih diri, dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, seluruh perbuatan buruknya dan dosa yang berat akan hancur, akan habis. Kecuali satu hal, pada saat membaca Maha Karuna Dharani muncul keragu-raguan, sampai termasuk juga melakukan karma buruk yang ringan, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus karma buruk yang dibuat. meskipun karma buruknya yang berat tidak bisa dihapuskan dengan membaca Maha Karuna Dharani ini, setidaknya akan menumbuhkan akar kebodhian dari orang tersebut.

Beliau berkata lagi, “Sang Bhagava bila ada manusia dan dewa dengan sungguh-sungguh hati dan terus menerus membaca Maha Karuna Dharani, akan memperoleh 15 macam kelahiran baik, dan tidak menerima 15 macam kematian yang menakutkan/buruk.
Lima belas macam kematian yang menakutkan/buruk.
• Tidak mati karena kelaparan
• Tidak mati karena dihukum cambuk
• Tidak mati karena dibantai musuh
• Tidak mati karena terbunuh di dalam peperangan
• Tidak mati karena diterkam binatang buas
• Tidak mati karena digigit ular, kalajengking dan binatang lain yang berbisa.
• Tidak mati karena hanyut di dalam air atau mati terbakar
• Tidak mati karena keracunan obat
• Tidak mati karena keracunan bisa serangga
• Tidak mati karena kehilangan ingatan
• Tidak mati karena terpelesat ke dalam jurang atau tertimpa pohon tumbang
• Tidak mati karena dilukai orang jahat
• Tidak mati karena Dewa atau setan yang jahat.
• Tidak mati karena penyakit kronis yang berkepanjangan
• Tidak mati karena perbuatan dosanya yang dilakukan sendiri.

Bagi orang yang dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, akan terhindar dari 15 macam kematian yang.menakutkan/buruk dan akan memperoleh 15 macam kelahiran yang baik/keberuntungan.
• Terlahir di suatu negara yang dipimpin oleh seorang Raja/pemimpin yang bijaksana
• Terlahir di suatu negara yang baik (aman, damai, sejahtera dan makmur)
• Terlahir selalu ketemu kondisi, waktu dan jodoh yang baik/cocok
• Terlahir selalu mempunyai teman yang baik
• Terlahir mempunyai anggota tubuh dan indra yang sempurna
• Terlahir memiliki mental, moral dan watak yang baik/ sifat baik
• Perbuatannya tidak pernah melanggar hukum/peraturan
• Kehidupan seluruh keluarganya akur dan penuh keharmonisan.
• Mempunyai makanan dan harta yang berlimpah
• Selalu mendapat kehormatan dan didukungan orang lain
• Harta kekayaannya tidak dirampok/ direbut orang lain
• Kenginannya selalu tercapai
• Selalu mendapat perlindungan dari Naga, Dewa Langit dan para Dewa baik lainnya.
• Kelahiran selanjutnya bisa ketemu dengan Buddha dan dapat mendengarkan Dharma
• Selalu bisa mendengarkan kebenaran Dharma dan mempunyai kesadaran yang dalam

Demikianlah bagi mereka yang membaca dengan penuh kesungguhan hati Maha Karuna Dharani akan memperoleh 15 macam kelahiran yang baik/keberuntungan. Karena itu seluruh dewa dan manusia harus terus menerus membaca dan menjalankan tanpa kemalasan”. Setelah Avalokitesvara mengucapkan kata-kata ini, berdiri dengan tangan beranjali di depan para makhluk yang hadir dalam persamuan ini membangkitkan batin yang penuh dengan welas asih, dengan muka tersenyum dan penuh ketenangan, Avalokitesvara mengsabdakan isi Maha Karuna Dharani Yang Maha Sempurna sebagai berikut.
• Aku bersujud ke hadapan Triratna
• Aku bersujud ke hadapan Yang Mahatahu
• Bodhisattva, Makhluk Agung, Yang Mahapengasih
• Om , Beliau yang serba-tak-kenal-gentar
• Aku bersujud dengan memasuki batin Yang Mahatahu
• Aku bersujud ke hadapan Beliau Yang Berleher-biru, Yang Memiliki Kebajikan Agung
• Yang Memiliki Kemuliaan Tak-terkalahkan. Yang memberikan kebahagiaan kepada semua makhluk dari keluarga apa pun di seluruh alam
• Demikian: Om , Yang Mahatahu.Yang mengatasi dunia ketidak kekalan ini
• Oh, Hari Bodhisattva agung semua mustika
• Yang Berhati-agung, membuat kesuksesan, kesuksesan (bagi pembacanya)
• Kemenangan yang gemilang, kemenangan yang agung
• Seru-sekalian-alam, waspada, waspadalah
• Guncang, guncanglah, bebaskan aku dari noda batin
• Datang, datanglah, dengar,dengarlah kegembiraan yang muncul.
• Terjadilah, terjadilah dari awal, awal yang baik
• Esa, Esa, pergi, bencana, bencana, iri, iri, lenyap, lenyap
• Cerah, cerahlah; bangun, bangunlah
• Aku bersujud ke hadapan Beliau - Yang Penuh Welas-asih, Yang Berleher -biru, Yang Patut Dipandang
• Yang Tak kenal gentar, svaha. Yang Gaib, svaha. Yang Maha-gaib, svaha (demikian adanya)
• Beliau, Pertapa Yogi Gaib Yang Selalu mendengar, svaha. Yang Berleher-biru, svaha
• Beliau Yang Laksana-banteng, svaha. Yang berwajah-singa, svaha
• Beliau yang memiliki kemampuan gaib agung, svaha. Beliau yang memiliki kegaiban cakra, svaha.
• Pemegang Bunga-teratai, svaha. Pencipta Berleher-biru, svaha
• Maha mulia nan agung yang penuh kasih sayang, pemurah, svaha
• Aku bersujud ke hadapan Triratna
• Aku bersujud ke hadapan Yang Mahatahu, svaha
• Om , semoga jalan mantra ini menghasilkan kegaiban, svaha.

Setelah Avalokitesvara membaca Dharani ini, seluruh bumi terjadi 6 getaran, bunga-bunga bertaburan dari langit, sepuluh penjuru Para Buddha turut bergembira, Dewa Marah dan makhluk-makhluk yang berada di jalan sesat penuh ketakutan. Seluruh makhluk yang ada di dalam persamuan memperoleh buah karma kesadaran, ada yang memperoleh kesadaran Srotapana, kesadaran Sakradagamin, atau kesadaran Anagamin, atau memperoleh tingkat kesadaran Arahat, atau memperoleh tingkat kesadaran Dasa Bhumika Bodhisattva kesatu, kedua, ketiga, keempat, kelima sampai kesepuluh, semua makhluk tanpa batas membangkitkan benih-benih kebodhian.

Pada saat itu Maha Raja Langit berdiri dari tempat dudukNya, merapikan jubahNya, beranjali memberikan hormat kepada Avalokitesvara Bodhisattva dan berkata, “---------- Maha Bodhisattva, sejak dahulu Aku selalu mengikuti Pertemuan Dharma yang tidak terhitung banyaknya, mendengar bermacam-macam Dharma, bermacam-macam Dharani tetapi Aku belum pernah mendengar, melihat kata-kata yang gaib yang terdapat dalam Maha Karuna Dharani. Mohon kesediaan Maha Bodhisattva menjelaskan kepada kami bentuk dan makna sebenarnya yang terkandung di dalam Dharani ini. Aku dan para makhluk akan senang mendengarkannya.”

Avalokitesvara Bodhisattva memberitahukan kepada Raja Langit,”Engkau bertanya sangat baik untuk memudahkan semua makhluk. Sekarang dengarkan, Aku akan menjelaskannya.”

Avalokitesvara Bodhisattva berkata: “Jiwa yang penuh dengan Maha Maitri Karuna, jiwa yang mempunyai keseimbangan batin, jiwa yang tanpa pamrih, jiwa yang tidak kotor, jiwa yang tidak memandang sesuatu tanpa inti, jiwa yang penuh hormat, jiwa yang rendah hati, jiwa yang penuh konsentrasi, jiwa yang tidak ada keserakahan, jiwa yang mempunyai Bodhicitta yang tanpa batas, jiwa yang demikianlah yang sebenarnya yang merupakan bentuk dari Maha Karuna Dharani. Karena itu kalian harus mengikuti dan membina diri seperti ini.” Raja Langit berkata, ”Aku bersama-sama para makhluk pada saat sekarang ini sudah mengerti bentuk dari ajaran Maha Karuna Dharani. Mulai hari ini terus menerus mengingat, menjalankannya dan tidak berani melupakannya.

Avalokitesvara Bodhisattva berkata, “Jika terdapat para Laki-laki dan Wanita dengan sungguh-sungguh hati membaca Maha Karuna Dharani ini, bertekad membangkitkan Bodhicitta yang besar, berjanji untuk menolong semua makhluk, menjalankan sila, memandang semua makhluk dengan membangkitkan keseimbangan batin, membaca Dharani ini terus menerus tidak pernah putus, sebelum membaca membersihkan badan, berpakaian bersih, di dalam ruangan yang bersih, melakukan puja dengan mempersembahkan lampu pelita, dupa, bunga, berbagai macam rasa makanan, dengan satu hati memuja, tidak terpencar konsentrasinya, maka pada saat membaca Dharani tersebut akan datang Re Kuang Phu Sa (Bodhisattva Matahari ) dan Ye Kuang Phu Sa ( Bodhisattva Bulan ) juga tidak terhitung banyaknya orang suci datang untuk memberikan kesaksian sehingga mantra ini berguna dan mempunyai kegaiban. Pada saat itu Aku datang dengan seribu mataKu melihat dan seribu tanganKu melindungi. Sejak saat itu Dharani ini harus sebagai pegangan sebagai Kitab Suci di dalam kehidupan dunia ini, karena Dharani ini mempunyai kekuatan dapat mengatasi seluruh perbuatan jahat dari aliran sesat. Dengan bantuan Wie Tho bisa berhasil, bisa tercapai.

Bagi orang yang membaca dengan penuh kesunggukan hati Maha Karuna Dharani, walaupun di dunia ini terdapat delapan juta empat ribu macam penyakit, dapat diatasinya, dengan tidak ada perbedaan, termasuk Dewa Marah dan pengikut aliran sesat.

Jika di dalam hutan yang lebat ada orang yang membaca Sutra dan duduk bermeditasi, diganggu oleh binatang-binatang, dewa, dan setan yang jahat datang mengganggunya dan mengacaukannya sehingga ia tidak mendapatkan konsentrasi dan ketenangan. Bila saja ia mau membaca dengan penuh kesungguhan hati satu kali saja Maha Karuna Dharani, maka setan, dan dewa jahat tersebut bagaikan terkurung tidak bisa mengganggunya lagi.

Jika tedapat orang-orang sesuai ajaran Dharma, membaca dengan penuh kesungguhan hati Dharani ini, membangkitkan Maitri Karuna, Aku akan memimpin seluruh Dewa yang baik, Raja Naga dengan senjata vajranya selalu melindungi, dengan bentuk yang tidak kelihatan oleh mata manusia biasa, selalu mengikuti tidak jauh dari badannya sendiri. Selanjutnya Beliau bersabda sebagai berikut:”
• Aku memimpin Vajra Bodhisattva bersam-sama dengan U Suo Chin Thu Yang Ci Si, delapan bentuk para makhluk (dewa, naga, yaksa, gandarwa, asura, garuda, kinnara, dan mohoraga). Kekuatan Bodhisattva Sang Cia Lo akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Mo Shi Na Lo Yen, Cing Phi Lo Tho Cia Phi Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Po Sa Sa Lou Lo, Man San Che Po Cen To Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Sa Ce Mo Ho Lo, Ciu Lan Tan Cha Pan Ce Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Phi Po Cieh Lo Wang, Ing Te Pi To Sa Ho Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Fan Mo San Pho Lo, U Pu Cing Ci Yen Mo Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Tiga Puluh Tiga Raja Dewa, Ta Pien Kung Te Pho Tan Na yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Thi Thou Lay Ca Wang, Sen Mu Ni Ten Ta Li Cung yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Pi Luo Le Cha Wang, Pi Lou Fu Cha Pi Sa Men yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Cing Se Khung Chie Wang, El She Pa Phu Ta Sien Cung yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Mo Ni Pa Tho Lo, San Ce Ta Ciang Fu Lo Pho yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Nan Tho Pa Nan Tho, Pho Cien Lo Lung I Pho Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Siu Lo Cien Ta Pho, Cia Lou Cing Na Mo Ho Lo yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.
• Aku memimpin Suei Huo Luei Tien Sen, Ciu Phan Thu Wang Pi Se Ce yang akan selalu melindungi orang-orang yang penuh dengan kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani ini.

Dari beberapa Dewa yang baik sampai dengan Raja Dewa Naga, Dewa Dewi dan lain lainnya yang masing-masingnya mempunyai 500 keluarga dengan kekuatan Yaksa akan melindungi terus menerus orang yang membaca Maha Karuna Dharani ini.
Jika terdapat orang yang berada di gunung atau hutan, tidur sendiri, Para Dewa yang baik akan menjaganya agar terbebas dari maha bahaya. Jika terkurung di dalam hutan, tersesat kehilangan arah jalan keluar, dengan membaca Maha Karuna Dharani ini dengan kesungguhan hati Dewa dan Raja Naga yang baik akan menjelma menjadi orang yang budiman menunjukkan jalan keluar. Bila berada di hutan yang lebat tidak ada air dan api; Raja Naga akan melindungi dengan mengeluarkan air dan api”.

Avalokitesvara Bodhisattva bersabda lagi, “ Bagi orang yang membaca dengan penih dengan kesungguhan hati Maha Karuna Dharani ini dapat melenyapkan dan menghilangkan mara bahaya denga syair/gatha sebagai berikut:
• Bila sedang berada di tengah-tengah hutan bertemu dengan harimau atau binatang buas, ular, kalajengking, setan-setan yang jahat, mendengar orang membaca Maha Karuna Dharani , binatang binatang ini tidak akan dapat mencelakakannya.
• Bila sedang berlayar di lautan lepas, ular berbisa, binatang buas lainnya, yaksa, raksasa, binatang sejenis penyu lainnya, mendengar orang membaca Maha Karuna Dharani dengan sendirinya tidak berani menampakkan dirinya.
• Bila berada di dalam peperangan dikelilingi oleh para pencuri atau dirampok hartanya oleh orang jahat, dengan penuh ketulusan hati membaca Maha Karuna Dharani semuanya akan terbangkit jiwa yang penuh welas asih dan kembali ke jalan yang benar.
• Bila tertangkap dan diborgol oleh Pejabat, dipenjara, dengan penuh ketulusan hati membaca Maha Karuna Dharani, pejabat tersebut akan memberikan pengampunan dan melepaskannya.
• Bila masuk ke rumah orang jahat, makanan yang sudah ada diberi racun, dengan penuh ketulusan membaca Maha Karuna Dharani, racun tersebut berubah menjadi bagaikan air yang sangat menyejukkan.
• Bila terdapat orang yang sedang mengalami kesulitan dalam melahirkan, setan-setan yang jahat sudah tidak sabar lagi, dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, setan-setan tersebut akan mundur,kelahiran akan selamat.
• Bila terserang penyakit menular, penyakit ini membawa ke ambang kematian dan dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, sembuhlah penyakitnya dan memperoleh usia panjang.
• Keracunan yang menjalar yang menjadikan badannya bengkak, didalamnya berdarah dan bernana, sakitnya tidak bisa ditahan, dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, tiga kali meludah, keracunan dan bengkaknya akan hilang/lenyap.
• Makhluk-makhluk yang mempunyai sifat jahat dan tidak pernah berbuat baik, membenci dan memberikan guna guna kepada musuhnya, dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, maka guna guna itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
• Kondisi kehidupan yang penuh kejahatan dan kekacauan, terbakar nafsu perzinahan yang menyesatkan, suami-istri melakukan perselingkuhan, siang malam tiada hentinya selalu muncul pikiran yang sesat, dengan penuh kesungguhan hati membaca Maha Karuna Dharani, batin yang sesat, nafsu perzinahan akan lenyap.

Aku menyebar luaskan jasa pahala dan kekuatan dari Maha Karuna Dharani ini, semua pujian keluar tanpa batas;
Nanda bertanya kepada Buddha, Sang Bhagava, apa nama Dharani ini ? mengapa harus secara terus menerus membacanya ?
Buddha menjelaskan kepada Nanda, demikian Dharani ini mempunyai bermacam macam nama; bernama Dharani Maha Sempurna ; bernama Dharani Maha Karuna tanpa batas ;bernama Dharani menolong penderitaan ;bernama Dharani dapat menambah umur; bernama Dharani pelenyap niat buruk ; bernama Dharani Penghapus Karma Buruk ;bernama Dharani Penyempurnaan Tekad ; bernama Dharani Batin Tanpa Keterikatan ; bernama Dharani Mempercepat Pencapaian Kesucian tertinggi, demikian harus terus menerus membacanya ;

Nanda bertanya kepada Buddha, Sang Bhagava, Bodhisattva Mahasattva ini bernama apa yang menyampaikan Dharani ini ?
Buddha bersabda, Bodhisattva ini bernama Avalokitesvara Bodhisattva, juga bernama Nian Su, juga bernama Mata Seribu bersinar ; Orang yang budiman, Avalokitesvara Bodhisattva ini mempunyai kekuatan kegaiban yang tidak terjangkau dengan pikiran, telah melewati kalpa tengah tanpa batas, telah menjadi seorang Buddha dengan gelar Saddharma Virya Tathagata, maha maitri dengan kekuatan tekadnya, mempunyai kemauan/tekad membangkitkan semua Bodhisattva, memberikan ketenangan dan membahagiakan semua makhluk dengan terlebih dahulu menjadi seorang Bodhisattva;

Kalian semua para makhluk, semua Bodhisattva Mahasattva, Dewa Brahma, Naga dan para Dewa, semua harus menghormatinya, tidak boleh ragu-ragu, seluruh Dewa dan Manusia harus selalu memberikan puja, dengan sepenuh hati memuji namanya akan memperoleh rejeki yang tidak ada batasnya, melenyapkan semua karma buruk tanpa batas, pada saat meninggal dunia terlahir di Negri Buddha AMITABHA .



Diambil dari : http://www.avg.or.id/kisah.php?id=44

Sutra Lenyapnya Dharma

Demikianlah yang telah kudengar. Pada saat itu Buddha ada di negeri Kusinagara. Tathagata akan parinirvana dalam tiga bulan dan para bhiksu
dan Boddhisattva berikut banyak sekali makhluk hidup lain sudah datang untuk menyembah dan bersujud kepada Buddha. Sang Bhagavan dalam keadaan
tenang dan diam. Buddha tidak bicara satu kata pun dan cahayaNya tidak muncul.

Ananda bersujud dan bertanya kepada Buddha, "Oh Bhagavan, sebelum ini setiap kali Tathagata memberikan Dharma, cahaya mempesona muncul.
Namun hari ini dalam persamuan besar ini tidak ada pancaran cahaya. Pasti ada sebab musabab untuk ini dan kami ingin mendengar penjelasan Bhagavan."


Buddha tetap diam dan tidak menjawab sampai permintaan diulang tiga kali. Buddha kemudian memberitahu Ananda. "Setelah saya parinirvana, ketika Dharma sudah menjelang lenyap , pada waktu Lima Kemerosotan (kemerosotan kalpa, kemerosotan pandangan, kemerosotan kekotoran batin, kemerosotan makhluk hidup dan kemerosotan usia) sedang melanda dunia, gaya hidup sesat akan tumbuh dengan subur. Mara-mara akan berpura-pura menjadi Sramana; mereka akan menyesatkan dan merusak ajaran saya, mengenakan pakaian orang awam, mereka lebih suka berjubah indah yang terbuat dari kain yang berwarna-warni. Mereka akan minum minuman keras, makan daging, membunuh makhluk lain, dan mereka akan menurutkan nafsu mereka memakan makanan yang dibumbui dengan beraneka ragam rasa. Tidak berbelas kasih dan bahkan saling membenci di antara mereka.

"Pada waktu itu akan ada Boddhisattva, Pratyekabuddha, dan Arhat yang akan dengan hormat dan tekun menanam kebajikan yang tak ternoda. Mereka akan dihormati orang dan ajaran mereka akan adil dan sederajat. Mereka akan menaruh belas kasihan terhadap orang miskin, teringat kepada orang yang sudah lanjut usia, dan mereka akan menyelamatkan dan memberi wejangan kepada orang yang dalam kesusahan. 


Mereka akan selalu memotivasi orang lain untuk menghormati dan melindungi Sutra dan pratima Buddha. Mereka akan melakukan hal yang bermanfaat, tegas dan baik hati dan tidak pernah mencelakakan orang lain. Mereka akan mengorbankan jasmaninya untuk kemaslahatan makhluk hidup. Mereka tidak akan memperdulikan keadaannya sendiri tetapi akan sabar, mengalah, manusiawi dan damai. "Jika orang seperti ini ada, gerombolan bhiksu jahat akan iri hati. Yang jahat akan mengejek, memfitnah dan mencemarkan nama baik mereka, mengusir dan merendahkan derajat mereka. Yang jahat akan mengasingkan bhiksu yang baik dari masyarakat biara.

Kemudian yang jahat ini tidak akan menanam jalan kebajikan. Vihara dan caitya mereka akan kosong dan tak terawat. Karena tidak dipelihara, tempat itu lama kelamaan akan menjadi puing reruntuhan dan dilupakan orang. Bhiksu yang jahat hanya haus akan kekayaan dan menimbun harta benda. Mereka akan menolak membagikan kekayaannya satu bagian pun atau menggunakannya untuk memperoleh berkah dan kebajikan." 


"Pada waktu ini, bhiksu jahat akan membeli dan menjual budak untuk bercocok tanam dan membuka hutan gunung dengan cara tebas-bakar. Mereka akan mencelakakan makhluk hisup dan tidak ada rasa belas kasihan sedikit pun. Budak-budak ini akan menjadi bhiksu dan pelayan wanita menjadi bhiksuni. Sama sekali tidak berkelakukan baik, mereka akan bertindak sesuka hati dan berkelakuan amoral. Dalam kondisi pikiran yang kacau, mereka tidak akan memisahkan laki-laki dan wanita di
masyarakat vihara.

Merekalah biang kemerosotan Dharma. Buronan akan mencari perlindungan di Jalan-Ku, ingin menjadi Sramana tetapi tidak mau
mematuhi vinaya (sila). Walaupun Pratimoksa Sila dibacakan dua kali sebulan, tetapi hanya dalam nama saja. Karena mereka malas dan lemah, tidak ada
orang yang mau mendengar ajaran lagi. Sramana yang jahat ini tidak akan sudi membacakan seluruh ajaran Sutra melainkan akan meringkas di
bagian depan dan di bagian belakang teks sesuka hati.


 Tidak lama kemudian praktek pembacaan Sutra akan berhenti sama sekali. Sekalipun ada yang
membacakan teks, mereka tidak akan berpendidikan, tidak memenuhi syarat, namun bersikeras bahwa merekalah yang betul. Tidak mau bertanya kepada
yang paham, bersikap sombong dan angkuh, orang ini cenderung mencari kemasyhuran dan keagungan. Mereka suka berpura-pura dan bergaya alim
dengan harapan bisa menarik sumbangan dari orang lain.

"Ketika bhiksu jahat ini wafat mereka akan jatuh ke neraka Avici. Berbuat lima dosa besar, mereka akan terlahir sebagai hantu kelaparan dan hewan selama berkalpa-kalpa sebanyak jumlah pasir di sungai Gangga. Setelah karma mereka sudah selesai dilaksanakan, mereka akan dilahirkan di tempat terpencil yang tidak ada Triratna." 


"Waktu Dharma akan berakhir, wanita akan menjadi giat dan selalu berbuat kebajikan. Sebaliknya laki-laki akan menjadi
malas dan tidak lagi mempraktekkan Dharma. Mereka akan melihat Sramana seperti kotoran hewan dan tidak beriman. Ketika Dharma sudah akan
berakhir, semua dewa akan mulai menangis. Sungai-sungai akan menjadi kering dan lima jenis padi tidak akan matang. Penyakit epidemik akan bersimaharajarela, jumlah korban banyak sekali. Banyak orang akan bekerja membanting tulang dan menderita sedangkan pejabat daerah akan bersekongkol dan membuat rencana jahat. Tidak ada yang mematuhi peraturan; semuanya hanya bersenang-senang saja. Orang jahat makin banyak,
sebanyak pasir di dasar laut.

Orang baik susah dicari; paling banyak hanya ada satu atau dua orang saja. Ketika akhir zaman sudah mendekat, revolusi matahari dan bulan menjadi lebih pendek dan umur manusia menjadi lebih pendek. Rambut akan memutih waktu umur empat puluh. Disebabkan kelakuan tidak bermoral yang sudah berlebihan, laki-laki menghabiskan spermanya sehingga wafat di waktu umur muda, biasanya sebelum enam puluh tahun. 


Walau umur laki-laki turun, umur wanita akan naik menjadi tujuh puluh , delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun." "Sungai-sungai besar akan bergolak melawan siklus
alam sehingga tidak harmonis, namun manusia tidak perduli memperhatikannya dan tidak merasa khawatir. Iklim yang berfluktuasi secara ekstrim akan segera dianggap biasa. Manusia dari semua ras akan bercampur aduk secara sembarangan, tanpa perduli terhadap yang baik dan jahat. Mereka akan timbul tenggelam seperti makhluk yang diberi makanan di air."

"Saat itu, ada Boddhisattva, Pratyekabuddha, dan Arhat, karena diusir para Mara, tak dapat menghadiri pertemuan umat Ketiga yana (kereta) terpaksa masuk gunung, tempat kebajikan bersemayam. Mereka bahagia dalam hidup yang sederhana, usia mereka pun menjadi panjang. Dewa akan melindungi dan bulan akan menyinari mereka. Tiga kereta akan mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan Jalan Kebenaran akan berkembang walaupun sebentar. Namun dalam kurun waktu lima puluh dua tahun, Sutra Suranggama dan Sutra Pratyutpanna-buddha-sammukhavasthita-samadi akan
lenyap terlebih dahulu. Dua belas divisi dari ajaran Buddha akan berangsur-angsur ikut hilang, takkan pernah muncul lagi. Kata-kata dan kitabnya tidak akan ditemukan selamanya. Jubah Sramana akan berubah warna menjadi putih.

Ketika DharmaKu musnah, polanya diibaratkan seperti lampu minyak yang menyala sangat terang sesaat sebelum padam. Demikian juga Dharma saya akan seperti padamnya lampu tersebut. Setelah itu susah dikatakan dengan pasti apa yang akan terjadi berikutnya." "Jadi ini akan berlanjut sampai beberapa puluh juta tahun kemudian. Saat Maitreya akan lahir di dunia untuk menjadi Buddha yang berikut, segenap bumi ini akan damai. Hawa jahat pun
menghilang, hujan akan turun teratur, panen akan berlimpah. Pohon akan tumbuh sangat tinggi dan manusia akan tumbuh setinggi delapan puluh kaki (24
meter). Umur rata-rata akan menjadi 84.000 tahun. Makhluk hidup yang terbebaskan tak terhitung jumlahnya."

Ananda bertanya kepada Buddha, "Apa yang kita sebutkan untuk Sutra ini dan bagaimanakah kita akan menegakkannya?" Buddha berkata, "Ananda, Sutra ini disebut Sutra Kelenyapan Dharma. Beritahu semua orang agar menjadi maklum; berkah dari perbuatanmu tak akan terhitung." Setelah mendengar penjelasan Buddha tentang Sutra ini, keempat golongan siswa menjadi sedih dan menangis. Mereka semua bertekad mencapai kesucian menyelami kebenaran. Setelah bersujud kepada Buddha, mereka kembali ke tempat masing-masing.

RATANA SUTTA

(Penjelasan mengenai latar belakang sutra oleh Piyadassi Thera)

Ketika itu, di kota Vesali mengalami wabah kelaparan yang mengakibatkan banyak korban kematian bagi penduduknya terutama kaum miskin. Karena adanya mayat yang membusuk, roh jahat mulai bergentayangan di kota itu; yang kemudian diikuti dengan wabah campak. Mewabahnya ketiga jenis ketakutan ini: kelaparan, mahluk halus, dan campak mengakibatkan penduduk mencari bantuan kepada Sang Buddha yang saat itu berdiam di Rajagaha.
Diikuti dengan sejumlah besar Bhikkhu termasuk Yang Mulia Ananda, pengikut setiaNya, Sang Buddha datang ke kota Vesali. Tibanya Sang Buddha diikuti dengan hujan teramat lebat dan deras, yang menyapu semua mayat membusuk hingga udara menjadi jernih dan kota menjadi bersih.


Setelahnya, Sang Buddha membabarkan Sutra Permata (Ratana Sutta) ini kepada Yang Mulia Ananda, dan memberikan perintah kepadanya mengenai bagaimana Ia harus berkeliling kota bersama penduduk Licchavi membaca Sutra untuk tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. Yang Mulia Ananda mengikuti perintah tersebut dan memercikkan air suci dari mangkok Sang Buddha kepada penduduk kota. Karenanya, semua roh jahat terusir dan wabah campak-pun menyusut. Kemudian, Yang Mulia Ananda bersama penduduk Vesali kembali ke Balai Umum, tempat Sang Buddha dan pengikutnya berkumpul menanti kedatangannya. Di sana Sang Buddha membacakan Sutra Permata tersebut kepada semua yang berkumpul:


1) Makhluk apapun juga yang berkumpul di sini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Semoga semua mahluk berbahagia. Dengarkanlah dengan seksama kata-kata yang Saya sabdakan. 

 
2) Duhai para makhluk, perhatikanlah. Tunjukkanlah cinta kasihmu kepada umat manusia yang mempersembahkan sesajian kepadamu siang dan malam. Karenanya, lindungilah mereka dengan tekun.

3) Harta apa pun juga yang terdapat di sini atau di alam lain; Atau permata tak ternilai apa pun juga di alam surga. Tiada yang menyamai Sang Tathagata. Sesungguhnya, dalam Sang Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

4) Sang Bijaksana Sakyamuni menemukan lenyapnya dukkha, terlepasnya keinginan, pembebasan dari kematian, yang luhur; Tiada apa pun yang dapat menyamai keagungannya. Susungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

5) Kesucian yang dipuja oleh Sang Buddha, dinamakan samadhi dengan hasil segera --- tiada satu pun yang dapat menyamai tingkat samadhi ini. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

6) Delapan orang yang dipuja oleh sang Budiman, Keempat pasangan ini adalah pengikut yang pantas mendapatkan pahala dari Sang Buddha --- Pahala yang berbuah berkah berlimpah. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

7) Dengan tekad teguh mereka melaksanakan ajaran Gautama, tiada nafsu, mereka menuai hasilnya; terbebaskan dari kematian, mereka menikmati kedamaian abadi. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

8) Bagai tertanam kokoh di dalam tanah, tak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru; demikianlah orang bijaksana; Saya namakan, orang bijaksana yang telah memahami Kesunyataan Mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

9) Mereka yang telah memahami Kesunyataan Mulia yang dibabarkan dengan jelas olehNya dengan kebijaksanaan hakiki. Sekalipun mereka lalai, mereka tidak akan terlahir di delapan alam utama. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

10) Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan serentak, --- Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhyul) ---. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

11) Walaupun Ia bisa melakukan beberapa kesalahan dengan perbuatan, perkataan dan pikiran, Ia tak dapat menyembunyikannya; Adalah keniscayaan bagi seseorang yang telah memahami jalan mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

12) Bagaikan hutan belukar bermekaran bunga pada awal musim panas, demikian agunglah Dhamma menuju Nibbana yang Ia ajarkan, suatu kebajikan sejati. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

13) Ia, Yang Maha Agung, Maha Tahu, Maha Pemberi, Pembawa Keagungan, yang mengajarkan Keagungan Dhamma. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.

14) Karma mereka sirna, tiada muncul karma baru, pikiran mereka telah terbebaskan dari kelahiran kembali, benih-benih lampau dimusnahkan. Keinginan tiada timbul kembali, kebijaksanaan muncul bagaikan terang pelita ini. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semua mahluk berbahagia.

15) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sang Buddha, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.

16) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Dhamma, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.

17) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sangha, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia


RATANA SUTTA ( Bahasa Pali )

1) Yanidha bhutani samagatni, bhummani va yani va antalikkhe; Sabbe va bhuta sumana bhavantu. Athopi sakkacca sunantu bhasitam.

2) Tasma hi bhuta nisametha sabbe, mettam karotha manusiya pajaya; Diva ca ratto ca haranti ye balim, tasma hi ne rakkhatha appamatta.

3) Yam kinci vittam idha va huram va, saggesu va yam ratanam panitam; Na no samam atthi Tathagatena, idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu
4) Khayam viragam amatam panitam, yad-ajjhaga Sakyamuni samahito; Na tena dhammena samatthi kinci, idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

5) Yem Buddhasettho parivannayi sucim, samadhim-anantarikannam-ahu, samadhim tena samo na vijjati; Idampi Dhamme ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

6) Ye puggala attha satam pasattha, cattari etani yugani honti, te dakkhineyya Sugatassa savaka, etesu dinnani mahapphalani; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

7) ye suppayutta manasa dalhena, nikkamino Gotamasasanamhi; te pattipatta amatam vigayha, laddha mudha nibbutim bhujamana; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

8) Yathindakhilo pathavissito siya, catubbhi vatehi asampakampiyo; Tathupamam sappurisam vadami, yo ariyasaccani avecca passati; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

9) Ye ariyasaccani vibhavayanti, gambhirapannena sudesitani; Kincapi te honti bhusam pamatta, na te bhavam atthamam-adiyanti; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

10) Saha-vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti; Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, silabbatam va pi yad-atthi kinci; Catuh-apayehi ca vippamutto, chaccabhithanani abhabba katum, idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

11) Kincapi so kammam karoti papakam, kayena vaca uda cetasa va; Abhabbo so tassa paticchadaya, abhhabbata ditthapadassa vutta; Idampi Sanghe ratana panitam, etena saccena suvatthi hotu.

12) Vanappagumbe yatha phussitagge, gimhina mise pathamasmim gimhe; Tathupamam dhammavaram adesayi, nibbinagamim paramam hitaya; Idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

13) Varo varannu varado varaharo, anuttaro dhammavaram adesayi; Idampi Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

14) Khinam puranam, nava n'atthi sambhavam, virattacitta-yatike bhavasmim, te kninabija avirulnichanda nibbanti dnira yatnayam padipo; Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.

15) Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antaikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Buddnam namassama suvatthi hotu.

16) Yanidha bhutani samagatini, bnummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Dhammam namassama suvatthi hotu.


17) Yanidha bhutani samagatini, bhummani va yani va antalikkhe; Tathagatam deva-manussa-pujitam, Sangham namassama suvatthi hotu.

Aganna Sutta

Demikian yang telah kami dengar : Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, di Pubbarama milik Migaramata. Pada waktu itu Vasettha dan Bharadvaja sedang menjalani latihan kebhikkhuan di antara para Bhikkhu, berkeinginan untuk menjadi bhikkhu. Kemudian pada malam hari itu, setelah bangkit dari samadhi-Nya, Sang Bhagava keluar dari kamar (kuti) dan berjalan ke sana ke mari (cankammana) di alam terbuka di sebelah kamar.

Hal ini dilihat oleh Vasettha dan menceritakannya kepada Bharadvaja, yang selanjutnya ia berkata : "Sahabat Bharadvaja, marilah kita pergi menemui Sang Bhagava; mudah-mudahan kita beruntung dapat mendengar uraian Dhamma dari Sang Bhagava."

"Baiklah, sahabat," jawab Bharadvaja menyetujui. Maka Vasettha dan Bharadvaja pergi menemui Sang Bhagava. Setelah dekat, mereka menghormat Beliau dan berjalan mengikuti di belakang Bhagava yang sedang berjalan ke sana ke mari (cankammana).

Kemudian sang Bhagava berkata kepada Vasettha: "Vasettha, engkau berasal dari keturunan dan keluarga brahmana, telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup tanpa rumah (anagarika) sebagai pertapa (pabbaja). Apakah para brahmana tidak mencela dan menghinamu ?"

"Ya, demikianlah, Bhante; para brahmana menghina dan mencela kami dengan bermacam-macam makian, ejekan, serta kata-kata kasar yang tidak sopan."

"Bhante, para brahmana itu berkata demikian: 'Kasta brahmana adalah yang paling baik' "

"Tetapi dalam hal ini, Vasettha, dengan kata-kata apa para brahmana itu mencela dan menghinamu ?"

"Bhante, para brahmana itu berkata demikian: Hanya kaum brahmana yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, yang lain berkedudukan rendah. Hanya kaum brahmana yang berwajah cerah, yang lain berwajah gelap. Hanya kaum brahmana yang berasal dari keturunan murni, bukan mereka yang lain daripada kaum brahmana. Hanya kaum brahmana yang merupakan anak dari Brahma, lahir dari mulut brahma, keturunan brahma, diciptakan oleh brahma, pewaris Brahma. Sedangkan mengenai dirimu, engkau telah meninggalkan derajad yang terbaik, beralih ke golongan rendah, yaitu pertapa gundul, badut yang kasar, mereka yang berkulit gelap, keturunan yang lahir dari kaki Brahma. Keadaan seperti itu tidak baik, keadaan seperti itu tidak pantas. Dalam hal ini, bahwasanya engkau yang telah meninggalkan kasta terhormat, harus bergaul, berkumpul dengan kasta rendah, yaitu: dengan kaum pertapa gundul, pertapa palsu, mereka yang berkulit gelap, kaum rendah, yang lahir dari kaki Brahma - warga kami. Dengan kata-kata seperti itu, Bhante, para brahmana itu mencela dan menghina kami dengan makian, ejekan serta kata-kata kasar yang tidak sopan."

"Vasettha, sesungguhnya para brahmana itu telah melupakan masa lampau apabila mereka berkata seperti itu. Sebaliknya, para brahmani, istri para brahmana itu dikenal subur, kelihatan hamil, melahirkan dan merawat anak-anak. Dan masih juga para brahmana yang lahir dari kandungan itu sendiri yang berkata bahwa : Hanya kaum brahmana yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat, yang lain berkedudukan rendah. Hanya kaum brahmana yang berwajah cerah, yang lain berwajah gelap, Hanya kaum brahmana yang berasal dari keturunan murni, bukan mereka yang lain daripada kaum brahmana. Hanya kaum brahmana yang merupakan anak asli dari Brahma, lahir dari mulut Brahma, keturunan Brahma, diciptakan oleh Brahma, pewaris Brahma. Dengan cara ini mereka telah membuat tiruan terhadap sifat Brahma (abbhacikkhanti brahmanan). Apa yang mereka katakan itu bohong, dan sungguh besar akibat buruk yang akan mereka peroleh."

Vasettha, terdapat empat kasta : khattiya, brahmana, vessa dan sudda. Di sini dan di mana pun terdapat kasta khattiya yang membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong, serakah, kejam dan menganut pandangan-pandangan keliru (miccha ditthi).

Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat buruk dan yang dipandang demikian, yang tercela dan yang dipandang demikian, yang tidak layak dilakukan dan yang dipandang demikian, yang tidak patut dilakukan oleh orang yang terhormat dan yang dipandang demikian, sifat-sifat celaka dan yang berakibat mencelakakan, yang tidak dianjurkan oleh para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang khattiya. Dan begitu pula kita dapat mengatakan hal yang lama kepada kasta brahmana, vessa dan sudda.

Juga di sini dan di mana pun terdapat kasta khattiya yang menahan diri dari membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong serakah, kejam atau menganut pandangan-pandangan keliru (miccha ditthi).

Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat baik dan yang dipandang demikian, yang terpuji dan yang dipandang demikian, yang layak dilakukan dan yang dipandang demikian, yang patut dilakukan oleh orang terhormat dan yang dipandang demikian, sifat-sifat yang bermanfaat dan yang mempunyai akibat yang bermanfaat, yang dianjurkan oleh para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang kasta khattiya. Dan begitu pula kita dapat mengatakan hal yang sama kepada kasta brahmana, vessa dan sudda.

Vasettha, sekarang kita tahu bahwa sifat-sifat yang baik atau buruk, tercela atau terpuji oleh para bijaksana, adalah dimiliki oleh keempat kasta tersebut; dan para bijaksana tidak mengakui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para brahmana seperti tersebut di atas. Mengapa demikian ? Karena, Vasettha, siapapun dari keempat kasta ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan (katakaraniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran, telah terbebas karena memiliki pengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan paling baik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan kebenaran (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Vasettha, berikut ini adalah sebuah contoh untuk mengerti mengapa Dhamma (Kebenaran) itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang :

Raja Pasenadi Kosala menyadari bahwa Samana Gotama telah meninggalkan keturunan Sakya, sedangkan Suku Sakya berada di bawah kekuasaan Raja Pasenadi Kosala. Suku Sakya memuja dan menghormatinya, mereka bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayaninya. Sekarang, Vasettha; sama seperti Suku Sakya yang melayani Raja Pasenadi Kosala dengan hormat, demikian pula caranya Raja Pasenadi Kosala melayani Sang Tathagata. Karena Raja Pasenadi Kosala berpikir : Bukankah Samana Gotama sempurna kelahirannya (Sujato), sedangkan kelahiranku tidak sempurna ? Samana Gotama itu perkasa, sedangkan aku lemah. Samana Gotama itu sangat mengagumkan, sedangkan aku tidak. Samana Gotama itu memiliki pengaruh yang besar, sedangkan aku hanya memiliki pengaruh yang kecil saja. Demikianlah, karena Raja Pasenadi Kosala menghormati Dhamma, menghargai Dhamma, mengindahkan Dhamma, sujud pada Dhamma, menganggap suci Dhamma, maka ia memberikan hormat dan sujud pada Sang Tathagata, bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayani Beliau dengan hormat. Dengan contoh ini engkau dapat mengerti betapa Dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Vasettha, engkau semua yang berbeda keturunan, nama, suku dan keluarga; telah meninggalkan kehidupan rumah tangga; mungkin akan ditanya: Siapakah engkau ? Maka engkau harus menjawab: Kita adalah para pertapa yang mengikuti Samana putra Sakya.

Vasettha, dia yang teguh keyakinannya kepada Sang Tathagata, berakar, mantap dan kokoh, suatu keyakinan yang tidak dapat digoyahkan lagi oleh para pertapa dan brahmana, maupun oleh para dewa, mara dan Brahma atau siapa pun saja dalam dunia ini, ia dapat berkata: Aku adalah anak Sang Bhagava, lahir dari mulut Sang Bhagava, lahir dari Dhamma (Dhammajo), diciptakan oleh Dhamma (dhammanimmitta), pewaris Dhamma (dhammadayako). Mengaga demikian ? Karena, Vasettha, nama-nama berikut ini adalah sesuai untuk Sang Tathagata: Dhammakayo (Tubuh Dhamma), Brahmakayo (Tubuh Brahma), Dhammabhuto (perwujudan Dhamma), Brahmabhuto (Perwujudan Brahma).

Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan bilamana hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di Abbassara (Alam Cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.

Vasettha, terdapat juga suatu saat, cepat atau lambat, setelah selang suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini mulai terbentuk kembali. Dan ketika hal ini terjadi, mahluk­mahluk yang mati di Abhassara (Alam Cahaya), biasanya terlahir kembali di sini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.

Pada waktu itu semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum ada, tahun-tahun maupun musim-musim belum ada; laki-laki maupun wanita belum ada. Mahluk­mahluk hanya dikenal sebagai mahluk-mahluk saja.

Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali bagi mahluk-mahluk tersebut, tanah dengan sarinya muncul ke luar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tanah itu.

Kemudian, Vasettha, di antara mahluk mahluk yang memiliki pembawaan sifat serakah (lolajatiko) berkata: O apakah ini? dan mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya. Dan mahluk-mahluk lainnya mengikuti contoh perbuatannya, mencicipi sari tanah itu dengan jari jarinya. Dengan mencicipinya, maka mereka diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk ke dalam diri mereka. Maka mahluk-mahluk itu mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah tersebut dengan tangan mereka. Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mahluk-mahluk itu menjadi lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak. Demikian pula dengan siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian mahluk memiliki bentuk tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir : Kita lebih indah daripada mereka, mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahannya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka sari tanah itupun lenyap. Dengan lenyapnya sari tanah itu, mereka berkumpul bersama-sama dan meratapinya: "Sayang, lezatnya! Sayang lezatnya!" Demikian pula sekarang ini, apabila orang menikmati rasa enak, ia akan berkata: "Oh lezatnya! Oh lezatnya!; yang sesungguhnya apa yang mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan masa lampau, tanpa mereka mengetahui makna dari kata-kata itu.

Kemudian, Vasettha, ketika sari tanah lenyap bagi mahluk mahluk itu, muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (Bhumi­pappatiko). Cara tumbuhnya adalah seperti tumbuhnya cendawan. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; lama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tumbuhan itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tumbuhan itu. Kemudian mahluk­mahluk itu mulai makan tumbuh-tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut. Mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka berkembang menjadi lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir: Kita lebih indah daripada mereka; mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahan dirinya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul dan cara tumbuhnya adalah seperti bambu. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warnanya tumbuhan itu; lama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tumbuhan itu.

Kemudian, Vasettha, mahluk-mahluk itu mulai makan tumbuhan menjalar tersebut. Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar tersebut, dan hal itu berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini; maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir : Kita lebih indah daripada mereka; mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahan dirinya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap. Dengan lenyapnya tumbuhan menjalar itu, mereka berkumpul bersama-sama meratapinya : "Kasihanilah kita, milik kita hilang! Demikian pula sekarang ini, bilamana orang-orang ditanya apa yang menyusahkannya, mereka menjawab : "Kasihanilah kita! Apa yang kita miliki telah hilang; yang sesungguhnya apa yang mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan pada masa lampau, tanpa mengetahui makna daripada kata-kata itu."

Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap bagi mahluk-mahluk itu, muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak dalam alam terbuka (akattha-pako), tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Bilamana pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, maka keesokan paginya padi itu telah tumbuh den masak kembali. Bilamana pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang; maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali; demikian terus-menerus padi itu muncul.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka tumbuh lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki, dan laki-laki pun sangat memperhatikan tentang keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin (methuna).

Vasettha, ketika mahluk-mahluk lain melihat mereka melakukan hubungan kelamin, maka sebagian melempari dengan pasir, sebagian melempari dengan abu, sebagian melempari dengan kotoran sapi, dengan berteriak: "Kurang ajar! Kurang ajar!Bagaimana seseorang dapat berbuat demikian kepada orang lain?" Demikian pula sekarang ini, apabila seorang laki-laki dari tempat lain menjemput mempelai wanita dan membawanya pergi, orang-orang akan melempari mereka dengan pasir, abu atau kotoran sapi; yang sesungguhnya apa yang mereka lakukan itu hanyalah mengikuti bentuk­bentuk masa lampau, tanpa mengetahui makna daripada perbuatan itu.

Vasettha, apa yang pada waktu itu dipandang tidak sopan (adhamma sammata), sekarang dipandang sopan (dhamma-sammata). Pada waktu itu, mahluk-mahluk yang melakukan hubungan kelamin tidak diijinkan memasuki desa atau kota selama satu bulan penuh atau dua bulan. Dan pada waktu itu, oleh karena mahluk cepat sekali mencela perbuatan yang tidak sopan tersebut maka mereka mulai membuat rumah-rumah hanya untuk menyembunyikan perbuatan tidak sopan itu.

Vasettha, kemudian timbullah pikiran semacam ini dalam diri sebagian mahluk yang berwatak pemalas: "Mengapa aku harus melelahkan diriku dengan mengambil padi pada sore hari untuk makan malam, dan mengambil padi pada pagi hari untuk makan siang ? Bukankah sebaiknya aku mengambil padi yang cukup untuk makan malam dan makan siang sekaligus ?" Maka, setelah pergi, ia mengumpulkan padi yang cukup untuk dua kali makan.

Ketika mahluk-mahluk lain datang kepadanya dan berkata : "Sahabat yang baik, marilah kita pergi mengumpulkan padi" ia berkata : Tidak perlu, sahabat yang baik; aku telah mengambil padi untuk makan malam dan siang." Selanjutnya sebagian mahluk lain datang dan berkata kepadanya : "Sahabat yang baik, marilah kita pergi mengumpulkan padi"; ia berkata: "Tidak perlu, sahabat yang baik, aku telah mengambil padi untuk dua hari." Demikianlah, dalam cara yang sama mereka menyimpan padi yang cukup untuk empat hari dan selanjutnya untuk delapan hari.

Vasettha, sejak itu mahluk-mahluk tersebut mulai makan padi yang disimpan. Dedak mulai menutupi butir-butir padi yang dan butir-butir padi dibungkus sekam. Padi yang telah dituai atau potongan-potongan batangnya tidak tumbuh kembali, sehingga terjadi masa menunggu. Dan batang-batang padi mulai tumbuh serumpun.

Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu berkumpul bersama dan meratap dengan berkata : "Kebiasaan buruk telah muncul di kalangan kita. Dahulu kita hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa dan hidup dalam kemegahan. Kita hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.

Cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, muncullah bagi kita sari tanah dari dalam air, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai membuat sari tanah itu menjadi gumpalan dan menikmatinya. Setelah kita berbuat demikian, maka cahaya tubuh kita lenyap. Ketika cahaya tersebut lenyap, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi mulai nampak; siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun nampak. Kita menikmati sari tanah tersebut, memakannya, hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, lalu muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko), yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmatinya, memakannya, hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu lenyap. Ketika tumbuhan yang muncul dari tanah itu telah lenyap, lalu muncullah tumbuhan menjalar, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmatinya, memakannya dan hidup dengannya, dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan­kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka tumbuhan menjalar itu lenyap. Ketika tumbuhan menjalar telah lenyap, lalu muncullah padi yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam; harum dengan butir-butir yang bersih. Bilamana setiap malam kita memetik dan mengambilnya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus-menerus padi itu muncul. Kita menikmati padi ini, memakannya, hidup dengannya; dan hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan menjadi umum di kalangan kita, maka dedak telah menutupi butir padi yang bersih dan sekam juga telah membungkus butir-butir padi tersebut. Dan bilamana kita telah memetiknya, padi itu tidak langsung tumbuh kembali, sehingga terjadilah masa menunggu, dan batang-batang padi mulai tumbuh berumpun. Karena itu, sekarang ini marilah kita membagi ladang-ladang padi dengan membuat batas-batasnya."

Demikianlah mereka membagi ladang-ladang padi dan membuat batas di sekeliling ladang bagian mereka masing-masing.

Kemudian, Vasettha, sebagian mahluk yang memiliki pembawaan sifat serakah (lolajatiko), yang sedang menjaga ladang bagiannya sendiri, lalu mencuri padi dari ladang orang lain dan memakannya. Mereka menangkap dan memegangnya erat-erat, dan berkata : "Sahabat yang baik, sesungguhnya engkau dalam hal ini telah berbuat jahat. Sewaktu sedang menjaga ladangmu sendiri, kau telah mencuri milik orang lain dan memakannya. Perhatikanlah baik-baik, jangan berbuat demikian lagi." Untuk kedua kalinya ia berbuat demikian dan juga untuk ketiga kalinya. Dan kembali mereka menangkapnya dan menasehatinya : Sebagian dari mereka memukulnya dengan tangan, sebagian melemparinya dengan bongkahan tanah dan sebagian memukulnya dengan tongkat.

Vasettha, demikianlah awal munculnya perbuatan mencuri; dan pemeriksaan, kebohongan dan hukuman pun menjadi dikenal.

Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu berkumpul bersama dan meratap dengan berkata : "Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, pencurian, pemeriksaan, kebohongan dan hukuman menjadi dikenal. Sebaiknya kita memilih salah seseorang di antara kita untuk mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang harus dikucilkan. Dan untuk membalas jasanya, kita akan memberikan sebagian padi kita kepadanya."

Vasettha, kemudian mereka memilih salah seorang di antara mereka yang paling rupawan, paling disukai, paling menyenangkan, paling pandai, dengan berkata kepadanya: "Sahabat yang baik sebaiknya engkau mengadili orang yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan kita akan memberikan sebagian padi milik kita kepadamu."

Ia menyetujuinya dan berbuat demikian, dan mereka memberikan sebagian padi milik mereka kepadanya.

Vasettha, dipilih oleh banyak orang adalah apa yang dimaksud dengan Maha Sammata; maka Maha Sammata (Pilihan Agung) merupakan ungkapan pertama yang muncul (bagi seorang yang dipilih oleh banyak orang). Penguasa ladang adalah apa yang dimaksud dengan Khattiya; maka Khattiya merupakan ungkapan kedua yang muncul. Ia membuat senang orang lain dengan Dhamma, (dengan melaksanakan prinsip kebenaran) adalah apa yang dimaksud dengan Raja; maka Raja merupakan ungkapan ketiga yang muncul.

Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat Khattiya ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dergan Dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan-dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Vasettha, kemudian hal seperti berikut ini muncul pada diri orang-orang itu : "Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, sehingga pencurian, pemerkosaan, kebohongan, hukuman dan pengucilan menjadi dikenal. Sekarang marilah kita menyingkirkan semua perbuatan jahat dan kebiasaan tidak sopan." Dan mereka melakukannya.

Vasettha, mereka yang menyingkirkan (bahenti) perbuatan-perbuatan jahat dan kebiasaan-kebiasaan tidak sopan adalah apa yang disebut dengan kata "brahmana"; demikianlah 'brahmana' merupakan ungkapan permulaan bagi mereka yang berbuat demikian. Mereka membuat pondok­pondok dari daun (pannakuti) di hutan, dan bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang; mereka mengumpulkan makanan pada sore hari untuk makan malam dan pada pagi hari untuk makan siang; mereka mencari makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah memperoleh makanan, mereka kembah lagi ke pondok mereka dan bersamadhi.

Ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: "Orang-orang ini, setelah membuat pondok-pondok dari daun di hutan, lalu bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang; mereka mengumpulkan makanan pada sore hari untuk makan malam, dan mengumpulkan makanan pada pagi hari untuk makan siang; mereka mencari makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah memperoleh makanan mereka kembali ke pondok-pondok mereka dan bersamadhi.

Vasettha, mereka yang bersamadhi (jhayanti) inilah yang dimaksud dengan Jhayaka atau pelaksana samadhi; demikianlah kata jhayaka merupakan ungkapan kedua yang muncul.

Vasettha, karena sebagian di antara mereka tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa-desa, kampung-kampung dan kota-kota, dan di sana mereka menulis buku (ganthe karonta). Dan ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: "Orang-orang ini, karena tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir desa-desa, kampung-kampung dan kota-kota, dan di sana mereka menulis buku. Mereka tidak bersamadhi (ajhayaka).

Vasettha, mereka yang tidak bersamadhi inilah yang dimaksud dengan "Ajhayaka"; demikianlah kata ajhayaka merupakan ungkapan-ungkapan ketiga yang timbul. Pada waktu itu mereka dipandang yang paling rendah, tetapi sekarang mereka menganggap diri merekalah yang paling tinggi.

Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat brahmana ini, dikenal menurut pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini, dan hal itu terjadi sesuai dengan Dhamma (apa yang seharusnya memang demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Selanjutnya, Vasettha, terdapat juga sebagian orang lain yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan. Mereka yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan (vissa) inilah yang dimaksud dengan 'Vessa' (Kaum Pedagang). Demikianlah kata Vessa ini dipergunakan sebagai ungkapan bagi orang-orang tersebut.

Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat vessa ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Selanjutnya Vasettha, selebihnya dari orang-orang ini melakukan pekerjaan berburu. Mereka yang hidup dari hasil berburu dan perbuatan atau pekerjaan lain semacamnya inilah yang dimaksudkan dengan 'Sudda'. Demikianlah kata 'sudda''; ini dipergunakan sebagai ungkapan dari orang-orang tersebut.

Vasettha, demikianlah asal mula dari kelompok masyarakat sudda ini, yang dikenal sesuai dengan pernyataan permulaan pada masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan dhamma (apa yang seharusnya demikian), bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Selanjutnya Vasettha pada suatu waktu, ketika terdapat beberapa orang khattiya memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: "Aku ingin menjadi pertapa."

Juga terdapat beberapa orang brahmana yang memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan bermah tangga dan menempuh kehidupan sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: "Aku ingin menjadi pertapa."

Juga, terdapat beberapa orang vessa yang memandang rendah cara hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata : "Aku ingin menjadi seorang pertapa."

Juga, terdapat beberapa orang sudda yang memandang rendah hidupnya sendiri, mereka meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menempuh hidup tak berumah tangga, dengan berkata : "Aku ingin menjadi seorang pertapa."

Vasettha, dari empat kelompok masyarakat ini muncullah kelompol pertapa. Asal-usul mereka adalah dari kalangan orang-orang itu juga, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri, dan bukan tidak diingini; dan hal itu terjadi sesuai dengan Dhamma (apa yang seharusnya demikian), dan bukan terjadi karena apa yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), dan alam neraka (niraya).

Juga, orang brahmana yang menempuh kehidupan jahat dalam perbutan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah ; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).

Juga, orang vessa yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).

Juga, orang sudda yang menempuh kehidupan salah dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), alam neraka (niraya).

Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia (suggati), alam surga (sagga).

Juga, orang brahmana yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya. Setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.

Juga, orang vessa yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan­perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.

Juga, orang sudda yang menempuh kehidupan bajik dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.

Vasettha, orang khattiya yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

Juga, seorang brahmana yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran ; yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

Juga, seorang vessa yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan campuran (vimmissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

Juga, seorang sudda yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari ) baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang menganut pandangan-pandangan campuran; maka sebagai akibat dari pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan campurannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

Vasettha, seorang khattiya yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna, maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda-noda batin (parinibbanena-parinibbati) dalam kehidupan sekarang ini.

Juga, seorang brahmana yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.

Juga, seorang vessa yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.

Juga, seorang sudda yang hidup dengan perbuatan, perkataan dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda­-noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini juga.

Vasettha, siapapun dari keempat kelompok masyarakat ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan (kata karaniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran (parikakkhinabhavasannajano), telah terbebas karena memiliki pengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan paling baik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan dhamma (adhamma). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Vasettha, syair ini telah diucapkan oleh Sanam Kumara, salah seorang dari para dewa Brahma :

"Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini,
Yang mempertahankan garis keturunannya
Tetapi ia yang sempurna pengetahuan serta tindak tanduknya
Adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia."

Vasettha, syair ini telah diucapkan dengan baik dan bukannya diucapkan dengan tidak baik oleh Brahma Sanam Kumara, kata-kata yang baik bukan kata-kata yang buruk; penuh arti dan bukan kosong dari arti. Vasettha begitu pula aku menyatakan :

"Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini
Yang mempertahankan garis keturunannya
Tetapi ia yang sempurna pengetahuan serta tindak tanduknya
Adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia."

Demikianlah sabda Sang Bhagava. Vasettha dan Bharadvaja merasa puas dan bersuka cita mendengar sabda Sang Bhagava itu.

(Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya, Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha, Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991)
 
Blogger Templates