Social Icons

Tuesday, July 5, 2016

IV. Raja Giam Kun Keempat ( GO KOAN ONG )

IV. Raja Giam Kun Keempat 
( GO KOAN ONG )





Raja kelima ini juga mengusut segala dosa kesalahan manusia di mayapada, antara lain pelanggaran pelanggaran seperti :
  1. Dimasa hidupnya tidak bisa menjaga kepribadian sendiri , selalu menciptakan kesempatan untuk mengambil keuntungan, berusaha tidak membayar pajak dan tidak mau bayar hutang.
  2. Tidak jujur dalam usaha dagang, menggunakan timbangan yang dibuat sedemikian rupa untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin.
  3. membuat obat palsu hingga orang sakit yang minum obatnya mati, dosanya sungguh teramat besar.
  4. Saat naik kendaraan umum tidak mau mengalah dan memberikan tempat duduknya kepada orang tua yang lemah, termasuk juga perbuatan yang tidak tahu sopan santun.
  5. Mencuri barang umum atau merusak barang yang dijadikan petunjuk jalan umum.
  6. Si miskin tidak tahu diri, yang kaya tidak mau menolong si lemah. keduanya termasuk salah dan patut dihukum.
  7. Melihat teman sakit keras, padahal di rumah punya obat mujarab, tapi tidak mau memberikan untuk menolong jiwanya, hal ini juga dianggap kurang pantas.
  8. Punya resep obat yang diwariskan leluhurnya, tapi tidak mau memberikan pada orang untuk menolong jiwanya atau menggunakan resep itu untuk menipu dan mengambil keuntungan.
  9. Menaruh benda-benda yang membahayakan keselamatan orang lain di sembarang tempat, atau di tempat-tempat umum, sehingga banyak orang menjadi korban.
  10. Beternak unggas sebanyak-banyaknya untuk disembelih dan memungut keuntungan, juga salah satu dosa yang tidak terampuni
  11. Dengan cara yang telengas membunuh kerbau dan kambing atau hewan lainnya.
  12. Berfoya-foya sambil makan berlebihan, dengan cara kejam membunuh makhluk hidup.
  13. Mengemudi kendaraan tidak hati-hati, sehingga terjadi kecelakaan dan menewaskan orang lain yang tidak berdosa. Hukumannya juga amat berat.
  14. Mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi, atau karena ngebut sampai tabrakan, jiwa manusia banyak menjadi korban, dosanya juga teramat berat.
Manusia yang melanggar berbagai kesalahan seperti diuraikan di atas, akan diusut sesuai keadaan sebenarnya, setelah diperiksa oleh Raja Giam Kun keempat, arwahnya akan dikirim ke neraka-neraka kecil dimana berbagai macam jenis hukuman sudah menunggu, setelah jatuh temponya, akan diusut lebih lanjut perkaranya dan diserahkan kepada Raja Giam Kun kelima.
Raja Giam Kun keempat juga membawahi 16 neraka - neraka kecil yang beraneka ragam seperti :
  1. Tok-ti
    Namanya saja telaga beracun, ukurannya memang agak mini tetapi airnya hijau mengkilap, bila badan menyentuh air hijau di telaga mini ini, sakitnya seperti diiris - iris, dapat dibayangkan betapa hebat penderitaan arwah seseorang bila diceburkan ke telaga mini ini.
  2. Gu-lian Tiok-ciam
    Berbeda lagi ragam hukuman yang dilaksanakan di sini, arwah manusia yang masuk ke sini langsung diborgol dengan rantai besar leher dan pinggangnya hingga badannya menelikung, dalam keadaan demikian badannya didorong jatuh ke sebuah kamar di mana terdapat banayk ular-ular berbisa dengan gigi dan taringnya yang tajam dan menyeramlan.
  3. Hut-thang-siau-jiu
    Neraka kecil yang ketiga ini menyiapkan sebuah kuali raksasa untuk menyambut tamu-tamu pesakitan yang harus menjalani hukuman disini. Bara terus menyala di bawah kuali hingga airnya terus mendidih, iblis yang bertugas dengan bengis akan menusuk badan pesakitan mirip satai layaknya, dimulai kaki tangan dicelupkan ke dalam air mendidih itu, terakhir baru sekujur badannya digodok hingga matang.
  4. Ciang-sim-liu-ya
    Telapak tangan bernanah, hukuman yang dilaksanakan di neraka kecil keempat ini, memang khusus ditujukan bagi arwah yang suka mencuri atau jahil tangannya. Di tempat ini jari dan telapak tangannya ditusuk dan dicacah hancur sampai bernanah dan membusuk.
  5. Toan-kin-pak-kut
    Berbeda lagi hukuman yang dilaksanakan di sini, para pesakitan harus ditarik urat atau ototnya dan dibetot tulangnya, lalu dicincang secara sadis sampai batas waktunya.
  6. Yak-kian-pak-bwe
    Iblis-iblis yang bertugas di neraka kecil ini lebih banyak jumlahnya, begitu ada arwah yang harus menjalani hukuman di sini, langsung ditangkap kepalanya, ada pula yang pegang kaki dan tangan, dalam keadaan tak berkutik itulah, petugas lain membeset kulit sekujur badannya, sementara iblis lain menyiapkan trisula menusuk punggungnya.
  7. Coa-an-hu
    Arwah yang harus menjalani hukuman di sini langsung dijambak rambutnya oleh iblis-iblis jangkung yang membawa gada berduri. setelah rambutnya diikat di tiang gantung, badannya dihajar dengan gada berduri itu hingga luluh.
  8. Cun Hong
    Begitu pesakitan digiring ke dalam neraka kecil ke 8, ia menghadapi gunung - gunungantembaga yang runcing bagian atasnya, bentuknya mirip piramida, di bagian bawah gunungan ini dipasangi borang. Pesakitan disuruh naik keatas gunungan tembaga yang sudah dilumuri minyak, jadi licinnya luar biasa, kalau membangkang dihajar dengan cemeti, meski berhasil mencapai puncak gunung, akhirnya toh terpeleset jatuh ke bawah dan disambut borang yang runcing menembus badan, begitulah hilir mudik naik turun, hukuman terus dilakukan sampai batas temponya untuk diserahkan ke neraka selanjutnya.
  9. Tiat-ih
    Namanya juga baju besi, tapi pesakitan yang dihukum di sini bukan hanya disuruh memakai baju besi saja, ternyata bagian dalam baju besi ini banyak duri tajam, para hukuman harus melompat dan bergulingan, karuan tubuhnya bolong-bolong tertusuk duri, para petugas tidak peduli jeritan-jeritan yang menyayat hati, bila berhenti berguling langsung ditendang atau dihajar dengan tongkat besi.
  10. Sui-sek-tou-ap
    Terlebih dahului si terhukum harus menjalani cuci badan dengan dicemplungkan ke dalam sumur yang airnya membuat badan luluh, setelah dikeluarkan badannya dibrondong lagi dengan hujan batu sampai tubuhnya lumat, Malaikat yang berjaga di sini dapat memulihkan badannya seperti sediakala untuk dihajar lagi dengan timpukan genteng - genteng tebal yang didera oleh angin kencang.
  11. Liok-gan
    Cukil mata, semua pesakitan yang masuk ke neraka kecil ini dikorek biji matanya hingga buta.
  12. Hwi-hwe-ce-gau
    Di neraka ini beterbangan kapur-kapur halus mirip halimun yang sifatnya kering. Pesakitan yang dilempar di sini bergulingan di tumpukan kapur yang menyebabkan matanya buta dan mulut penuh kapur, sudah tentu napas juga megap-megap karena menghirup kabut berkapur.
  13. Kwan-yok
    Lebih dulu kaki tangan terhukum diikat, satu iblis menarik dagu ke atas, satu memegangi kepala dan satu lagi menusukkan sebatang bambu runing panjang setengah meter ke dalam mulut hingga tembus ke perut, iblis yang satu lagi menuang obat ke dalam bambu yang terus mengalir ke dalam perut. Wah, jangan ditanya rasanya.
  14. Yu-kauw-kut-tiat
    Sepanjang lorong neraka kecil di sini ditaburi pecahan kaca yang dilumuri minyak kerbau. Para terhukum harus menelusuri lorong panjang dari ujung yang satu ke ujung yang lain, sudah pasti bukan kaki saja yang terluka, sekujur badan juga tentu teriris atau tertusuk pecahan beling bila mereka jatuh berguling.
  15. Jak-jui
    Kaki tangan para terhukum kembali dipentang dan diikat erat, iblis yang bertugas lalu menusuk mulutnya dengan sebatang pipa besi, api neraka akan menyala terus diujung pipa besi itu sampai padam setelah badan si terhukum kering.
  16. Cui-sek-bai-sim
    Di neraka kecil yang terakhir dalam kekuasaan Raja Giam Kun keempat ini, para hukuman kembali diborgol kaki tangannya supaya tidak bisa meronta-ronta. Mulutnya dipentang dengan paksa lalu dijejali kerikil-kerikil halus yang harus ditelan sampai perutnya membuncit.
Bila anda ingin selamat dan setelah meninggal supaya tidak menjalani hukuman berat di neraka-neraka kecil, maka pada tanggal 18 bulan 2 penanggalan Imlek harus bersembahyang dan bersumpah bahwa selanjutnya tidak akan melakuakn kesalahan dan berbuat dosa, dengan kenyataan hidup sebagai tekad penyesalan dan ketulusan yang sebenarnya, akan dapat terhindar dari siksa derita seperti yang terjadi dalam neraka kecil. Jikalau anda bisa lebih mempertebal keyakinan diri sendiri bahwa anda benar-benar sudah insaf dan bertobat, maka anda akan mencetak dan menyebarluaskan kitab suci Giok Lek, orang lain juga pasti akan bertobat dan memperbaharui hidupnya, kalau hal ini dapat dicapai maka Tuhan akan lebih memberikan anugerah yang lebih besar.

III. Raja Giam Kun Ketiga ( SONG TE ONG )

III. Raja Giam Kun Ketiga 
( SONG TE ONG )





Song Te Ong khusus menghukum orang - orang yang berdosa dalam hal :
  1. Tidak setia terhadap bangsa dan negara, tidak loyal terhadap pimpinan, punya ambisi memberontak lalu jadi pengkhianat.
  2. Sebagai pejabat berlaku kejam dan ganas, menindas rakyat demi mencapai kedudukan dan mengeruk kekayaan pribadi, melanggar undang-undang negara dan menginjak - injak perikemanusiaan.
  3. Para pendidik pada umumnya yang tidak punya tekad dan kemauan untuk berbakti kepada nusa dan bangsa.
  4. Dalam kekeluargaan, suami yang tidak tahu tanggung jawab dan istri yang ingkar kewajiban, sehingga keluarga hancur berantakan.
  5. Sebagai anak pungut, anak angkat yang dibesarkan sejak kecil. setelah menerima budi dan warisan, lupa membalas kebaikan malah membuat orang yang mengasuhnya celaka.
  6. Karena berdosa masuk penjara, tapi secara diam-diam melarikan diri. Atau melarikan diri di tengah jalan saat tempat hukumannya dipindahkan ke tempat lain. Karenanya para pengawal dan keluarganya yang menjadi sengsara.
  7. Saat mengubur ayah bundanya, waktu menggali tanah menemukan tulang belulang atau layon orang lain, tidak segera memilih tempat lain sebagai liang lahatnya. sehingga merusak pusara orang lain.
  8. Memalsukan surat-surat, merubah perjanjian dan memalsukan tanda tangan sehingga pihak lain menjadi celaka karenanya.
  9. Perbuatan lain yang merugikan orang banyak atau kepentingan umum.
Mereka yang melanggar dosa-dosa seperti yang terurai di atas, algojo akan menggusurnya ke sidang, setelah diusut perkaranya lalu dijebloskan ke neraka kecil dan menjalani hukuman - hukumannya. Dari kraton ketiga ini masih harus dilanjutkan pengusutannya di kraton ke 4. Keenam belas neraka kecil di kraton ini adalah :
  1. Giam-lo
    Arwah manusia yang dijebloskan dalam neraka kecil ini, badannya dicakar dengan cakaran besi hingga dedel dowel, oleh iblis yang bertugas disini lalu dicemplungkan ke dalam empang yang berisi air garam. Coba bayangkan betapa sakitnya badan yang penuh luka itu direndam air garam.
  2. Moa-kwan Kwa-liu
    Dengan tubuh penuh luka dan kesakitan , pesakitan ini diseret ke neraka kecil kedua, di sini sudah tersedia borgol besi dan macam-macam tali yang membelenggu sekujur badannya, hingga dalam keadaan kesakitan tidak mampu meronta sedikitpun juga.
  3. Coa-kin
    Di sini pesakitan dibetoti urat kaki dan urat tangannya, lalu isi perut terutama ususnya dicecer keluar, setelah itu badannya digantung sampai tiba saatnya untuk selanjutnya dikirim ke neraka kecil keempat.
  4. Tong-tiat Kwat-lian
    Arwah halus yang harus menjalani hukuman di neraka kecil ini diparut wajahnya, lalu ditampar pulang pergi kanan kiri pipinya hingga kelenger. Hukuman ini terus dilakukan berulang-ulang.
  5. Kwat-ci
    Iblis bengis yang bertugas di neraka kecil kelima dengan tawa beringas membeset kulit dagingnya, lalu diiris - iris dan tulangnya digergaji. Hukuman ini juga terus dilakukan berulang kali sampai batas waktu yang ditentukan, baru dilempar ke neraka kecil keenam
  6. Kam-ci-sim-kan
    Sesuai namanya, cara menghukum pesakitan di sini dengan cara menusuk dada merogoh jantung dan jerohan lainnya.
  7. Kwat-lan
    Pesakitan yang sudah dedel-dowel dadanya setiba di neraka kecil ketujuh dikorek bola matanya, sementara kaki tangan diikat di cagak kayu besar, setelah tiba tempo hukumannya baru dilepas dan didorong ke neraka kecil selanjutnya.
  8. Sam-pi
    Di sini tersedia bangku panjang dan parutan, arwah halus yang harus disiksa di neraka kecil ini dibelenggu di atas bangku, lalu kulit dagingnya diparut hingga tinggal belulangnya saja.
  9. Goan-ciak
    Para pesakitan disini pukul rata ditebas buntung kedua kakinya sebatas lutut dan dibiarkan berguling-guling di tanah sambil menjerit-jerit kesakitan.
  10. Pwat-jiu-kiat-kak
    Beberapa iblis beringas menjalankan tugas bersama, ada yang pegang kepala, kaki tangan diikat lalu satu persatu kuku jarinya dicabuti.
  11. Sip-hiat
    Arwah halus manusia yang harus menjalani hukuman di neraka kecil ke 11 ini, dihisap darahnya hingga badannya menjadi kering
  12. To-tiauw
    Di neraka kecil ke 12 ini, arwah yang berdosa masih harus diikat kedua kakinya lalu digantung dengan kepala di bawah kaki di atas.
  13. Hun-the
    Badan manusia berdosa dipentang kaki tangannya. Algojo Iblis bengis sudah menyiapkan gergaji besar, dari kepala turun ke punggung terus ke perut sampai badannya terbelah menjadi dua, lalu dipotong kaki tangannya.
  14. Cu-auw
    Arwah halus yang sudah tidak karuan badannya masih harus disiksa pula di neraka kecil ke 14 ini, badannya dibiarkan dirubung semut-semut raksasa dan dibiarkan digerogoti cacing yang lahap sekali.
  15. Kek-cip
    Dalam neraka kecil ini iblis yang beringas sudah siap menunggu arwah yang harus dihukum di sini. Lebih dulu lututnya dipukul dengan palu raksasa hingga remuk demikian pula sikutnya dihantam sampai hancur, dalam keadaan setengah mati masih dipanggang lagi di atas bara yang panasnya bukan main.
  16. Kek-sim
    Algojo yang juga Iblis seram sudah menyiapkan sebatang besi runcing mirip tombak yang dibakar di perapian hingga membara. Besi membara ini ditusuk ke jantung pesakitan yang harus menjalani hukuman disini.
Dianjurkan kepada manusia umumnya supaya bersembahyang dan mohon pengampunan pada tanggal 8 bulan 2 penanggalan Imlek berjanji dan bersumpah untuk bertobat dan insaf, tidak akan melanggar pantangan dan berbuat kesalahan pula. Setelah bertahun - tahun bertobat dan betul-betul insaf, pasti memperoleh keringanan atau bebas dari siksa derita seperti yang terjadi di setiap neraka kecil

II. Raja Giam Kun Kedua ( COH KANG ONG )

II. Raja Giam Kun Kedua 
( COH KANG ONG )




Kraton dimana COH KANG ONG berkuasa letaknya di luar lautan besar, arahnya juga ke Timur, memegang kuasa atas orang - orang yang berdosa melakukan berbagai macam kejahatan yang beraneka ragam bentuknya seperti :
  1. Menculik anak, menipu laki laki atau perempuan yang belum dewasa lalu dijual untuk dijadikan budak.
  2. Merebut dan menguasai harta benda orang lain.
  3. Berhati culas dan punya maksud jahat, misalnya merusak mata kuping atau membuat buntung kaki tangan orang lain.
  4. Menjadi dokter atau tabib gadungan, menjual obat palsu demi mengeruk keuntungan pribadi, dosa yang satu ini teramat berat.
  5. Memungut anak perempuan dijadikan babu, setelah dewasa tidak diizinkan menikah, sehingga masa remajanya terbuang percuma, hal hal yang sering dianggap sepele ini juga ada sanksinya.
Bagi mereka yang melakukan kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas akan diusut perkaranya, setelah jelas juntrungannya baru akan dijatuhi hukuman, petugas yang menunaikan perintah akan menggusurnya ke dalam sidang, di sini dosa kesalahannya akan dibeberkan dan berdasarkan undang-undang neraka yang berlaku diputuskan hukumannya.
Perlu dijelaskan lebih jauh, bahwa di Kraton kedua ini COH KANG ONG berkuasa dengan sebutan WAN CAI, dimana terdapat 500 Yu-Sun yang berkeliling. letak satu dengan yang lain Yu-Sun jaraknya 40 depa. Di luar 500 Yu-Sun ini masih terdapat pula 16 neraka kecil sesuai dengan fungsi dan peranannya, ke 16 neraka kecil ini mempunyai nama yang berbeda, yaitu :
  1. Hek-hun-swa
    Dalam neraka kecil yang pertama ini, arwah yang harus menjalani hukuman akan dicincang kaki tangannya, bila tiba saatnya akan menghembus datang angin badai yang membawa pasir hitam, begitu kencang dan derasnya angin berpasir ini, sehingga tubuh si terhukum tak karuan lagi bentuknya, sekujur badan penuh luka-luka. bayangkan saja betapa derita siksa yang dialaminya. Usai disiksa di sini masih harus masuk neraka kecil kedua.
  2. Pun-sai-ni
    Sesuai namanya, lumpur kencing dan najis. Dalam keadaan badan penuh luka terkena pasir hitam, di neraka kdua ini si terhukum dicemplungkan ke dalam lumpur kencing dan najis. Selama beberapa waktu lamanya ia direndam dalam lumpur itu, padahal betapa busuk baunya. Setiba saatnya baru dikeluarkan dan harus menjalani siksa bentuk lain pula di neraka kecil ketiga.
  3. Ngo-jia
    Dalam neraka kecil ketiga yang gelap ini terdapat lima jalan simpang, di bagian atas jalan setinggi leher manusia direntangkan kawat kawat baja yang simpang siur. Begitu si terhukum masuk ke sini ia tidak akan kuat bertahan duduk atau berdiri karena lantainya panas, di dalam kegelapan tentu dia akan lari kian kemari mencari tempat yang aman, namun setiap kali bergerak tentu lehernya terjerat kawat, begitu jatuh ia pasti terlompat berdiri pula karena badannya yang menyentuh lantai pasti pasti hangus terbakar. begitulah selama berada di neraka ketiga ini si terhukum akan terjatuh bangun dan terjerat lehernya dalam kegelapan. Setelah habis tempo hukumannya baru dikeluarkan dan dimasukkan pula ke neraka kecil keempat.
  4. Ki-goh
    Dalam keadaan tubuh luka kena pasir, bau busuk karena kencing dan najis, lalu terbakar dan melepuh, di neraka kecil keempat yang juga gelap gulita ini, ia tidak disikasa secara badaniah, tapi dalam jangka waktu yang ditentukan ia tidak diberi makan dan minum. dalam keadaan lemas unglai kembali ia diseret ke neraka kecil kelima.
  5. Cou-kai
    Dalam keadaan lemas lunglai ini, tubuhnya dipanggang di atas bara yang berkobar hingga hangus.
  6. Long-hiat
    Dalam keadaan lemas lunglai, tidak makan, lagi tubuh penuh luka dan kotor, sudah tentu luka-luka ditubuhnya itu akhirnya membusuk dan bernanah, saking lapar dan tak tertahankan lagi terpaksa ia menghirup darah dan nanah ditubuhnya sendiri.
  7. Tang-hu
    Di neraka kecil ini terdapat banyak kawat tembaga yang besar berjajar, mereka yang terhukum di sini dibakar sampai tubuhnya hangus lebur menjadi abu. Tapi di tempat ini ada malaikat yang bertugas, begitu tubuh si terhukum menjadi abu, dengan senjata wasiatnya ia dapat memulihkan tubuh si terhukum seperti sediakala. Begitulah secara berulang hukuman itu harus dilakoni hingga temponya habis.
  8. To-tong-hu
    Di nerak kecil ini juga dibentang banyak kawat kawat kuningan, bukan besar tapi kecil lagi halus, juga bukan dibakar tapi dipanasi seperti datangnya arus listrik yang bertegangan tinggi, hingga si terhukum akan bergetar dan meronta-ronta saat arus panas itu dialirkan.
  9. Tiat-khai
    Hukuman ini masih terus berlanjut di neraka ke 9, di sini terdapat gilingan besi. Semua pesakitan di sini digilas dengan gilingan besi raksasa hingga tubuhnya hancur lebur dan gepeng. Tapi malaikat yang berdinas disini akan memulihkan kembali badan kasarnya, tapi lalu digilas lagi hingga jatuh temponya.
  10. Sui-liang
    Di neraka kecil ke 10 ini, para pesakitan akan digantung dengan leher ditusuk gaitan besi yang bentuknya mirip gaitan dacin, ada pula yang ditusuk akinya, pingang, mulut atau perutnya. seusai menjalani hukuman di sini, masih diseret ke neraka kesebelas.
  11. Ke-siauw
    Aneh adalah di neraka kesebelas ini banyak terdapat ayam-ayam jago, tapi bukan jago sembatrang jago, karena paruh dan taji jago-jago ini ternyata sekeras baja, dan tugas jago-jago ini adalah mematuki badan para pesakitan.
  12. Si-ho
    Dalam neraka ke 12 ini terdapat sungai, tapi air sungainya dari kapur putih tidak pernah mengalir, para pesakitan dicemplungkan ke sungai kapur dan ditenggelamkan sampai beberapa waktu lamanya.
  13. Ciak-ciat
    Begitu ada pesakitan terhukum di sini, datanglah iblis-iblis jahat dengan bentuk dan tampang yang menakutkan, lebih mengerikan lagi iblis-iblis ini membawa pedang besar, ada pula yang membawa kapak, para pesakitan dipentang kaki tangannya, lalu satu persatu dibacok putus dan badannya terus dicincang hingga luluh. Namun malaikat yang berwenang di sini mengembalikan badan kasarnya, terus didorong ke neraka ke 14.
  14. Kiam-yap
    Di sini terdapat hutan pedang, tak terhitung banyaknya pedang-pedang runcing dan tajam yang ditata dengan ujungnya menghadap ke atas. pesakitan yang masuk di sini langsung dilempar ke dalam hutan pedang ini hingga tubuhnya tertembus pedang. Aneh adalah para pesakitan yang badannya luka tertembus pedang ini tidak mati, namun dibiarkan tersiksa ke neraka 15.
  15. Dalam neraka kecil ini berkeliaran serigala serigala kelaparan yang sengaja diciptakan dengan gigi dan taring setajam pisau, demikian pula cakarnya sekuat ujung tombak. Pesakitan yang dijebloskan di neraka ini menjadi rebutan kawanan serigala lapar itu, hingga yang tersisa hanya tulang-belulangnya, namun malaikat yang bertugas mengembalikan tubuhnya seperti sedia kala. Begitulah secara berulang-ulang tubuhnya dibiarkan menjadi santapan kawanan serigala.
  16. Han-ping
    Air yang teramat dingin biasanya mengeras menjadi es, berbeda dengan air dalam empang di neraka ke 16 ini, dinginnya melebihi es tapi tidak beku. Bila pesakitan direndam dalam air empang ini, kawanan iblis lalu berjaga denga nketat, tiada satupun para pesakitan yang bisa menongolkan hanya kepalanya sekalipun di permukaan air.

Maka kalau manusia di dunia ini, lelaki atau perempuan suka membaca dan menganjurkan orang lain juga membaca Giok-Lek, atau buku yang ada padanya kauberikan kepada orang lain serta menyebar luaskan kitab suci ini. Atau bila melihat orang lain sakit, sering membelikan obat dan memberikan bubur atau nasi, membimbing si lemah dan membantu keluarga miskin, walau dahulu ia pernah berbuat salah dan berdosa, tapi kalau belakangan mau insaf dan bertobat, maka jasa pahala berbuat baik itu dapat menebus dosa kesalahannya, malah bukan mustahil takaran kebaikannya akan menghimpas hukuman yang semestinya ia jalani. Untuk ini perlu dianjurkan untuk lebih giat beramal, mencintai sesamanya terutama semua mahkluk berjiwa, tidak sembarang membunuh atau menganiaya.

Berilah petuah kepada anak-anak jangan membunuh serangga apapun, selama hidup dianjurkan untuk berbuat baik. Saat bertobat dan berjanji untuk berbuat baik yang paling tepat adalah tanggal 1 bulan 3 penanggalan imlek, tapi selanjutnya harus bersumpah pantang membunuh tetapi membebaskan atau melepas hewan dan ikan atau burung, sehingga kelak setelah meninggal arwahnya tidak usah masuk neraka yang penuh siksa derita, tapi boleh langsung menitis arwahnya kepada keluarga bangsawan atau keluarga dermawan di dunia.

I. Raja Giam Kun Pertama ( CIN KHONG ONG )

I. Raja Giam Kun Pertama 
( CIN KHONG ONG )






Tugas penting dan paling utama bagi CIN KHONG ONG adalah menguasai hidup mati manusia, untung atau buntung bagi arwah-arwah yang memasuki akhirat. disini ada petugas atau pemandu yang kerjanya menimbang baik atau buruk arwah seseorang, entah dia akan diantar ke sorga atau harus segera dilempar kembali ke dunia fana dan dilahirkan di keluarga kaya, berpangkat atau bangsawan. 

Bagi orang yang pahala kebaikannya dua kali lipat lebih banyak dari standart yang sudah ditentukan, setelah mati arwahnya akan langsung diantar dan diserahkan kepada Giam Kun ke 10, dari sini akan langsung dilahirkan kembali ke dunia fana sebagai manusia biasa. Bagi orang yang semasa hidupnya melakukan kejahatan lebih banyak dari kebajikan. setelah mati diharuskan naik ke Giat-khie-thai. Giat-khia-thai terletak di sisi kanan ruang sidang, tingginya ada satu tombak lebih, kaca bundar yang bergaris tengah 10 kaki itu digantung ke arah timur menghadap Matahari. di sebelah atasnya bergantung juga sebuah pigura besar, dimana terukir huruf-huruf yang berbunyi, "Di atas ( di depan ) Giat-khia-thai tiada orang baik."

Terutama kawanan setan dan dedemit yang banyak melakukan kejahatan dan perbuatan terkutuk, di depan kaca besar ini ia dapat melihat sendiri seluruh kejahatan yang pernah dilakukannya di dunia, seolah - olah melihat adegan - adegan yang menjijikkan itu di layar bioskop atau televisi saja.

Maka berdasarkan nilai kejahatan dan dosa-dosa perbuatannya itu, para petugas yang juga pemandu itu menggusurnya dan diserahkan kepada Giam-Kun kedua untuk menerima hukumannya. Tatkala itu walau kamu insaf dan bertobat, meski awak memiliki segudang emas juga tak mungkin membawanya kemari, bahwa dosa-dosamu sudah bertumpuk - tumpuk, menyesal atau bertobat juga sudah terlambat. Secara kenyataan justru orang - orang seperti inilah jumlah perbandingannya paling banyak di dunia.

Orang - orang yang melakukan kejahatan, ruang lingkupnya justru teramat luas, misalnya mengeruk keuntungan sendiri dan merugikan orang lain, yang kuat menindas yang lemah, menindas mereka yang lemah dan baik hati, lupa budi, tidak membalas kebaikannya malah mencelakakannya, durhaka terhadap orang tua, bersifat kejam dan suka membunuh, menganiaya hewan, membunuh dan merebut hartanya, mengadu domba dan mengada-ada, menimbulkan kasus berdarah, dan segala perbuatan yang melanggar kebenaran dan kemanusiaan, segala dosa kesalahan bertumpuk pada dirinya. Maka berdasarkan data-data nyata, menurut taraf kesalahannya, masing-masing digusur dan diserahkan kepada Giam Kun kedua untuk menjalani hukuman sesuai dengan ganjarannya.

Satu hal perlu diperhatikan, tanpa memperdulikan kasih sayang dan asuhan bunda sendiri yang melahirkan dirinya, hanya lantaran suatu masalah kecil tak berarti, tapi nekad bunuh diri mengakhiri hidupnya, kecuali bunuh dirinya itu demi membela kebenaran, kesucian, menegakkan loyalitas dan demi membela nusa dan bangsa. setelah mati akan diangkat menjadi malaikat.

Bagi mereka yang memandang enteng kehidupan dan bunuh diri itu memang banyak ragamnya, umpamanya hanya karena perbedaan paham, menimbulkan rasa benci dan dendam lalu bunuh diri, atau ada yang bunuh diri karena dirinya melakukan pelanggaran dan konangan, karena takut dihukum lalu bunuh diri. Malah ada juga yang ingin membuat orang lain celaka, lalu pura-pura bunuh diri. namun main-main malah jadi sungguhan, maka cara bunuh diri seperti ini akan memperoleh hukuman sesuai dengan perbuatannya.Oleh petugas arwahnya akan diseret kembali ke tempat dimana ia bunuh diri. Arwahnya dilarang menerima persembahan sesaji atau sembahyangan.

Kalau disana dia diam-diam menyembunyikan diri, dan tidak menampakkan diri untuk menakuti manusia. maka arwahnya akan digusur dna diserahkan kepada Giam Kun kedua, disini akan diperiksa jasa-jasa kebaikannya semasa hidup. kalau memang harus dijebloskan ke dalam neraka maka ia akan mendapat siksaan disana. Tapi ada juga orang yang bunuh diri, tapi sukmanya gentayangan, karena matinya tidak wajar atau karena tidak rela mati, diwaktu malam sering menampakkan bentuknya yang aneh dan menakutkan untuk mengejutkan orang dan membuat mereka ngeri. kalau ada kejadian seperti ini, maka Cin Khong Ong akan mengutus petugasnya, setan bermuka hijau dengan sepasang taringnya yang besar membawanya ke berbagai neraka untuk menjalani hukuman, seusai menjalani hukuman masih harus dijebloskan ke neraka paling gelap dan besar yang dinamakan Ho Pit, disini ia digantung dan dirantai, selamanya tidak boleh menitis kembali ke dunia. Maka bunuh diri itu hukumannya amat berat di Neraka.

Maka dianjurkan kepada manusia, supaya pada tanggal 1 bulan 2 penanggalan Imlek, berlututlah ke arah Barat dan sembahyang dengan tulus dan khidmat, berjanji akan menganut ajaran Buddha dan berusaha mengembangkan belas kasihan terhadap sesamanya dan menolong yang menderita. Kalau hal ini bisa dilaksanakan, dirinya akan panjang umur dan setelah meninggal arwahnya akan diangkat masuk sorga, di Sorgaloka sepanjang masa akan menikmati hidup abadi.

SUTRA GIOK LEK

SUTRA GIOK LEK 
 

Mengisahkan Tentang arwah - arwah manusia berdosa yang menjalani siksa derita di Akhirat sesuai dengan perbuatan semasa hidupnya di dunia
 

1. Mengapa ada GIOK LEK

Tanggal 30 bulan 7 penanggalan Imlek adalah hari ulang tahun Te Cong Ong Phou Sat ( Bodhisattva Ksitigarbha ), maka 10 raja neraka beserta para malaikat dan pembantu-pembantunya berbondong-bondong datang memberi salam dan menyampaikan sembah kepada penguasa tertinggi di akhirat ini. Dengan suaranya yang lantang merdu penuh kasih sayang Bodhisattva Ksitigarbha berkata : 


"Aku bercita-cita dengan kasih sayang berusaha menolong dan membebaskan manusia yang hidup di dunia fana berbuat kedosaan, tapi kenyataan manusia di dunia fana banyak yang berbuat kejahatan dibanding mereka yang berbuat kebajikan. begitulah gilir bergilir pulang pergi, sejauh hal ini masih terus berputar, pasti takkan ada akhirnya. Coba kalian pikirkan adakah cara yang baik supaya manusia sadar adanya hukum sebab dan akibat. supaya mereka tahu bertobat dan menyesali dosa-dosa yang pernah mereka lakukan, selanjutnya cenderung lebih banyak melakukan kebajikan, hal ini perlu ditingkatkan demi tercapainya harapan itu."


Serentak 10 raja neraka meng-iakan sambil merangkap tangan dengan sikap anjali, bersama - sama mereka menjawab, " Bahwa banyak kejahatan dilakukan manusia di dunia dari pada kebajikan, menurut hemat kami lantaran manusia banyak yang tidak tahu adanya hukum sebab dan akibat. mereka berpendapat kalau orang sudah mati ya habis dan tuntas kewajibannya. Yang berbuat bajik takkan masuk sorga, demikian pula yang berbuat jahat takkan dijebloskan ke neraka, apalagi mereka ragu, apa benar adanya akhirat itu. 

Maka dikala hidup di dunia, mereka bebas melakukan apa yang mereka senang lakukan , sewenang-wenang, yang egois hanya mementingkan diri sendiri. malah tidak jarang mengorbankan jiwa orang lain demi memupuk harta dan benda, jelas perbuatannya ini hanya demi memupuk kepuasan pribadi. Nah, untuk meningkatkan kewspadaan dan pengertian manusia, merubah sifat jahat dan kebiasaan buruk mereka, supaya mereka sadar dan mengerti makna hukum sebab dan akibat yang sesungguhnya, cara yang paling baik adalah memilih beberapa manusia yang berbudi luhur, bajik dan arif membimbing dan mengajaknya mengadakan peninjauan secara menyeluruh ke setiap tingkat neraka, lalu menghidupkan mereka kembali ke dunia.


Dengan anjuran supaya mereka membuat catatan jelas dan rinci tentang hukuman dari akibat yang mereka lakukan semasa hidupnya di dunia, catatan itu boleh dikumpulkan menjadi sejilid buku khusus dan disebarluaskan untuk khalayak ramai.


Disamping menugaskan mereka untuk menjadi juru penerangan supaya menyadarkan dan membuat manusia menyesali segala perbuatan jahat dan kesalahannya, serta meningkatkan laku bajik mereka. Kecuali itu yang lebih penting untuk keperluan ini harus dibuatkan tata tertib yang diberlakukan secara ketat, bagi yang menyadari kesalahan dan mau insaf, selamanya takkan melanggar lagi, malah banyak melakukan kebajikan, harus diberikan pengampunan, yaitu diberi keringanan hukuman. Jikalau mau berbuat baik dalam segala hal, dan mau menyebarluaskan kebenaran adanya hukum sebab dan akibat, bukan saja membebaskan dirinya dari segala hukuman dosa dan kesalahannya, malah memperoleh imbalan panjang umur dan banyak rezeki.


Demikian juga bagi orang - orang yang sudah banyak beramal, selama hidup senang menolong anak yatim piatu dan meringankan penderitaan orang lain, tidak meributkan untung rugi dan semuanya rela berkorban sendiri, apalagi tidak pernah melanggar pantangan dan melakukan kesalahan, sepantasnya dia memperoleh perlindungan dari para dewa dan malaikat, biarlah mereka hidup senang, makmur dan damai, tiada mara bahaya yang bisa melanggar mereka."


Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar ini, Bodhisattva Ksitigarbha manggu - manggut, katanya, " Bagus sekali, baiklah, lakukan saja sesuai pendapat kalian itu."


Tahun itu juga pada tanggal 3 bulan 8, 10 (sepuluh) raja neraka mengadakan pertemuan, hasilnya dicapai persetujuan tata tertib secara menyeluruh, lalu dilaporkan kepada Giok Hong Siang te.

Sehabis membaca laporan itu Giok Hong Siangte berkata, " bagus, bagus sekali. 

Namun selanjutnya kumohon kalian memperhatikan, kalau ada seseorang mulanya memang berbuat salah dan punya dosa, tapi belakangan ia insaf dan bertekad menjadi orang baik, serta menyesali segala kesalahannya, selama hidup tidak melanggarnya pula, harus diberikan dua keringanan hukuman. 

Kalau ada orang yang lebih baik, beritikad melakukan kebajikan dalam segala hal ia banyak melakukan kebaikan, menolong sesamanya sebagai kesenangannya, imbalannya kelak jatuh pada anak cucunya yang akan diberikan kemakmuran dan kejayaan, turun temurun banyak rezeki dan panjang umur, setelah meninggal arwahnya harus dinaikkan ke sorga, atau dititiskan hidup kembali ke dunia dalam keluarga berpangkat malah dapat juga menolong keluarganya yang sedang menjalani hukumannya di akhirat. 

Dalam hal inilah perlu ditekankan, berilah kesempatan pada mereka untuk menikmati kebahagiaan sejati, anak cucu pun ikut merasakannya. cara ini supaya mereka lebih meluruskan jalan tercapainya pengertian mendasar bagi manusia supaya mereka lebih banyak melakuakn kebaikan.


Kuharap berdasarkan laporan ini dan anjuranku tadi, kalian bisa lebih menyempurnakan setiap bait catatan disini, perintahkan kepada Seng Hong, Tho-te dan seluruh bawahan mereka entah malaikat atau setan yang bertugas di bidang ini untuk melaksanakan tata tertib dan petunjukku tadi. Ingat harus dilaksanakan secara tertib dan hati - hati."


Setelah memperoleh petunujk langsung dari Giok Hong Siangte, 10 raja neraka kembali ke Akhirat dan melaksanakan petunuj dan petuah Giok Hong Siang te, secar aktif mereka menggalakkan anjuran untuk banyak berbuat kebaikan dan pantang melakuakn kejahatan, sedapat mungkin menyadarkan dan memberitahu kepada manusia kebenaran adanya hukum sebab dan akibat, 

Kenyataan adanya siksa derita di Akhirat bagi arwah yang melakukan kejahatan di dunia fana, hal ini terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran manusia, supaya betul-betul membuang keinginan berbuat jahat, tapi senang berbuat bajik, untuk mengejar pengampunan bagi arwah mereka setelah meninggal nanti.

Itulah sumber utama timbulnya penerbitan Kitab Suci / Sutra GIOK LEK.


2. Asal Mula Timbulnya GIOK LEK 

Inilah kisah nyata seorang pertapa bernama Tham Ling, seorang yang benar-benar sudah mencapai taraf tinggi dari ajaran yang dianutnya.

Waktu itu pada hari Cong-yang di bulan sembilan tahun Ik Ngo di jaman Thay Ping. Seorang diri Tham Ling bertamasya di puncak sebuah gunung, tiba - tiba ia menemukan sebuah batu yang bentuknya aneh, mirip pilar tapi bukan pilar. Diatas batu mirip pilar ini terukir 56 (lima puluh enam) huruf-huruf yang maknanya menganjurkan manusia untuk berbuat bajik. 


Tengah ia keheranan dan kaget, mendadak dilihatnya pula di arah depan sebelah kanan muncul istana yang megah semarak dengan warna merah emas gemerlapan, pintu besarnya berwarna merah marong, tertutup rapat, sementara pilar diatas pintu besar itu berukir 4 (empat) huruf "Jup-seng-jip-si" ( keluar hidup masuk mati ). Pelan-pelan Tham Ling menghampiri, saat ia longok-longok di depan istana, pintu gerbangnya terbuka sedikit, dari balik pintu beranjak keluar seorang laki-laki berbaju hijau, sikapnya agung suci mirip dewa, dengan gerkaan tangan ia mempersilahkan Tham Ling menuju ke sebelah kiri menuju pintu kecil di samping sana, kini mereka berada di pinggir dalam sebuah ruangan besar yang terang benderang. 


Di kursi singgasana di tengah atas sana, duduk satu dewa langit, si baju hijau segera berbisik di pinggir telinganya, "Hari ini adalah ulang tahun Hong-to Tayte, Beliau itulah yang duduk di singgasana."


Tham LIng manggut-manggut, sikap hormatnya timbul dalam sanubari diam-diam ia sembunyi di pojokan yang agak gelap terlindung Gordyn. pada saat itulah dilihatnya 10 raja neraka dengan berpakaian lengkap kebesarannya beriringan memasuki ruang besar, satu persatu mereka menyampaikan sembah sujud dan mengucap selamat semoga panjang umur, lalu berdiri dua jajar di samping menunggu petunjuk.


Terdengar Hong-to Tayte berkata kepada mereka. "Te Cong Ong Phou Sat (Bodhisattva Ksitigarbha) memberikan belas kasihnya, berupaya untuk memberikan pengampunan dan menolong manusia untuk memperoleh tuntunan ke jalan benar, maka seluruh arwah-arwah yang tersiksa di neraka, meski mereka pernah melakukan dosa, asal mau bertobat dan menyesali perbuatannya, boleh diberi keringanan hukumannya. 

 Apalagi Te Cong Ong Phou Sat (Bodhisattva Ksitigarbha) sudah menyampaikan laporannya kepada Giok Hong Siang te, tentang ditulis dan disusunnya kitab Giok Lek yang mana isinya menjelaskan segala kenyataan yang ada di akhirat, tujuannya supaya manusia yang hidup di dunia dapat membuang kejahatan dan melakukan kebajikan. 


Sebetulnya kitab suci Giok Lek ini sudah lama disusun dan dibukukan, hanya saja selama ini belum diperoleh seorang manusia yang bijak, berbudi luhur yang dapat diberi tugas untuk menyebarluaskan ajaran ini ke mayapada (dunia), hal ini sungguh membuat kita menyesal. kebetulan sekali saat ini hadir satu orang yaitu Tham Ling yang sembunyi di pojok sana, kukira dialah pilihan yang tepat untuk mengemban tugas ini. Kepadanyalah kita serahkan kitab suci Giok Lek supaya disebarluaskan ke dunia fana, agar masyarakat banyak mengerti apa akibat seseorang yang melakukan kejahatan, sebaliknya orang yang berbuat bajik akan mendatangkan kebahagiaan bagi anak cucunya kelak, semoga dengan penjelasan yang mendasar dari kitab ini, dapat menyadarkan manusia untuk merubah sifat buruk dan kesalahannya. "


Pada saat itulah mendadak keadaan menjadi terang benderang oleh cahaya warna-warni,perlahan-lahan tampak Kuan Se Im Phou Sat (Bodhisattva Avalokitesvara) turun dari angkasa. Bergegas Hong to Tayte memimpin 10 raja neraka menyambut di depan istana. semua membungkuk sambil menundukkan kepala, pertanda menyambut sepenuh hati.


Kuan Se Im phou Sat (Bodhisattva Avalokitesvara) menampakkan tubuh keemasannya dengan suaranya yang lembut tapi berwibawa berkata, " Firman, atas perintah Giok-Hong Siangte, atas usul dan anjuran Te Cong Ong Phou Sat (Bodhisattva Ksitigarbha), harus diupayakan supaya Giok Lek disebarluaskan kepada manusia di dunia. 

Biarlah orang-orang yang melakukan kejahatan insaf dan bertobat, selanjutnya tidak akan melakukan kejahatan pula, dengan catatan mereka boleh menebus dosa kesalahan yang pernah dilakukan sesuai dengan ajaran yang berbunyi : "Pang he to to, Lip te seng hud", maksud tujuannya memang mencapai puncak kebajikan. KItab suci ini boleh diserahkan kepada Tham Ling untuk dibawa ke dunia, secara jelas dan rinci harus diajarkan kepada manusia, supaya masyarakat luas mengetahui betapa banyak ragam kejahatan yang dilakukan di dunia, betapa banyak pula macam siksa hukuman tersedia di akhirat, timbal dan balik hanya masalah cepat atau lambat, bencana atau bahagia, bajik atau jahat hanya berputar dalam lingkaran yang akhirnya menjadi satu dan tidak mungkin kosong."


Habis menyampaikan firman Giok Hong Siangte, dengan wajahnya yang bersih dan welas asih, dengan tangan tetap memegang dahan ohon serta menebarkan air suci, perlahan-lahan naik ke angkasa dan lenyap di balik mega.


10 raja neraka juga lantas mohon diri kepada Hong to Tayte untuk kembli ke istananya masing masing di akhirat.

Sementara Tham Ling juga sedang menerima sejilid kitab Giok Lek yang diberikan oleh laki-laki baju hijau, sambil menjunjung tinggi Giok Lek di atas kepala Tham Ling berlutut ke arah Hong to Tay te serta bersumpah bahwa selama hayatnya dia akan menunaikan tugas suci ini. Dengan diantar laki-laki baju hijau bergegas ia keluar dari istana, setiba ia didalam hutan di mana tadi ia menemukan batu berukir itu, batu pilar yang aneh itu sudah tidak kelihatan. 

Waktu ia menoleh, istana megah yang benderang itu pun lenyap tak karuan parannya, yang tampak hanyalah puncak gunung yang dibungkus mega.

Bergegaslah Tham Ling turun gunung dan langsung lari pulang, sejak hari itu ia bertekad untuk mendharma baktikan dirinya dalam jalan suci, menunaikan tugas mulia yang diterimanya dari para dewa, menyebarluaskan kitab Giok Lek dengan segala daya dan kekuatannya, ia yakin makna murni dari kebajikan kitab ini akan dapat diresapi oleh manusia umumnya, itulah tugas berat yang menjadi tanggung jawabnya, semoga ia tidak mengecewakan harapan para dewata yang mau memberikan pengampunan kepada manusia. Dari sinilah asal mula kitab suci Giok Lek.
 


3. Makna Kitab Suci / Sutra Giok Lek  
 
memperkenalkan sidang - sidang hukum yang berlaku di 10 (sepuluh) Istana Raja Giam - Kun ( Raja Neraka )


  1. Raja Giam Kun Pertama ( CIN KHONG ONG ) Istana raja neraka pertama.
  2. Raja Giam Kun Kedua ( COH KANG ONG ) Istana raja neraka kedua.
  3. Raja Giam Kun Ketiga ( SONG TE ONG ) Istana raja neraka ketiga.
  4. Raja Giam Kun keempat ( GO KOAN ONG ) Istana raja neraka keempat.
  5. Raja Giam Kun kelima ( SOM LO ONG ) Istana raja neraka kelima.
  6. Raja Giam Kun keenam ( POK SHIA ONG ) Istana raja neraka keenam.
  7. Raja Giam Kun ketujuh ( THAI SAN ONG ) Istana raja neraka ketujuh.
  8. Raja Giam Kun kedelapan ( TOU CI ONG ) Istana raja neraka kedelapan.
  9. Raja Giam Kun kesembilan ( PENG TENG ONG ) Istana raja neraka kesembilan.
  10. Raja Giam Kun kesepuluh ( COAN LUN ONG ) Istana raja neraka kesepuluh.

 

4. Kisah Neraka PouLok

Tersebutlah Yang Mulia Bun Ciang Te Kun yang berkuasa disalah satu neraka yang disebut Puo Lok. Tugas utama Bun Ciang Te Kun adalah mengadili dan menyiksa manusia yang berzinah atau mereka yang suka berbuat mesum. Di neraka Pou Lok ini arwahnya akan disiksa selama 1500 tahun. Di neraka ini didirikan sebuah corong tembaga yang tinggi, sementara di bagian bawahnya dipasangi puputan api yang menyala, demikian juga bagian dalam corong tembaga itu bara juga berkobar, para pesakitan dipaksa untuk naik keatas corong hingga badannya terbakar hangus. 

Begitu jatuh di tanah malaikat yang bertugas disini akan mengebutnya dengan pusaka yang dibawanya, arwah itu akan pulih segar bugar kembali. Mulai dari awal hukuman ini baru akan berhenti setelah masa hukumannya di neraka Pou Lok ini sudah habis.
 
Demikian juga manusia di dunia yang mencetak buku dan mengarang cerita tentang hubungan laki-laki dan perempuan, merusak akhlak dan moral muda mudi, setelah mati arwahnya akan diseret ke dalam Bu Kan Giok. Di neraka ini sudah tersedia sebuah lumpang besi yang besar, terlebih dahulu badannya dibaringkan di atas meja batu, diiris kecil lalu digodok disebuah kuali besar, dagingnya yang sudah matang dimasukkan ke dalam lumpang lallu ditumbuk sampai lumat. Dari neraka Bu Kan Giok ini masih harus disiksa juga di neraka Pou Lok hingga habis masa hukumannya.


5. Anjuran Para Orang Suci tentang Giok Lek ini

ANJURAN PUT BE TO JIN


Put Be Tojin adalah seorang iman yang dimuliakan, namanya pun dikramatkan. suatu hari beliau bercerita : " Saya ini seorang miskin, pada bulan 6 tahun Bouw-sin saya menempuh perjalanan ke sebuah negeri yang terletak di wilayah Su-coan, setiba di suatu tempat yang dinamakan Seng-tou-siang-li-koan, di tengah jalan saya bertemu guruku, beliau adalah Tam Ji. Beliau menjelaskan secara rinci tentang perbedaan antara dunia fana dengan perjalanan arwah halus menuju ke neraka dan akhirat. Di dunia fana , lelaki atau perempuan, tua muda besar kecil kalau melanggar hukum negara masih bisa minta ampun dan minta keringanan hukuman, malah ada pula pesakitan yang mestinay dihukum berat melarikan diri dan bebas dari siksa derita di dalam sel malah mungkin lolos dari hukuman mati. 


Berbeda dengan di akhirat, di sini tiada hukuman apapun, berat maupun ringan boleh minta keringanan apalagi beroleh pengampunan, dan jangan harap bisa meloloskan diri dari tanggung jawab hukuman yang semestinya ia jalani. hukuman disini bisa diperingan kalau pesakitan yang bersangkutan sudah menjalani hukuman dan menunjukkan sifat baiknya serta benar-benar bertobat dan kapok, karena itulah perlu diberikan penerangan kepada umat manusia di dunia ini, supaya selama hidupnya selalu berbuat kebajikan, beramal dan saleh, lebih penting lagi tidak lupa bertaqwa kepada Tuhan. 


Untuk menyadarkan umat manusia dari segala kelaliman dan kemunaikan itulah, hari ini aku menenuimu dan kuberikan sejilid kitab suci Giok-Lek, cobalah sebarluaskan kitab suci ini untuk umat manusia agar mereka bisa mawas diri dan selanjutnya tidak melakuakn kesalahan dan kejahatan. Setelah memberikan pesan dan menyerahkan kitab suci Giok lek, beliau terbang keangkasa dan lenyap di balik mega. Sambil berlutut saya menerima kitab suci dan tugas mulia dari guru, sayang aku ini Put Be Tojin yang miskin lagi melarat, mana mungkin mencetak dan memperbanyak kitab suci ini untuk umat manusia, terpaksa lewat penerangan dan khotbah-khotbah kuberikan penernagan dan tuntunan kepada umat manusia sesuai petunjuk yang ada dari buku Giok Lek itu. 

Kutambahkan pula anjuran supaya setiap insan manusia di dunia ini selalu memanfattkan kesempatan yang tepat bilaman para Sin-bing, Konco dan Hudco turun ke dunia, hendaklah kamu bersumpah dan bertobat untuk tidak lagi melakukan kedosaan, dan berjanji akan banyak berbuat amal, lebih baik lagi kalau mencetak kitab suci Giok Lek serta menyebarkan seluas luasnya, lebih banyak lebih baik, karena lebih banyak pula umat manusia akan beroleh kesadarannya. 

ANJURAN LIE COU SU YA


Tersebutlah LIE COU SU YA yang menganjurkan manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya supaya enteng langkah dan ringan tangan, maksudnya suka membantu manusia mengentengkan dosa dan pantang berbuat kejahatan, niscaya Tuhan akan memberikan pengampunan dan mengentengkan dosa-dosa kita. Untuk mana lebih ditekankan untuk banyak berbuat amal mencetak Buku-buku kitab suci untuk diwakafkan kepada khalayak ramai yang memerlukan.
 
Sebab perlu diketahui, siang maupun malam para malaikat yang bertugas selalu meronda atau memeriksa tata kehidupan manusia di dunia, baik buruk peri laku manusia dicatat dan dilaporkan secara rinci. Bagi mereka yang selalu sujud dan banyak berbuat kebajikan, bila suatu ketika ketimpa malang, pasti akan beroleh pertolongan dan akhirnya pasti akan selamat dan sentosa. 

Pokoknya dalam setiap usaha dan menapak dalam perjuangan hidup ini. bagi mereka yang saleh dan banyak melakukan kebajikan yang berguna bagi orang banyak, dimana pun berada, setan iblis atau binatang buas sekalipun pasti akan takut dan menyingkir. Hidupnya ini akan memperoleh ketentraman, mendapat rejeki yang layak, beroleh pengampunan dan karunia Tuhan, maka insan manusia di dunia dianjurkan pula untuk selalu ibadat mencari keselamatan dan kebahagiaan.

ANJURAN HONG KAUW LIU CIN JIN


Demikian pula dianjurkan oleh Hong Kauw Liu Cin Jin yang mulia supaya umat manusia lebih banyak mewakafkan kitab suci Giok Lek sebanyak mungkin supaya dibaca dan diketahui oleh umat manusia di dunia yang penuh liku liku kehidupan yang merana ini. Digambarkan oleh beliau bahwa kitab suci "GIOK LEK" tercatat di atas kayangan mas dengan ditaburi intan permata seperti rajanya buku besi di dalam akhirat.


Anjuran ini khusus ditujukan kepada suami istri yang belum memperoleh keturunan, atau orang tua yang mohon supaya anak cucunya kelak tetap hidup mulia. ada pula yang minta supaya keluarganay tetap sehat dan selamat serta panjang umur. Demikian pula para petani yang memohon hasil kerjanya di sawah ladannya tetap panen, hendaklah menghadap kepada malaikat dapur. sampaikan doa dan permintaan yang dikehendaki serta berjanji akan mencetak buku Giok Lek ini sebanyak kemampuan untuk diwakafkan kepada orang banyak.


Sementara untuk memperoleh pengampunan dosa. malaikat dapur akan mencatat perjalanan hidup manusia dan dilaporkan kepada 10 raja Giam Kun, maka itu manfaatkan kesempatan yang sudah dijelaskan di bagian atas. kapan saja Giam KUn turun ke dunia, saat itulah kesempatan paling baik kita untuk langsung memohon dan memperoleh pengampunan dari beliau. 

Umpama usaha ini belum berhasil menghimpas segala dosa-dosa kesalahan kita, bolehlah kita menghadap dan mohon pertolongan Te Cong Ong Phou Sat ( Bodhisattva Ksitigrabha ) untuk memberikan keringanan hukuman, bila kelak harus menjalani hukuman yang berlarut-larut di neraka. Maka mulai sekarang kita harus benar-benar bertobat, sadar untuk tidak melakukan kesalahan apalagi kejahatan, meski hanay berdusta kepada kawan sekalipun, akibatnya tetap akan fatal untuk diri kita sendiri.


Maka dengar dan perhatikanlah apa yang diucapkan oleh Bun Ciang Te Kun ini. " atas perintah Tuhan Yang Maha Kuasa, tiap bulan pada hitungan hari In Bauw, saya harus pergi ke neraka memeriksa dan menetapkan hukuman bagi manusia yang berbuat jahat dan dosa di dunia. Padahal buku-buku catatan dosa manusia yang ada di neraka bertumpuk-tumpuk bagai gunung, ini membuktikan bahwa manusia yang berdosa di dunia tak tehitung banyaknya.


Terutama orang yang merebut istri orang atau memperkosa anak kecil, demikian pula orang yang menganjurkan orang lain melakukan kejahatan.Orang yang merusak rumah tangga orang lain, hukumannya adalah siksa yang amat berat di berbagai neraka selama 500 tahun, kemudian dilahirkan menjadi kuda atau unta, setelah mati harus menjalani hukuman selama 500 tahun lagi baru kemudian dilahirkan kembali menjadi manusia, tapi menjadi manusia hina, timpang atau cacat badan yang lain. Bagi yang berzinah dengan isteri orang atau janda, akan memperoleh hukuman 800 tahun menjalani siksa derita di neraka, kemudian dilahirkan menjadi kambing atau babi yang kemudian dipotong oleh manusia, arwahnya akan dikembalikan ke neraka, 800 tahun kemudian baru dilahirkan kembali menjadi manusia sebagai orang buta atau gagu, menjadi orang yang tidak genap inderanya.


Bagi yang muda berzinah dengan yang lebih tua, melanggar adat perkawinan yang berlaku, hukumannya adalah siksa di setiap neraka selaam 500 tahun, kemudian dilahirkan kembali menjadi ular atau tikus atau binatang kecil lainnya, 500 tahun kemudian baru dilahirkan pula menjadi manusia, tapi ada yang mati dalam kandungan, mati karena sakit dan yang pasti tidak akan berumur panjang.


Bagi pengarang atau penerbit buku yang menceritakan perkara mesum, tentang hubungan laki-laki dan perempuan serta jorok, merusak mental dan moral serta membuat bejat akhlak manusia, kalau mati kelak arwahnya dijebloskan ke neraka yang paling berat hukumannya. Hukuman itu masih terus berkepanjangan sampai buku yang diterbitkannya terjual habis dan terbukti buku itu telah disalah gunakan oleh pembelinya, sejauh petugas yang memerikasa perkara ini belum menyelesaikan laporannya, siksa hukuman yang dijalaninya akan terus berlangsung sampai entah berapa lama, karena pembeli buku dan pembacanya juga ikut berdosa karenanya, setelah pembeli dan para pembaca buku itu sudah tehukum semuanya baru hukuman bagi penerbit buku jorok ini difonis, padahal selama itu ia sudah menjalani hukuman yang teramat berat di pengempangan darah yang najis dalam api neraka.




 

OM MANI PADME HUM


:: OM MANI PADME HUM :::.

OM MANI PADME HUM Ke enam karakter ini secara bersama membentuk enam karakter Mantra Maha terang yang mana setiap orang dapat memancarkan cahaya terang. 

OM OM adalah karakter pertama dari mantra ini. Ketika kamu mengucapkan OM (Nan) sekali saja maka semua hantu-hantu, makhluk-makhluk halus dan lain sebagainya harus merangkapkan kedua tangannya. Mengapa? Ini adalah untuk mematuhi peraturan dan tata cara alam semesta. Sejalan dengan tata cara tersebut mereka mengikut jalan yang benar. Sekali saja karakter (sumber kata) ini telah diucapkan maka para hantu-hantu, makhluk halus dan lain sebagainya tidak berani bertikai dan menciptakan masalah yang mengacaukan dan sebaliknya mereka saling menghormati satu sama lain.

MANI MANI adalah suara yang pertama dalam mantra ini yang berarti "Kebijaksanaan Hening", Dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang dapat mengerti semua hukum-hukum dan juga dapat memisahkan dari noda-noda yakni noda-noda kekotoran bathin dan kesukaran yang dapat dipertimbangkan sama dengan "Seperti Permata yang Engkau Kehendaki yang benar-benar suci dan murni. 

Jika engkau benar-benar murni "Seperti Permata Yang Engkau Kehendaki" segala sesuatu dapat terwujud/terlaksana. Ini juga dapat mengabulkan keinginan/harapanmu sesuai dengan yang engkau pikirkan (kehendaki). Segala cita-citamu akan terpenuhi. Ini adalah manfaatnya.

PADME PADME ini dapat diartikan "Cahaya yang Sempurna menyinari dan juga dapat diartikan sebagai Teratai Yang sedang terbuka (Mekar)". Ini juga dianalogikan sebagai Bunga Teratai Yang Indah yang dapat menyempurnakan dengan sempurna mengabulkan tanpa rintangan. Ini adalah Pikiran yang menakjubkan dari Avalokitesvara Bodhisattva.

HUM Kata HUM ini dapat diartikan "Meletakkan dasar" Segala sesuatu daat dilakukan oleh karakter ini "HUM" yang juga berarti "Melindungi dan mendukung". Sekali karakter (suku kata) ini terucap maka semua Pelindung Dharma dan malaikat berbudi datang melindungi dan mendukungmu. Ini juga berarti "Mengikis bencana". Begitu karakter ini telah diucapkan dan maka segala kesulitan akan teratasi dan musnah. Juga dapat dimaksudkan "Sukses" dalam segala hal yang engkau kerjakan dapat tercapai.

Bagi yang melafalkan 6 karakter mantra Maha Terang (OM MANI PADME HUM) akan selalu dilindungi dan didukung oleh tak terhingga Para Buddha, Bodhisattva maupun Pelindung Dharma Vajra. Pada saat Bodhisattva Avalokitesvara selesai mengucapkan 6 karakter mantra Maha Terang ini sungguh tak dapat dibayangkan, respon yang menakjubkan maupun cara kerjanya yang tidak dapat dibayangkan pula. maka dari itu dapat dikatakan juga sebagai Ajaran Rahasia. 

Jika seseorang mencoba menjelaskannya secara mendetail, maka maknanya adalah tak terkirakan dan tak terbatas yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan. Keenam karakter kata sejati ini dikenal juga sebagai enam karakter mantra Maha Terang yang merupakan hasil (pikiran) yang mendalam, indah, luar biasa, asli dari Bodhisattva Avalokitesvara yang mana pahala dan kebajikannya adalah sungguh tak terhingga, tak terbatas dan tak dapat dibayangkan pula.

Cara agar kita dapat dilahirkan ke alam Sukhavati

1. PENDAHULUAN 

 

•  KONDISI HIDUP

Pernahkah kita merenungi hakekat hidup & mati ? mengapa kita dilahirkan yang kemudian diakhiri dengan kematian? Lalu setelah mati, kita akan menuju kemana? Apakah hanya ada dua pilihan saja surga atau neraka? Dan disaat mengalami proses kematian tersebut, punyakah kita kemampuan menentukan sekehendak hati kita, menuju kemana? Dibalik misteri hidup dan mati, adakah hidup yang kekal? Apakah hanya ada pilihan saja yaitu surga atau neraka. Kalau begitu kemana orang-orang yang dalam kehidupannya, ada berbuat kebajikan tetapi ada juga berbuat kejahatan? Ke Surga atau ke Neraka ? 

Pertanyaan-pertanyaan diatas telah muncul sejak zaman dahulu dan tetap aktual hingga masa sekarang, ada orang yang menjawab dengan gelengan kepala pertanda tidak tahu, sebagian lagi bersikap masa bodoh terhadap apa yang telah dan akan terjadi di dalam hidupnya, dan menganggap kalau mati ya sudah. Bila tidak ada sesuatu lagi sesudah mati, alangkah enaknya hidup ini. Tetapi ada beberapa manusia yang mencari kebenaran hakekat hidup dan mati, baik itu melalui perenungan, bertapa maupun dengan berbagai cara pencarian yang lain. 

Pangeran Siddharta Gautama adalah salah seorang manusia yang mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas, beliau telah berhasil memahami hakekat misteri hidup dan mati dan mampu memberikan petunjuk kepada semua makhluk bagaimana jalan keluar dari lingkaran sengsara tumimbal lahir yang tiada habis-habisnya. Beliau telah mencapai pencerahan sempurna Buddha (makhluk yang telah sadar/makhluk yang telah menaklukkan kelahiran dan kematian) dan bergelar Sakyamuni Buddha. 

Hyang Buddha mengajarkan kepada kita bahwa sebagai manusia kita terikat oleh 3 kondisi, yaitu adanya Dukkha (penderitaan), Anicca (ketidak-kekalan) dan an-atman (tanpa inti). Tentang penderitaan dapat digolongkan dalam 4 penderitaan yang bersifat fisik dan 4 penderitaan yang bersifat rohani/mental, perlu diperhatikan antara penderitaan fisik dan penderitaan mental mempunyai hubungan yang terkait secara erat dan langsung sehingga total ada 8 jenis penderitaan, yaitu:
 
Yang termasuk penderitaan fisik:
 
1. KELAHIRAN
Kelahiran sebagai manusia tidaklah mudah, karena harus melalui beberapa proses dan didukung oleh kondisi yang menunjang. Menurut ilmu kedokteran modern, terjadilah pembuahan dimulai dari perlombaan berjuta-juta sperma yang saling berebut untuk dapat membuahi sebuah atau beberapa sel telur dan setelah terjadi pembuahan masih diperlukan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan janin selanjutnya.
Dalam agama Buddha dikatakan, proses tumimbal lahir menjadi janin manusia harus melewati 8 keadaan panas dan dingin, sehingga bagi mereka yang karma baiknya tidak cukup, tak akan dapat melewatinya, hanya mereka yang cukup karma baiknya untuk menjadi manusia, dapat melewati dan masuk ke dalam kandungan ibu. Dan pada saat dilahirkan, sentuhan/kontak pertama dengan udara membuat bayi langsung menangis untuk mengekspresikan penderitaannya (baik penderitaan yang bersifat fisik maupun mental).
 
2. USIA TUA
Ketika seorang menjadi tua, semua fungsi organ tubuhnya menjadi mundur dan lemah, ingatannya berkurang, segala gerak-geriknya lamban dan tidak leluasa, kecantikan dan keindahan tubuhnya memudar, jiwanya mudah merasa kesepian, tak berdaya dan terasing, keberadaan secara alamiah perlahan-lahan tersisih oleh generasi baru yang menggantikannya, energinya seperti lampu yang kehabisan bahan bakar, mulai meredup….
 
3. SAKIT
Penyakit bisa tiba-tiba datang tanpa permisi, tidak memilih siapa yang bakal menjadi korbannya, dia bisa menyerang orang kaya atau orang miskin, tua atau muda, raja maupun pengemis, tak seorangpun dapat menghindar darinya, biar dia itu seorang dokter sekalipun, akibat penyakit yang dideritanya, manusia menjadi lemah dan mudah putus asa, semua fungsi organ dan metabolisme tubuhnya menjadi kacau-balau, aktifitas sehari-hari terhenti, bahkan kadang-kadang penyakit menjadi berkepanjangan, yang menyebabkan penderitaan lahir dan batin, baik bagi si sakit maupun keluarganya. Tiada seorangpun yang dapat menghindar dari penderitaan sakit, karena sakit adalah proses alamiah berdasarkan karma.
 
4. MATI
Adakah manusia yang dapat menghindari kematian? Cepat atau lambat saat itu pasti akan tiba, doktrin Buddhis tentang anicca (ketidak-kekalan) menjelaskan bahwa semua hal yang berbentuk/dilahirkan pasti akan mengalami kelapukan, usia tua dan akhirnya musnah mati. Ada yang menganggap kematian sebagai proses yang wajar dan siap menghadapinya (terutama bagi mereka yang menghayati agama Buddha dengan benar), tetapi ada yang demikian takutnya, merasa cemas karena tak tahu akan kemana dan menjadi apakah setelah dia mati nanti? Segalanya serba gelap, diliputi misteri, bagi anda yang masih kuatir serta tidak tahu tentang proses kematian atau takut menghadapi saat kematian, silahkan membaca buku ini lebih lanjut, karena didalam buku ini dijelaskan berbagai cara yang bermanfaat yang dapat anda pergunakan pada saat anda berada di ambang batas antara hidup dan mati.
 
Yang termasuk penderitaan rohani/mental: 

1. BERPISAH DENGAN YANG DICINTAI
Bagaimana rasanya bila kekasih, orang atau sesuatu yang sangat kita cintai (orang tua, anak, suami/istri, saudara, sahabat, harta-benda, kedudukan ataupun hewan kesayangan kita) tiba-tiba pergi meninggalkan kita ?
Entah perpisahan ini terjadi sewaktu masih sama-sama hidup (misalnya: karena perceraiaan, ditinggal pergi, kondisi perang, dirampas orang, masuk ke penjara dan sebagainya) maupun perpisahan yang disebabkan oleh kematian, semua ini amatlah memilukan hati, kadang-kadang rasa sedih ini dapat berlarut-larut, sehingga menyebabkan depresi, membuat hidup terasa hambar, kosong seakan-akan jiwa kita juga ikut pergi bersamanya
 
2. BERTEMU DENGAN YANG DIBENCI
Sebaliknya jika seseorang berada di lingkungan yang tidak dia sukai (kawin paksa, pekerjaan yang tidak menyenangkan, tempat tinggal dan lingkungan sosial yang tidak cocok dan sebagainya) serta tak ada pilihan lain sebagai jalan keluarnya, maka hari demi hari berlalu dan terasa kelabu, gairah hidup menjadi padam, tak ada tawa riang, tak ada kegembiraan. Yang dihadapi hanyalah rasa jenuh dan membosankan.
 
3. KEINGINAN TIDAK TERCAPAI
Tidak semua yang kita idam-idamkan selalu terwujud, seringkali antara keinginan dan kenyataan bertolak belakang hasilnya. Cita-cita atau keinginan ini meliputi aspek yang sangat luas (misalnya: rumah tangga, perjodohan, percintaan, karier, pekerjaan, kedudukan, jabatan, nama baik, kehormatan, sekolah, pendidikan, politik dan sebagainya). Jika gagal meraih apa yang diharapkan, seseorang akan merasa sedih dan menderita batinnya, bisa menjadi stress dan frustasi, bahkan bila kegagalan demi kegagalan selalu menimpanya, dia mudah menjadi putus asa, ada yang menjadi gila/sakit jiwa, tak sedikit pula yang mengambil tindakan nekat yaitu bunuh diri.
 
4. TERIKAT OLEH KONDISI PANCA SKANDHA
yang disebut panca skandha adalah rupa (bentuk), vedana (perasaan), samyojana (persepsi), samskara (bentuk-bentuk pikiran) dan vijnana (kesadaran). Karena terikat ole hkebutuhan panca skandha, maka kita akan merasa lapar bila tidak makan, mengantuk bila kurang tidur, juga kebutuhan untuk diperhatikan, dicintai, mencintai, semangat untuk belajar segala sesuatu, rasa egois, demikian pula munculnya berbagai macam perasaan, kesan dan kesadaran…. 

Ajaran Hyang Buddha mengungkapkan hakekat hidup yang berupa dukha, tidak kekal dan tanpa inti, yang mana sering menimbulkan salah pengertian bagi orang awam sehingga mereka menuduh ajaran Hyang Buddha adalah bersifat pesimis, pandangan demikian salah besar, memang benar didalam hidup kadang-kadang kita mengalami peristiwa yang membahagiaakan hati, tetapi bertahan beberapa lamakah kebahagiaan tersebut? Suatu saat kebahagiaan itu akan lenyap bersama tibanya saat kematian, karena kebahagiaan duniawi terikat oleh kondisi yang tidak kekal (anicca) dan tanpa inti (an-atma), sehingga Hyang Buddha mengatakan bahwa hidup adalah DUKKHA
 
B. HAKEKAT KEMATIAN
 
Mati adalah satu kata yang mengerikan bagi kebanyakan orang, sesuatu yang menimbulkan rasa cemas dan takut, dan akan dihindari andaikata mungkin. Sejarah mencatat, demikian banyak orang, pertapa, raja, yang telah berupaya menghindari kematian ( pencarian pil/air abadi ), bahkan ada yang berharap untuk dapat hidup kembali suatu hari kelak setelah kematiannya, misalnya obsesi raja mesir kuno dengan mumminya. Kenyataannya, kita melihat bahwa semua usaha ini sia-sia belaka. Tak ada seorangpun yang dapat menghindari kematian, kematian adalah proses yang harus dijalani oleh manusia biasa, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap. 

Agama Buddha memandang kematian sebagai hal yang wajar terjadi merupakan rangkaian dari proses kelahiran, usia tua, sakit dan mati, sesuai dengan dorongan karmanya. Semua yang terbentuk pasti akan lenyap, semua yang terlahir pasti akan mati. Jika kita menginginkan tiada kematian, hanya mungkin diperoleh dari tiada kelahiran (tidak tumimbal lahir).
Sekarang jelaslah bahwa kematian adalah suatu yang tidak dapat dihindari dan harus dijalani oleh setiap makhluk sebagai akibat dari kelahirannya. Lalu yang dapat kita lakukan hanyalah mengadakan persiapan yang baik dalam menghadapi proses kematian, sehingga bila saat itu tiba, kita tidak menjadi takut, cemas, bingung, serta panik, bahkan kita mempunyai daya kemampuan untuk memilih akan tumimbal lahir di alam mana sesuai dengan yang kita inginkan. 

Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan jauh, jika tanpa persiapan sebelumnya, dia tentu akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti kehabisan bekal, tak ada tempat untuk menginap dan sebagainya. Demikianlah pula dengan manusia yang akan melakukan perjalanan terakhir dalam hidupnya (wafat), jika tanpa persiapan yang baik, dia pasti akan tersesat dan menderita. 

Renungkan, kita sering melihat kadang-kadang kematian itu datang secara mendadak, bisa terjadi pada hari ini, hari esok maupun lusa, mengingat hal itu, mengapa kita tidak mempersiapkan diri mulai sekarang?
Buku ini membahas perihal kematian berdasarkan ajaran Buddha aliran Tantrayana dan aliran Sukhavati. Meskipun saat ini anda bukan pemeluk agama Buddha, bila anda membaca, memahami dan mempraktekkan petunjuk-petunjuknya, maka anda akan memperoleh pengetahuan berharga yang pasti bermanfaat sebagai bekal disaat anda menjalani proses kematian nanti.
 
2. MANUSIA
 
A. HAKEKAT MANUSIA 

Hyang Buddha mengajarkan kepada kita bahwa hakekat manusia sesungguhnya terdiri dari nama dan rupa, yang merupakan perwujudan dari panca skandha (rupam; vedana; samjna; samskara dan vijnana).
Badan jasmani manusia (rupam) terbentuk dari 4 macam unsur (catur-mahabhuta) yaitu unsur panas/api (teja-dhatu), unsur gerak/angin (vaya-dhatu), unsur tanah dan air. Sedangkan badan rohani manusia (nama) terdiri dari perasaan (vedana), persepsi (samjna), bentuk-bentuk pikiran (samskara) dan kesadaran (vijnana). 

Didalam perjalanan hidupnya, manusia pasti melakukan aktifitas/kegiatan, baik itu melalui pikiran, ucapan maupun perbuatannya. Semua aktifitas yang baik (kusala karma) atau aktifitas yang buruk (akusala karma), disengaja maupun tidak disengaja, yang dilakukan sejak manusia itu lahir hingga saat meninggalnya, akan tercatat didalam alajnavijnana (gudang kesadaran). Alajnavijnana dapat diibaratkan suatu gudang yang sangat besar, yang mampu menyimpan seluruh memori perbuatan seorang manusia dan kondisinya bersifat dinamis, alajnavijnana inilah yang akan berperan/menentukan dan ikut dibawa serta dalam proses tumimbal lahir berikutnya.
 
MANUSIA ALAJNAVIJNANA
Rounded Rectangle: Gudang kesadaran <----------------------->     AKTIFITAS  <----------------------->Rounded Rectangle: nama & rupa
Manusia melakukan aktifitas melalui pikiran, ucapan dan perbuatannya (dulu&sekarang) yang akan disimpan didalam gudang kesadaran (alajnavijnana)
 
•  KEBODOHAN MANUSIA 

Didalam Saddharma Pundarika-Sutra bab III yaitu tentang perumpamaan, dijelaskan bahwa kondisi dunia ini ibarat rumah yang sedang terbakar hebat, dimana kepala keluarganya adalah seorang yang sangat kaya raya dan bijaksana. Didalam rumah yang sedang terbakar itu, dilihatnya anak-anaknya sedang asyik bermain-main tanpa menghiraukan kobaran api yang semakin lama semakin bertambah besar, kemudian orang tua yang bijak tersebut memanggil anak-anaknya : “Hai anak-anakku, segeralah keluar dari rumah yang sedang terbakar itu”. Namun sang anak tidak menghiraukan himbauan dan perintah ayahnya, mereka tetap asyik dengan permainannya bahkan tidak merasa cemas dan takut, mereka tidak mengerti dan tidak peduli dengan bahaya kobaran api yang mengancamnya. 

Kemudian ayah yang bijak tersebut berpikir, Rumah ini sedang terbakar oleh nyala api yang besar, bila anak-anakku tidak segera keluar, niscaya mereka akan terbakar juga, baiklah akan kuusahakan cara yang bijaksana agar mereka terhindar dari bencana”. 

Mengetahui kesukaan anak-anak terhadap berbagai macam barang permainan, ayah tersebut lalu berkata : “anak-anakku, berbagai barang yang menarik ayah sediakan di luar sana, bila kalian tidak segera keluar mendapatkannya, kalian akan menyesal nanti. Lihatlah bermacam-macam kereta domba, kereta rusa, dan kereta lembu tersedia di luar pintu untuk kalian pakai bermain-main. Kalian harus segera keluar dari rumah ini dan akan kuberikan mana yang kalian sukai”. 

Mendengar hal itu, anak-anaknya menjadi gembira dan bersemangat sehingga berhasil keluar dari rumah yang terbakar tersebut, sesampainya di luar, mereka bertanya: “Ayah manakah barang yang ayah janjikan tadi, kereta domba, kereta rusa, dan kereta lembu?” 

Sang Ayah lalu memberikan kepada setiap anaknya masing-masing sebuah kereta yang besar, indah dan menarik, dihiasi dengan berbagai barang yang bagus dan berharga; diberi tempat duduk bersandaran; digantungi genta-genta pada ke empat sisinya; semuanya dihiasi dengan tabir yang penuh dengan benda-benda bagus dan mahal; yang dikaitkan dengan tali-temali penuh batu permata; digantungi bunga rampai serta dialasi tikar yang indah lengkap dengan bantalan merah. Kereta tersebut ditarik oleh seekor lembu yang putih bersih, tampan dan kuat yang berjalan dengan langkah tegap secepat angin, disertai dengan pembantu dan pengiring yang menjaganya. 

Ayah dalam cerita diatas adalah Hyang Buddha, yang datang ke dunia (triloka) ini, yang diumpamakan seperti rumah yang sedang terbakar hebat oleh tiga jenis api yang berbahaya, yaitu api keserakahan (lobha), api kebencian (dosa) dan api kebodohan (avidya). Beliau datang karena cinta-kasihnya yang demikian besar untuk menyelamatkan semua makhluk agar mereka bebas dari penderitaan jasmani : kelahiran, usia tua, sakit, dan mati, serta bebas dari penderitaan non fisik yaitu : berpisah dengan yang dicintai, bertemu dengan yang dibenci, keinginan tidak tercapai dan keterikatan pada panca skandha.
Beliau membebaskan semua mahkluk dengan menggunakan 3 jenis kereta, yaitu kereta domba (jalan Sravaka); kereta rusa (jalan Pratyeka Buddha) dan kereta lembu (jalan Bodhisattva). 

Apakah adanya ketiga jenis kereta ini karena Hyang Buddha masih membeda-bedakan atau bersifat pilih kasih? Jawabannya adalah tidak, pandangan demikian salah sama sekali, justru dengan cara ini menunjukkan kebijaksanaan Hyang Buddha yang tiada taranya dalam menolong semua makhluk agar mereka bebas dari lautan samsara. Munculnya perbedaan-perbedaan di atas disebabkan karena masing-masing mahkluk mempunyai karma yang berbeda-beda, sehingga cara untuk menyelamatkannya juga memakai jalan yang berbeda-beda pula. 

Bagi mereka yang memiliki kebijaksanaan yang mendalam, mengikuti Buddha yang dipuja dunia, mendengarkan dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin memperoleh kemajuan, tetapi ingin cepat-cepat terlepas dari triloka dan memperoleh Nirvana bagi dirinya sendiri, mereka akan keluar dengan menggunakan jalan Sravaka. 

Bagi mereka yang mengikuti Hyang Buddha yang dipuja dunia, mendengarkan dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin menggalang kemajuan, berkeinginan memperoleh kebijaksanaan yang mendalam seorang diri, menikmati keseimbangan pribadi serta menguasai hukum sebab-musabab yang saling bergantungan, mereka ini keluar dengan menggunakan jalan Pratyeka Buddha. 

Sedangkan bagi mereka yang mengikuti Hyang Buddha yang dipuja dunia, mendengarkan dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin melaksanakannya, maju penuh semangat, mencari kebijaksanaan Buddha yang murni, menaruh rasa welas-asih kepada semua mahkluk yang tak terhitung jumlahnya dna berniat meringankan penderitaan serta menolongnya, mereka keluar dengan menggunakan jalan Bodhisattva. 

Seperti sang ayah yang mula-mula menarik perhatian anak-anaknya dengan 3 jenis kereta, lalu memberikan sebuah kereta yang besar dan bagus, demikian pula Hyang Buddha telah melakukan tindakan bijaksana dengan menarik perhatian semua mahkluk dengan tiga macam kendaraan dan kemudian demi keselamatan mereka hanya memberikan sebuah kendaraan yang besar saja. Untuk alasan ini, kita mengetahui bahwa Hyang Buddha dengan kebijaksanaan dan kekuatannya yang tidak terbatas, maka dengan satu kendaraan Buddha membedakan dan menguraikannya menjadi tiga yang berbeda. 

Dari perumpamaan cerita diatas pula, kita mengetahui bahwa ada 3 jenis api yang menyebabkan dunia terbakar dan menimbulkan penderitaan bagi umat manusia. 3 macam api beracun ini bagaikan rentetan bunga api yang memercik kemana-mana, menyebabkan dunia penuh dengan angkara murka; kemarahan; dendam; kejam; rasa iri-hati; cemburu; curiga;kesalah-pahaman; kesombongan; egoistis; tak pernah merasa puas; malas; kemelekatan dan berbagai kegelapan batin yang lain. Pada akhirnya manusia kehilangan akal sehatnya dan terseret untuk berbuat jahat (akusala-karma), yang mana akan menyebabkan berkurangnya akar kebajikan, sehingga mereka sulit berjodoh dengan Buddha Dharma dan memperoleh kebahagiaan, seandainya bertemupun mereka akan gagal mendengar dan memahami serta percaya ajaran Hyang Buddha. 

Manusia memiliki kecendrungan mementingkan dirinya sendiri, mereka tidak menyadari bagaimana seharusnya mengasihi dan menghargai orang lain. Mereka berdebat dan bertengkar hanya karena ego dan fenomena/khayalan, yang akhirnya menimbulkan kebencian dan permusuhan. Inilah api dari kebencian (dosa), cara memadamkannya hanyalah dengan mengembangkan cinta-kasih (maitri), kasih-sayang (karuna) dan kebijaksanaan (prajna) terhadap semua makhluk. 

Terlepas apakah orang itu kaya atau miskin, mereka yang kaya raya takut kehilangan seluruh harta yang dimilikinya: rumah mewah, uang, permata, dan segala kenikmatan duniawi lain yang diperoleh berkat fasilitas kekayaannya. Sedangkan si miskin selalu merasa cemas dan kuatir serta merenung apakah yang dapat dimakan untuk esok hari ? kesimpulannya, baik si kaya maupun si miskin sama-sama tidak merasa tenang dan puas dengan apa yang mereka miliki, semua ini karena sifat serakah (lobha), yang mudah terjebak menjadi prasangka buruk, iri hati, kecemburuan sosial yang pada akhirnya menyebabkan penderitaan juga. Untuk mengatasi hal ini, kembangkanlah sifat simpati (mudita) dan keadaan batin yang seimbang (upekkha). 

Ketidak-mampuan manusia untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Kemelekatannya terhadap belenggu-belenggu duniawi yang bersifat khayal (tidak kekal) ketidaktahuan atas ajaran Hyang Buddha menyebabkan manusia bertindak bodoh (avidya), mereka membunuh, mencuri, berjinah, berbohong, memfitnah, berlidah dua, berkata kasar, jahat, kehilangan kesadaran diri dan mempunyai berbagai pikiran buruk/sesat. 

Mereka tidak merasa menyesal dengan perbuatan buruk yang dilakukannya, kadang-kadang bahkan timbul rasa bangga dan gembira dalam melakuakn hal itu, mereka tidak takut pada Hukum Karma / Hukum Sebab-Akibat. Oleh karena itu dikatakan kejahatan yang dilakukan karena ketidak-tahuan kebodohan kegelapan bathin (avidya), sungguh sangat sukar diatasi.
Hanya dengan yakin dan sepenuh hati percaya kepada ajaran Hyang Buddha, didalam hati timbul perasaan menyesal dan bertobat, kemudian menyatakan diri berlindung kepada Triratna (Buddha, Dharma, Sangha), maka akan terbukalah pintu dharma baginya. 

Jangan merasa bimbang dan ragu, Dharma Hyang Buddha tak ada dustanya, segeralah memohon Triratna menyatakan diri berlindung kepada Triratna. Sebab inilah awal dari kesempatan membina diri untuk memperoleh kemajuan, sehingga dapat menciptakan hidup baru yang lebih baik, tentram dan bahagia, penuh kedamaian, bebas dari rasa cemas, ketakutan, kesengsaraan dan penderitaan.
 
3. KEMATIAN
 
Bila kematian tiba, tak ada yang kubawa serta,
Harta, kemewahan bukan lagi milikku.
Kedudukan, nama dan kekuasaan, semua t'lah sirna.
Siapa mengiringi perjalananku ?
Lenyap sudah tali ikatan,
Teman, sahabat, keluarga tercinta, hanya tinggal kenangan
Kini kuteringat
48 janji besar Amitabha Buddha,
Tekad mulia menolong semua makhluk,
Bebas dari derita,
Untuk lahir di Surga Sukhavati.
Kepada-Nya aku berlindung,
Sepenuh hatiku berseru :
Namo Amitabha Buddha ( berulang-ulang )
 
Agama Buddha mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, kematian hanyalah satu fase peralihan antara hidup yang sekarang dengan kehidupan di alam tumimbal lahir yang baru. 

Kalau kita mengambil perumpamaan dengan TV atau radio, ibaratnya perubahan channel / frekuensi, misalnya hidup kita sekarang berada di channel 1, ketika channel 1 dimatikan dan diganti dengan channel yang lain, maka akan berganti pula gambar di layar TV tersebut. 

Bagi mereka yang sewaktu masih hidup rajin berlatih membina diri, menghayati dan melaksanakan ajaran Hyang Buddha, maka dia akan mengetahui kapan saat ajalnya tiba, bahkan ada yang mengetahui jauh sebelum waktunya, bisa beberapa tahun, bulan, minggu atau 1-2 hari sebelumnya, tergantung dari ketekunan dan kemantapannya didalam menghayati Buddha Dharma. Sehingga menjelang saatnya tiba, dia dapat melakukan persiapan seperlunya, yaitu membersihkan diri dan menukar pakaian, lalu bermeditasi sambil menyebut Namo Amitabha Buddha. Begitu nafas terakhir dihembuskan, masih dalam keadaan samadhi dia akan dijemput oleh Amitabha Buddha dan Bodhisattva-Bodhisattva pengiringnya, langsung tumimbal lahir di surga Sukhavati. Tanpa rasa sakit, bebas dari derita terurainya 4 elemen penyusun tubuh jasmani, dan jenazahnya tampak seperti orang yang tertidur nyenyak, tenang dan damai.
 
A. PROSES PENGHANCURAN BADAN JASMANI & ROHANI 

Terurainya 4 elemen besar dimulai dari unsur tanah, unsur tanah ini akan turun ke unsur air, yang menyebabkan badan terasa sesak, seakan-akan menanggung beban yang sangat berat, seluruh otot terasa kaku dan kram, pada saat ini dianjurkan agar sanak saudara jangan menyentuh atau memijatnya, karena akan menambah penderitaan jasmaninya. 

Setelah itu unsur air akan turun ke unsur api yang menyebabkan seluruh tubuh bagaikan diselimuti hawa dingin yang amat sangat, beku, sakit bukan kepalang. Dan dilanjuti dengan turunnya unsur api ke unsur angin, rasa sakit bertambah hebat, seluruh badan terasa panas bagaikan terbakar. Elemen terakhir yang terurai adalah unsur angin, badan rasanya seperti ditiup angin kencang, tercerai berai dan hancur lebur. Saat ini 4 elemen besar telah terpisah, badan jasmani tak dapat dipertahankan lagi, inilah yang disebut mati dalam ilmu kedokteran. 

Tetapi menurut teori Buddhis indra ke 8 (alajnavijnana) dari orang tersebut belum pergi, karenanya belum boleh disentuh, dia masih dapat merasa sakit, bahkan ada yang bisa mengeluarkan air mata, walaupun secara medis sudah dinyatakan mati. 

Jika ada sanak saudaranya yang telah belajar Buddha Dharma ingin menolong dia, ambillah sikap duduk yang tenang dan berilah motivasi kepada almarhum untuk menuju Surga Sukhavati. Lalu dengan penuh konsentrasi membaca Namo Amitabha Buddha berulang-ulang ( ©À ¡R «n µLªüÀ±ªû¦ò ). Hal ini akan membantu mengurangi penderitannya. Bahkan bila semasa hidupnya almarhum pernah menyebut Namo Amitabha Buddha. 

Pada saat ini akan menunjukkan manfaatnya, karena disaat ajal tiba, ingatan manusia menjadi 9 kali lebih kuat dari pada biasanya, sehingga bila ada orang yang lebih penuh konsentrasi membaca Namo Amitabha Buddha untuk dirinya, maka getaran suci ini kontak ke dalam alajnavijnana-nya, apalagi jika dia ikut mengulang Namo Amitabha Buddha sebanyak 10 kali penuh rasa sujud, seketika akan dijemput untuk tumimbal lahir di Surga Sukhavati. 

Ketika membaca tulisan ini, mungkin saudara tertawa dan tidak mempercayainya, tetapi ada baiknya anda tetap membaca lebih lanjut buku ini hingga selesai, mudah-mudahan di kala ajal tiba, dimana ingatan anda menjadi sedemikian kuat, anda masih dapat mengambil manfaat dari hasil membaca buku ini, dan memperoleh pertolongan gaib Amitabha Buddha.
 
•  49 HARI PERJALANAN BADAN MEDIO (ALAJNAVIJNANA)
Setelah seluruh 4 elemen besar terurai, maka indra ke 8 pun (alajnavijnana) mulai meninggalkan badan jasmani, masa ini disebut masa medio (peralihan). Alajnavijnana yang sudah terlepas dari badan jasmani disebut juga dengan istilah badan medio. 

Jangka waktu sebelum badan medio tumimbal lahir ke alam yang lain adalah selama 49 hari (7x7 hari). Menurut aliran Sukhavati dihitung sejak saat dia meninggal hingga hari ke 49. Sedangkan menurut aliran Tantrayana, setelah terlepas dari badan jasmani, badan medio akan pingsan dan baru sadar 3,5 - 4 hari kemudian, sehingga masa 49 hari dihitung mulai 3,5 - 4 hari sesudah hari kematiannya.
 
Kondisi umum badan medio :
Pada mulanya badan medio belum menyadari bahwa dirinya telah meninggal dunia, seandainya kita dapat melihat keberadaanya, akan terlihat terang dan lincah. Dia merasa semua indranya lengkap : mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikirannya bekerja sangat baik. Orang yang semasa hidupnya buta dapat melihat kembali, yang bisu dapat berbicara, yang tuli dapat mendengar, badannya pun dapat melanglang buana, bebas tiada yang merintangi.
Jika pada waktu itu ada sanak keluarganya mengadakan upacara kematian dan memanggil namanya, maka dia akan mendekati jenazahnya dan menjadi sadar bahwa dia telah tiada. 

Bisa juga ketika dia berada di depan cermin dan tidak terlihat bayangan dirinya, tahulah dia bahwa dirinya telah meninggal dunia, sesaat dia menjadi galau dan tersentak kaget. Karena kemelekatannya terhadap duniawi masih tebal, dia mencoba berkomunikasi dengan orang-orang yang dikenal semasa hidupnya, ternyata tidak ada hasilnya. Dalam keadaan bingung dia mencari badan kasarnya dan ingin masuk kembali, itupun sia-sia belaka, proses penghancuran badan jasmaninya telah berjalan, dia hanya dapat berharap ada suatu tempat untuk menampungnya, badan apapun akan dihampiri untuk mengakhiri penderitaannya. 

Apabila keluarganya ada yang membantu dengan ©À¦ò (membaca berulang ulang nama Buddha), maka badan medio dapat merasakan getaran suci tersebut, dan bila badan medio ikut menyebut Namo Amitabha Buddha, kekuatan Buddha segera datang menolong menuju Surga Sukhavati dan langsung tumimbal lahir di alam Surga Sukhavati. 

Jika pada saat itu keluarga almarhum mengadakan upacara kematian dengan menyajikan sajian hasil pembunuhan hewan, misalnya : babi, ayam, ikan dan sebagainya hal itu bukannya menolong, justru semakin menambah penderitaan badan medio, bagaikan mendorong badan medio masuk ke 3 alam sengsara (binatang, preta dna neraka), sebab hawa amarah binatang yang mati penasaran tersebut akan dapat mengganggu perjalanan badan medio, sehingga badan medio merasa jengkel, kesal dan marah. Kondisi yang buruk ini tidak menunjang badan medio agar tumimbal lahir di alam yang lebih baik, tetapi justru menjerumuskannya ke alam yang rendah. 

Oleh sebab itu dianjurkan untuk memberikan sajian bukan dari hasil pembunuhan, sebaiknya adalah : buah-buahan, bunga, hio wangi, air, pelita dan makanan vegetarian saja. 

Mudah-mudahan para pembaca percaya dan memesan keluarganya, agar disaat meninggal nati, jangan sekali-kali memberikan sajian yang berasal dari hasil pembunuhan, karena hal ini dapat memberatkan perjalanan orang yang meninggal.

Jika pembaca yang beragama Buddha tetapi keluarganya tidak ada yang beragama Buddha, sehingga tidak ada yang membaca pujian Amitabha Buddha ( ©À ¡R «n µL ªü À± ªû ¦ò ) untuknya, sebaiknya memesan sanak keluarganya untuk membunyikan rekaman kaset yang berisi nien fuo/nien cing. Tetapi yang terbaik adalah bila pihak keluarga ikut pula membantu dengan melakukan pujian Namo Amitabha Buddha untuk meringankan penderitaannya, karena getaran suara yang penuh perasaan dari manusia lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan getaran alunan kaset. 

Bila kondisi ekonomi keluarga cukup, sebaiknya berbuat jasa dan pahala atas nama almarhum, dengan cara mengamalkan uang yang diperoleh dari sumbangan dukacita ke yayasan sosial (vihara, mencetak buku sutra Buddha) atau untuk disalurkan kembali kepada mereka yang lebih membutuhkan.
 
Kontak rasa badan medio pada 14 hari pertama :
Apabila semasa hidupnya badan medio tidak pernah berjumpa, berjodoh dan tidak mengerti Buddha Dharma dan pertolongan dari pihak keluargapun tidak ada maka badan medio hanya mengandalkan karmanya sendiri dalam perjalanan kematiannya. 

Mula-mula badan medio akan berkontak rasa dengan 6 cahaya yang muncul sebagai akibat dari karmanya sendiri. Jika karmanya berkontak rasa dengan alam 

Dewa, akan tampak sinar putih redup
Manusia, akan tampak sinar kuning redup
Asura, akan tampak sinar hijau redup
Binatang, akan tampak sinar biru redup
Preta (setan gentayangan), tampak sinar merah redup
Neraka, akan tampak asap berkabut hitam.
Jangan menghampiri semua cahaya di atas, jika badan medio terpikat oleh salah satunya (tergantung dari dorongan karma masing-masing) maka ia akan tersedot dan masuk ke dalam arusnya dan tumimbal lahir di alam itu. Disaat kritis ini, Hyang Buddha yang penuh welas asih akan muncul dengan menampakkan 5 sinar yang cemerlang. Sangat terang tetapi tidak menyilaukan, guna menolong badan medio agar terbebas dari tumimbal lahir.
Sinar-sinar gaib ini adalah : sinar biru yang menyala mulia, sinar kuning yang indah, sinar merah yang cemerlang, sinar putih yang suci murni, sinar hijau atau oranye yang laksana api unggun.
Jika badan medio mengenal dan tertarik salah satu sinar suci di atas, serta mengucapkan pujian Namo Amitabha Buddha, maka segera akan diserap dan terlahir di Surga Sukhavati. 

Tetapi badan medio yang karma buruknya kelewat banyak, melihat sinar suci ini justru takut, menyingkir dan menjauhi. Perlu diketahui sinar-sinar ini tidak muncul serentak melainkan bertahap. Pada tulisan selanjutnya akan dijelaskan tahapan-tahapan munculnya sinar-sinar ini hari demi hari. 

Pada umumnya, tanda berkontak rasa dengan dunia baik, sesaat setelah meninggal dunia, setengah badan ke bawah akan dingin lebih dahulu, sedangkan jika berkontak rasa dengan dunia buruk, setengah badan ke atas yang menjadi dingin lebih dahulu. Acarya parampara (sesepuh) mengatakan : jika bagian wajah terakhir menjadi dingin akan tumimbal lahir di alam dewa, jika bagian tenggorokan yang terakhir dingin akan tumimbal lahir di alam asura, jika yang terakhir dingin adalah bagian bawah perut akan menjadi setan gentayangan, jika dengkul kaki yang terakhir dingin akan menjadi binatang dan jika yang terakhir dingin adalah telapak kaki, maka akan masuk ke alam neraka. Bagi mereka yang tidak tumimbal lahir di 6 alam kehidupan, pada saat seluruh badan telah menjadi dingin, bagian kepala tetap hangat.
 
Hari ke 1 :
Badan medio akan melihat warna biru cerah seperti biru langit, ditengahnya bertahta Buddha vairocana (Pilucena-fo) di atas singgasana singa. Pada saat itu terdapat pula sinar putih redup, segeralah masuk kedalam sinar biru, karena sinar putih redup adalah sinar dari alam dewa. Jika ke dalam sinar biru cerah badan medio akan terlahir di Surga Sukhavati bagian tengah.
 
Hari ke 2 :
Terdapat sinar putih suci yang menyinari badan medio, sinar ini adalah sinar dari Buddha Aksobhya (Buddha Vajrasattva/ Cing Kang Fo) yang bertahta di atas singgasana gajah, di sampingnya terdapat Bodhisattva Ksitigarbha dan Bodhisattva Maitreya. Pada saat yang bersamaan munul sinar yang menyerupai kabut, sinar itu adalah sinar neraka, jangan sekali-kali terpikat olehnya. Segera bangunkan semangat, sepenuh hati menghormati Hyang Buddha dan kemudian masuk ke dalam sinar putih cemerlang agar terlahir di Sukhavati bagian timur.
 
Hari ke 3 :
Terdapat sinar kuning indah yang merupakan sinar dari Buddha ratnasambhava (Pao Sen Fo) yang bertahta di atas kuda sakti, disampingnya terdapat Bodhisattva Akasagarbha (Si Kung Cang Po Sat) dan Bodhisattva Samantabhadara (Phu Sien Po Sat). Pada saat itu dari alam manusia juga menyorotkan sinar kuning bercampur biru redup. Jangan perhatikan sinar ini, sebaliknya dekatilah sinar kuning cemerlang dari Hyang Buddha. Dengan tekad yang kuat menghormati Hyang Buddha, agar terbebas Dari penderitaan tumimbal lahir dan masuk ke Sukhavati bagian Selatan.
 
Hari ke 4 :
Terdapat sinar merah yang bagaikan api unggun suci, inilah sinar dari Amitabha Buddha dari Surga Sukhavati di sebelah barat, yang bertahta di singgasana burung merak, langsung menyinari badan medio, di sampingnya terdapat Bodhisattva Avalokitesvara (Kuan Se Im Po-Sat) dan Bodhisattva Mahasthamaprata (Ta Se Ce Po Sat) yang berdiri dengan wajah penuh welas asih. Disaat yang sama muncul pula sinar merah redup yang berasal dari alam preta (setan gentayangan), yang juga menyinari badan medio. Jangan terpesona dengan sinar ini, sebaliknya kuatkan keyakinan, jangan takut pada sinar merah yang cemerlang, walaupun sinar dari alam preta tersebut kelihatan lembut, tetapi munculnya sinar itu disebabkan oleh karma buruk lobha serakah. Seharusnya dengan penuh keyakinan dan sujut berlindung serta menyebut Namo Amitabha Buddha dengan penuh hormat, maka badan medio segera akan tersedot oleh sinar merah cemerlang dan terakhir di Surga Sukhavati sebelah Barat.
 
Hari ke 5 :
Terdapat sinar hijau terang bagaikan pelangi suci. Ini adalah sinar dari Buddha Amoghasiddhi (Pu Kung Cen Fo) yang bertahta pada singgasana makhluk yang berbadan manusia dan berkepala burung. Sinar itu langsung menyinari badan medio. Di sampingnya terdapat Bodhisattva Vajrasattva (Cing Kang Sen Po Sat) dan Bodhisattva Cu Kang Cang. Pada saat yang sama muncul pula sinar hijau yang meresahkan dari alam asura. Sinar ini timbul akibat akusala karma yaitu kebencian , rasa iri hati, marah serta dendam ketika berkontak rasa. Jangan terpengaruh dan masuk ke dalamnya. Sebaliknya segera hormat kepada Hyang Buddha dan bersungguh hati timbul perasaan menyesal dan bertobat agar segera tiba di surga Sukhavati sebelah utara.
 
Hari ke 6 :
Jika hari ke 6 badan medio belum dapat menemukan penjemputan, tentulah karena akusala karma yang telah diperbuatnya, atau selama hidupnya tidak pernah mengenal Buddha Dharma, sehingga tidak yakin atas pertolongan gaib Buddha dan Bodhisattva. Pada saat ini ke 5 Buddha yang sebelumnya telah mengeluarkan sinar, sekali lagi mengeluarkan sinar panca warna yang cemerlang secara serentak. Ketahuilah, sinar-sinar Buddha ini sesungguhnya dikeluarkan oleh benih-benih kebhodian diri sendiri. Segera kenalilah salah satu sinar ini, karena apabila badan medio tersedot, maka bebaslah dari proses tumimbal lahir. Namun pada saat yang sama, ke 6 sinar dari alam tumimbal lahir akan datang lagi menyinari badan medio, jangan mendekati sinar redup ini, karena bila tersedot ke dalamnya badan medio akan kembali ke 6 alam tumimbal lahir.
Seharusnya badan medio sungguh-sungguh hati menghormati dan berlindung pada Hyang Buddha, segeralah menyebut Namo Amitabha Buddha, maka badan medio akan tersedot ke dalam sinar merah cemerlang dan terlahir di Surga Sukhavati.
 
Hari ke 7 :
Jika badan medio melewatkan 6 hari pertama, maka pada saat hari ke 7 akan muncul 5 penjemput yang menduduki posisi timur, selatan, barat, utara dan tengah. Masing-masing mengangkat tangan kanannya membentuk mudra penaklukkan dan mengeluarkan sinar yang menyoroti badan medio. Pada saat yang sama, dari alam binatang memancarkan sinar biru redup, jangan terpikat pada sinar ini, karena munculnya sinar redup ini sebenarnya akibat kebodohan diri sendiri. Segeralah hormat dan berlindung pada Hyang Buddha. Sebutlah Namo Amitabha Buddha, maka badan medio masih dapat tertolong untuk terlahir di Surga Sukhavati. 

Seandainya karma buruk badan medio sangat berat, maka dia akan kehilangan kesempatan pada 7 hari pertama. Dimana penampakan wajah yang penuh welas asih dari Buddha dan Bodhisattva akan mengubah wajahnya yang welas asih itu menjadi wajah yang marah dan bengis untuk menyadarkan badan medio (menurut keyakinan Tantrayana). 

Pembaca jangan salah paham dengan kondisi ini, ketahuilah bahwa bagi mereka yang senang berbuat jahat dan dosa, jika melihat wajah yang marah atau bengis, justru merasa lebih familiar. Para Buddha dan bodhisattva mengetahui sifat buruk ini, maka menjelmalah beliau dalam wajah yang buruk rupa untuk menarik perhatian mereka, agar para makhluk yang berat karma buruknya mau mendekati dan mentaatinya sehingga masih dapat tertolong.
Inilah perwujudan welas asih dan kebijakan (karuna dan prajna) yang luar biasa dari pada Buddha dan Bodhisattva, yang kadang-kadang tak terjangkau oleh alam pikiran manusia biasa. 

Walaupun para Buddha dan Bodhisattva menggunakan berbagai upaya untuk menolong semua makhluk, jika mahkluk tersebut tak ada jodoh/keyakinan kepada Hyang Buddha, semua usaha ini akan sia-sia belaka. Oleh karena itu kehilangan akar kebajIkan sungguh amat menakutkan, untuk memperkuat akar kebajikan ini, dianjurkan kepada umat manusia agar setiap saat mengbangkitkan tekad untuk berbuat baik, tidak berbuat jahat dan mensucikan hati dan pikiran. Salah satu cara yang mudah dalam mengikat jodoh dengan Amitabha Buddha adalah dengan membaca namanya berulang-ulang semasa kita masih hidup. Agar puji-pujian ini ada hasilnya, cara mengucapkan harus dengan konsentrasi segenap pikiran, ucapan dan perbuatan menjadi satu, disertai tekad untuk terlahir di Surga Sukhavati.
 
Hari ke 8 :
Tampak malaikat peminum darah dengan wajah marah, bermuka 3, bertangan 6, berkaki 4 dan bermata 9. Bagian kanannya berwarna putih, sedang kirinya berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna coklat merah tua. Gigi taringnya menonjol dan alisnya bersinar bagaikan listrik. Seluruh badannya bercahaya dan berteriak keras menggelegar. Malaikat ini sebenarnya adalah penjelmaan dari Buddha Vairocana (Pilucena-Fo) yang datang menjemput, jangan takut dan kaget, bersujudlah kepadanya dan masuklah ke dalam sinar bijak Hyang Buddha, jika disaat itu sepenuh hati menyebut Namo Amitabha Buddha, masih dapat terlahir di Surga Sukhavati bagian barat.
 
Hari ke 9 :
Tampak malaikat peminum darah dengan wajah merah, bermuka 3, bertangan 6, berkaki 4. Bagian kirinya berwarna putih, sedang bagian kanannya berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna biru tua. Malaikat ini sebenarnya adalah penjelmaan dari Buddha Aksobhya (Vajrasattva/ Cing Kang Fo), yang muncul akibat kontak rasa indra sendiri, jika disaat itu menyebut Namo Amitabha Buddha dengan sepenuh hati, badan medio dapat tiba juga di Surga Sukhavati bagian barat.
 
Hari ke 10 :
Tampak malaikat peminum darah dengan wajah marah, bermuka 3, bertangan 6, berkaki 4, bagian kirinya berwarna putih, sedang bagian kanannya berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna kuning tua. Malaikat ini sebenarnya adalah penjelmaan dari Buddha Ratnasambhava (Pao Sen Fo) dari selatan. Jika mengenalnya dan menyebut namanya dengan sepenuh hati niscaya bebaslah dari penderitaan. Tetapi jika saat itu badan medio menyebut Namo Amitabha juga akan segera tiba di surga Sukhavati bagian barat.
 
Hari ke 11 :
Tampak malaikat peminum darah dengan wajah marah, bermuka 3, bertangan 6, berkaki 4. Bagian kanannya berwarna putih, sedang bagian kirinya berwarna biru dan bagian tengahnya berwarna merah tua. Malaikat ini sebenarnya adalah penjelmaan dari Buddha Amitabha ( ªü À±ªû ¦ò ). Jika mengenal dan menyebut namanya dengan sepenuh hati maka akan segera tumimbal lahir di surga Sukhavati sebelah barat.
 
Hari ke 12 - 13:
Tampak malaikat peminum darah dengan wajah marah, bermuka 3, bertangan 6, berkaki 4. Bagian kananya berwarna putih, sedang bagian kirinya berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna hijau tua. Malaikat ini sebenarnya penjelmaan dari Buddha Amoghasiddhi (Pu Kung Cen FO). Sebutlah namanya dan segeralah masuk ke dalam sinar Buddha, jika saat itu menyebut Namo Amitabha Buddha. Maka terbebaslah dari pengaruh karma buruk dan tiba di Surga Sukhavati bagian barat.
 
Hari ke 14 :
Pada hari ke 14, badan medio akan melihat berbagai bayangan malaikat wanita dengan bentuk rupa yang marah dan menyeramkan. Semua penampakkan ini timbul karena kontak rasa dari indra sendiri. Ke 28 malaikat ini akan mengelilingi badan medio dalam 2 lapisan (luar dan dalam), yang berkedudukan sebagai penjaga pintu 4 penjuru.
Lapisan sebelah dalam :
Timur :
•  Berkepala kerbau dengan warna coklat merha tua, memegang tongkat dan mangkok dari tengkorak manusia.
•  Berkepala ular warna merah kuning memegang bunga teratai.
•  Berkepala macan tutul warna biru hitam memegang tombak bercula tiga.
•  Berkepala monyet warna hitam memegang roda.
•  Berkepala beruang es warna merah memegang tombak pendek.
•  Berkepala beruang putih warna merah memegang tali yang terbuat dari usus manusia.
 
Barat :
•  Berkepala elang warna hijau kehitaman memegang tongkat kecil.
•  Berkepala kuda warna merah memegang kaki tangan mayat.
•  Berkepala elang warna putih memegang tongkat kayu.
•  Berkepala anjing warna kuning memegang tongkat dan belati.
•  Berkepala burung pelatuk warna merah memegang busur panah.
•  Berkepala rusa warna hijau memegang hiolo.
 
Utara :
•  Berkepala serigala warna biru memegang bendera kecil.
•  Berkepala kambing hutan warna merah memegang tongkat kayu runcing.
•  Berkepala babi hutan warna hitam memegang tali urat gigi.
•  Berkepala burung gagak warna merah memegang jenazah anak kecil.
•  Berkepala gajah warna hijau hitam memegang jenazah dan mangkok tulang manusia.
•  Berkepala ular warna biru memegang tali ular.
 
Selatan :
•  Berkepala kelelawar warna kuning memegang pisau belati.
•  Berkepala singa warna merah memegang hiolo.
•  Berkepala kalajengking warna merah memegang bunga teratai.
•  Berkepala burung warna putih memegang tongkat.
•  Berkepala musang warna hitam kehijauan memegang tongkat kayu.
•  Berkepala macan warna kuning kehitaman memegang cawan babi berkepala manusia.
 
Lapisan sebelah luar :
Timur : berkepala burung warna hitam memgang kail besi.
Barat : berkepala singa warna merah memegang rantai besi.
Utara : berkepala ular warna hijau memegang klenengan/bel.
Selatan : berkepala kambing hitam warna kuning memegang tali.
 
Melihat penampakkan malaikat wanita yang serba menyeramkan tersebut, badan medio seharusnya segera tersadar. Dan jika saat itu menyebut Namo Amitabha Buddha masih dapat tertolong untuk tumimbal lahir di alam Surga Sukhavati.
 
Hari ke 15 sampai 49 :
Jika sampai hari ke 14 badan medio belum dapat menggunakan kesempatan yang ada untuk masuk ke dalam alam Buddha, badan medio akan mendengar teriakan-teriakan yang memilukan dan menyeramkan, terasa angin yang besar kencang meniup dari arah belakang dan sekelilingnya menjadi gelap gulita. Di saat itu muncullah raja setan dan seluruh prajuritnya, bentuk badnnya besar dan berwajah menakutkan, siap meminum darah manusia. Jika badan medio melihat keadaan ini, janganlah takut, sadarlah bahwa segala wujud atau rupa itu pada hakekatnya adalah kosong. Sebutlah Namo Amitabha Buddha, maka semua gambaran yang menakutkan tersebut akan lenyap dan badan medio segera tumimbal lahir di Surga Sukhavati. 

Jika badan medio gagal menggunakan kesempatan yang terakhir ini, maka badan medio akan jatuh kembali ke salah satu dari 6 alam tumimbal lahir sesuai dengan karmanya masing-masing.
 
4. TUMIMBAL LAHIR
 
A. DASA DHARMA DHATU
Didalam agama Buddha dikenal adanya 10 alam besar (Dasa Dharma Dhatu) yang dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
 
Kelompok yang tidak tumimbal lahir lagi :
•  Alam Buddha (Buddha Dhatu)
•  Alam Bodhisattva (Bodhisattva Dhatu)
•  Alam Pratyeka Buddha (Pratyeka Buddha Dhatu)
•  Alam Arahat (Arahat Dhatu)
 
Kelompok yang masih tumimbal lahir :
•  Alam Dewa (Dewa Dhatu)
•  Alam Manusia (Manusya Dhatu)
•  Alam Asura (Asura Dhatu)
•  Alam Binatang (Triyak Dhatu)
•  Alam Setan Gentayangan (Preta Dhatu)
•  Alam Neraka (Naraka Dhatu)
 
•  Alam Buddha :
Alam Buddha adalah alam yang maha sempurna. Makhluk yang terlahir di alam ini telah melaksanakan Sad Paramita dengan sempurna sehingga memperoleh tingkat pencerahan Bodhi yang tiada taranya (Anutaranya Samyaksambodhi), jasa dan pahalanya telah berlimpah-limpah serta mempunyai kemampuan membimbing semua makhluk agar memperoleh kesadaran bodhi. (Jika kemampuannya didalam menolong semua mahkluk diberi nilai, score:100)
 
2. Alam Bodhisattva :
Alam Bodhisattva dihuni oleh makhluk yang telah melaksanakan Sad Paramita dengan baik, tetapi pahalanya belum berlimpah-limpah dan mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta semua makhluk yang lain agar bebas dari alam sengsara (score : 80-90)
 
•  Alam Pratyeka Buddha :
Makhluk yang dengan usaha dan pengetahuan sendiri telah melatih dan berhasil memutuskan dengan sempurna 12 rantai sebab-musabab yang saling bergantungan (Dvadasanga Pratityasamutpada) akan memperoleh pencerahan Pratyeka Bodhi dan berdiam di alam Pratyeka Buddha (score :70)
 
4. Alam Arahat :
Alam Arahat dihuni oleh mahkluk yang telah sempurna melaksanakan 4 kesunyataan mulia (Catur Arya Aryasatyani) dan sempurna pula dalam melaksanakan Sila, Samadhi, Prajna dengan mengikuti ajaran Samyaksambuddha sehingga mencapai pencerahan Sravaka Bodhi untuk dirinya sendiri (score:60).
 
5. Alam Dewa :
Alam Dewa diliputi oleh kegembiraan, usia panjang dan kemakmuran yang berlimpah-limpah. Makhluk yang dapat dilahirkan di alam ini, telah sempurna menjalankan 10 perbuatan bajik (DasaKusala Karma) dan melakukan dana demi kepentingan orang banyak (score:50).
 
6. Alam Manusia :
Alam manusia bersifat derita, tidak kekal dan tanpa inti (Dukha, Anitya, An-atman) dan setelah mati dapat berproses tumimbal lahir di salah satu dari 10 besar sesuai dengan karmanya. Untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, makhluk tersebut harus menjalankan Pancasila dan Dasa Kusala Karma (score:40)
 
7. Alam Asura :
Makhluk yang dilahirkan di alam Asura ini, tidak menjalankan Panca Sila dan Dasa Kusala Karma, akan tetapi melatih diri dengan Samadhi, sehingga memperoleh kekuatan gaib serta penuh dengan angkara murka. Alam Asura mempunyai nafsu keinginan dan emosi yang luar biasa, serta mempunyai kesaktian seperti dewa, tetapi alam ini diliputi dengan kegelisahan, ketidak-tentraman, kemarahan dan jangka waktu hidupnya lebih panjang dari pada alam manusia. (score:30)
 
8. Alam Binatang :
Alam binatang diliputi oleh ketidakkekalan, kegelisahan, kebodohan, serta tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.
Makhluk yang terakhir di alam ini karena semasa hidupnya ia tidak menjalankan Panca-Sila dan Dasa Kusala Karma, selalu melakukan tindakan yang negatif (Akusala Karma), tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah, tidak menggunakan akal budi dan tidak mau belajar dharma (sore:20).
 
9. Alam Setan Gentayangan :
Makhluk yang dilahirkan di alam preta karena dia telah melanggar Panca Sila dan Dasa Kusala Karma serta pikirannya selalu diliputi dengan dosa, moha dan lobha (kebencian, kebodohan dan keserakahan). Alam setan gentayangan penuh dengan penderitaan, kepanasan, kehausan, kegelisahan dan kelaparan dan jangka waktu hidupnya lebih panjang dari pada alam manusia (score:10).
 
10. Alam Neraka :
Makhluk yang dilahirkan di alam neraka karena dia telah melanggar Panca Sila dan Dasa Kusala Karma, serta pikirannya selalu diliputi degan kebencian, kebodohan dan keserakahan yang tiada taranya, semasa hidupnya tidak berbakti dan menyusahkan orang tua. Demikian juga dengan makhluk yang telah melakukan 5 perbuatan buruk (Pancanantarya-papakarma) akan langung tumimbal lahir di alam neraka (score: 0)
 
•  TANDA-TANDA BERKONTAK RASA DENGAN BERBAGAI ALAM
1. Alam Surga Sukhavati :
Mereka yang semasa hidupnya belajar dan membina diri dengan metode memasuki lautan samadhi Surga Sukhavati dan semua ucapan, pikiran, perbuatannya selaras dengan Buddha Dharma, maka sewaktu menjalani proses kematian, dia akan terbebas dari derta terurainya 4 elemen besar. Tanda-tanda baik berkontak rasa dengan alam Surga Sukhavati adalah sebagai berikut :
•  Hatinya mantap, tidak takut dan idak cemas.
•  Mengetahui sebelumnya kapan dia akan wafat (bulan,hari,jam)
•  Tekadnya sudah mantap untuk terlahir di surga Sukhavati, tidak melekat pada keduniawian.
•  Melakukan persiapan dengan membersihkan diri dan bertukar pakaian.
•  Menyebut Namo Amitabha Buddha saat menghembuskan nafas terakhir.
•  Duduk bersila dan beranjali, bila saatnya tiba, akan datang utusan dari Surga Sukhavati untuk menjemputnya.
•  Ruangan penuh dengan harum wangi-wangian gaib.
•  Sinar terang menyinari seluruh badan dan ruangan.
•  Terdengar suara musik yang merdu dari langit.
•  Meninggalkan syair-syair yang bermanfaat bagi orang lain agar berjalan di jalan Buddha.
 
Ke sepuluh tanda-tanda ini tidak semuanya muncul pada diri seseorang, bisa hanya satu, dua, tiga atau lebih tanda yang nampak, hal ini tergantung dari penghayatannya dalam Buddha Dharma masa orang tersebut masih hidup.
 
2. Alam Neraka :
Saat akan tumimbal lahir di alam neraka, badan medio mendengar suara-suara yang sedih, menjadi tertarik dan mengikutinya, badan medio akan masuk ke umah batu dan goa berwarna hitam dan putih, selanjutnya memasuki terowongan yang gelap.
Kemudian akan tertampak gambaran-gambaran yang serba menyeramkan, bencana angin topan, halilintar menyambar, gunung runtuh, kebakaran besar, dikejar-kejar binatang buas dan prajurit setan, serta kondisi neraka panas dan dingin siap dihadapinya.
Tanda-tanda buruk berkontak rasa dengan alam neraka adalah sebagai berikut :
•  Melotot pada sanak saudara dan pada suami/istrinya.
•  Menghembuskan nafas terakhir dalam kondisi marah, kecewa atau menangis sedih.
•  Badan dan mulut berbau busuk.
•  Tidur tertelungkup.
•  Biji mata bergerak bagai berlompatan dan berwarna merah.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan meninggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan berbagai kegelisahan batin yang lain disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
3. Alam Setan Gentayangan (Preta) :
Alam Setan Gentayangan disebut juga alam setan kelaparan, karena selalu merasa lapar, tak pernah puas, keinginan tak bisa tercapai, dia hanay menunggu adanya upacara ulambana atau upacara persembahan puja makanan yang dilakukan oleh orang suci, barulah ia dapat makan dan tertolong. Hal ini adalah akibat sifat yang sangat pelit dan serakah sewaktu masih hidup.
Sebelum tumimbal lahir di alam ini, badan medio akan tertarik dan mendekati padang pasir atau padang rumput kering dan masuk kedalamnya. Tanda-tanda buruk berkontak rasa dengan alam preta adalah sebagai berikut :
•  Badan merasa panas bagaikan terbakar.
•  Sewaktu meninggal kedua mata terbuka/melek, tidak mau terpejam.
•  Mata dan mulut kelihatan kering.
•  Selalu merasa haus dan lapar.
•  Sering menjilati bibir.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan mennggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan kegelisahan batin yang lain disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
4. Alam Binatang :
Sebelum tumimbal lahir di alam binatang, badan medio akan melihat suatu padang rumput yang luas, beberapa goa dan gunung, jika badan medio tertarik dan masuk ke dalamnya, maka akan tumimbal lahir menjadi binatang. Tanda-tanda buruk berkontak rasa menjelang ajal :
•  Rasa rindu yang sangat pada istri/suami, terus menerus memandanginya dan tidak ingin berpisah.
•  Jari-jari tangan dan kaki tertekuk melingkar.
•  Seluruh badan berkeringat.
•  Suaranya serak dan mulutnya berbau busuk.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan meninggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan berbagai kegelisahan batin yang lain disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
5. Alam Asura :
Badan medio akan melihat hutan kayu yang indah dan 2 roda api berputar mengagumkan, bila tertarik dan mendekatinya, maka akan segera tumimbal lahir di alam asura. Tanda-tanda berkontak rasa menjelang ajal.
•  Penuh raa tidak puas.
•  Ingin memaksakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan kekuatan.
•  Bagian tenggorokan yang terakhir dinginnya.
•  Tidak rela melepaskan harta benda yang ditinggalkan.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan meninggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan berbagai kegelisahan batin yang disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
6. Alam Manusia :
Mula-mula badan medio akan melihat ayah dan ibunya bermesraan dan bersenggama, bila tertarik dan jodohnya berat ke sebelah ibu maka akan terlahir sebagai laki-laki, sedangkan bila lebih berat ke pihak ayah akan terlahir sebagai wanita. Setelah memasuki kandungan ibu, meskipun menyesal dia tak dapat keluar lagi, segera terbentuklah badan jasmaninya. Tanda-tanda berkontak rasa menjelang ajal :
•  Hati tenang, tentram dan mantap.
•  Tiada rasa sakit pada tubuh.
•  Merasa rindu kepada ayah dan ibu.
•  Merasa kasihan kepada suami/istri dan orang yang dikasihinya.
•  Meninggalkan pesan-pesan keluarga.
•  Hatinya sujud dan mau menerima Trisarana.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan meninggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan berbagai kegelisahan batin yang disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
7. Alam Dewa :
Badan medio akan mendengar musik kayangan yang merdu, menampak istana yang indah dan megah, kemudian akan dijemput oleh bidadari kayangan yang cantik dan dewa petugas yang tampan. Badan medio merasa bahagia dan gembira, sehingga melupakan dunia dan mengikuti para dewa menuju alam kayangan. Tanda-tanda berkontak rasa menjelang ajal :
•  Hati merasa senang dan gembira.
•  Wajah berseri-seri dan sinar mata bening bercahaya.
•  Badan tidak berbau.
•  Tidak rindu pada harta dan keluarga.
•  Timbul niat baik dan rasa welas asih terhadap keluarga.
•  Tertawa bahagia menanti datangnya jemputan.
Oleh karena itu usahakanlah sewaktu akan meninggal dunia dalam keadaan tenang, tentram, lenyapkan semua kebencian, kemarahan, iri hati, rakus dan berbagai kegelisahan batin yang disertai dengan melakukan pujian Amitabha Buddha.
 
5. KEKUATAN GAIB AMITABHA BUDDHA
 
A. AMITABHA BUDDHA 

Kita mengenal adanya Amitabha Buddha berdasarkan sabda Sakyamuni Buddha yang tercatat didalam beberapa kitab suci, antara lain : Amitayurdhyana Sutra, Maha Sukkhavativyuha Sutra, Sukhavativyuha Sutra, dan sutra-sutra lainnya. Ketiga sutra ini adalah sutra pokok bagi agama Buddha Mahayana aliran Sukhavati/¯Â¤g/Vimalaloka/Tanah Suci (Pure Land).
Amitabha Buddha dikenal juga dengan nama Amitabha Buddha, Amida Butsu (Jepang), ªü À±ªû ¦ò (China) atau Amitayus Buddha, berasal dari bahasa sansekerta yang artinya : a= tidak, mita= ukuran, abha= cahaya, dan ayus= kehidupan. Sehingga Amitabha berarti Cahaya yang tak terukur/cahaya tanpa batas/cahaya abadi. Hal ini berkaitan dengan konsep ruang. Sedangkan Amitayus artinya Kehidupan tanpa batas, yang berkaitan dengan konsep waktu. 

Amitabha/Amitayus Amita Buddha mengandung falsafah beliau yang telah mengatasi ruang dan waktu, juga merupakan lambang dari cinta kasih, berkah karunia dan kebijaksanaan yang tak terbatas. 

Didalam Maha Sukhavativyuha Sutra dikatakan bahwa sebelum menjadi Buddha Amitabha, dulunya beliau adalah seorang bhiksu bernama Bhiksu Dharmakara, yang hidup dijaman Buddha Loke vara-raja, dimana Bhiksu Dharmakara telah mengikrarkan 48 prasetya agung/janji suci tentang negeri Buddha-Nya yang akan terwujud apabila Dia mencapai penerahan sempurna (Amuttara Samyaksambodhi). 

Dari sabda Sakyamuni Buddha kita mengetahui bahwa Bhiksu Dharmakara telah mencapai pencerahan sempurna, dikenal sebagai Amitabha Buddha ( ªü À±ªû ¦ò ) dan surganya bernama Sukhavati (Kebahagiaan Yang Terluhur) atau disebut juga Tanah Suci (Pure land/¯Â ¤g /Vimalaloka) yang letaknya di sebelah barat dari dunia saha.Berdasarkan kenyataaan ini, Sakyamuni Buddha memberikan rekomendasi kepada umat manusia untuk memuja-Nya dan bertekad untuk bertumimbal lahir di Surga Sukhavati. 

Didalam Vihara aliran Sukhavati, dijumpai gambar/rupa amitabha Buddha yang diapit oleh bodhisattva Avalokitesvara di sebelah kirinya dan Bodhisattva Mahasthamaprata di sebelah kanannya, kadang-kadang dilukiskan pula bersama-sama dengan 25 Bodhisattva Mahasattva pengikutnya.
Untuk menghormati dan mengikat jodoh dengan Amitabha Buddha, sesuai dengan prasetyanya yang ke 18 s/d 20, maka dianjurkan kepada semua makhluk untuk membaca berulang-ulang nama-Nya dengan gembira dan penuh rasa sujud serta konsentrasikan segenap pikiran, perasaan dan perbuatan didalam alunan suara : Namo Amitabha Buddha/Namo Amita Buddha/ Namo Omito-Fo. 

Janganlah anda berpikir bahwa melakukan pengucapan Namo Amitabha Buddha adalah sesuatu hal yang mudah, hanya apabila rintangan karma kita tidak terlampau besar, barulah hal itu mudah kita ucapkan. Mereka yang mempunyai rintangan karma yang berat, tak akan dapat mengucapkannya walaupun mereka ingin melakukannya. Sebagai contoh, Devadatta, ia hanya mampu mengucapkan Namo saja, rintangan karmanya begitu besar sehingga tak dapat mengucapkan kata Buddha. 

Diantara pembaca pasti ada yang bertanya-tanya, benarkah dengan hanya mengucapkan Namo Amitabha Buddha ,maka akan dapat diselamatkan ? Raja Milinda ( kurang lebih 115 SM ) pernah bertanya kepada Nagasena, bahwa tak masuk akal bila seseorang yang begitu buruk karmanya dapat diselamatkan jika orang tersebut menyerahkan kepercayaannya kepada Buddha menjelang kematiannya. Lalu Nagasena menjawab bahwa bagaimanapun kecilnya sebuah batu, dia akan tenggelam di dalam air, akan tetapi batu yang beratnya ratusan ribu ton jika diletakkan di atas kapal, ia akan terapung/ terangkat. 

Nagarjuna (100 - 200 M) kembali menyatakan, bahwa ada 2 jalan untuk mencapai ke Buddha-an, yang satu sulit dan yang lainnya mudah. Yang satu dengan berjalan di atas kaki dan yang lainnya dengan kapal yang terbesar, juga merupakan cara yang paling mudah, cocok dan aman untuk siapa saja di jaman berakhirnya dharma ini. 

Hyang Buddha bersabda : “Surangama Sutra adalah sutra pertama yang akan lenyap dari permukaan bumi pada jaman akhir dharma, kemudian satu persatu sutra-sutra yang lain akan menyusul juga, dan yang terakhir lenyap adalah Amitabha Sutra. Pada jaman itu, manusia hanya dapat mengucapkan “Namo Amitabha Buddha”, kalimat inipun akan lenyap pula, tinggal “Amitabha Buddha”, bila hal inipun telah dilupakan oleh manusia, maka ajaran Sakyamuni Buddha akan hilag sama sekali dari dunia, tibalah jaman kegelapan dharma. Setelah itu mulailah kalpa baru dengan Maitreya Buddha yang datang darii surga Tusita untuk mengajarkan Buddha Dharma/kesunyataan dharma kepada semua makhluk.” 

Karena dipercayai Amitabha Sutra adalah sutra yang terakhir lenyap, maka kedudukan sutra ini menjadi penting sekali. Master Zen yang ternama, yakni Yung Ming Sou berkata : “Tanpa Zen dan tanpa Sukhavati adalah sia-sia, dengan Zen saja tanpa Sukhavati, sembilan dari sepuluh orang akan menuju jalan yang salah. Tanpa Zen tetapi dengan Sukhavati, selaksa orang berjalan semuanya akan berhasil. Setelah bertemu dengan Amitabha Buddha, kesempurnaan dapat dipastikan. Namun dengan Zen dan Sukhavati seorang ibarat seekor harimau yang bertanduk, dia akan menjadi guru dharma pada saat itu dan menjadi Buddha pada kehidupan yang akan datang.” 

Sukhavati adalah identik dengan Namo Amitabha Buddha” dan Zen identik dengan meditasi/dhyana. Mantera untuk memuja Amitabha Buddha agar kita terlahir di Surga Sukhavati adalah Sukhavativyuha Dharani : 

Namo amitabhaya tathagataya. Tadyatha : Amite
Amitobhave. Amita sambhave.
Amita, bikrana tamkare,
Amita bikranata. Amita gagana kritikare, Svaha.
 
B. ALAM SURGA SUKHAVATI
Didalam Sukhavativyuha Sutra, Sakyamuni Buddha bersabda : “Oh, Sariputra, berlalu dari sini melewati ratusan ribu koti negeri Buddha (Buddha Ksetra), di penjuru Barat, terdapatlah sebuah alam yang disebut Surga Sukhavati. Didalam alam tersebut seorang tathagata, Arahat, Samyaksambuddha yang bernama Amitayus (Amitabha), bertahta, berdiam dan tinggal di sana membabarkan Dharma.” 

“Oh, Sariputra, mengapa alam tersebut disebut Sukhavati ? Sebab mahkluk-makhluk yang terlahir di alam Sukhavati, tak ada yang mengalami penderitaan jasmani maupun rohani. Surga Sukhavati adalah suatu alam yang damai, penuh kegembiraan dan kebahagiaan, usia panjang tak terbatas, tiada usia tua, tiada penderitaan dan tiada kesusahan. Oleh karena itu, alam tersebut kuberi nama Sukhavati (Kebahagiaan Terluhur). 

Kebahagiaan dan keindahan di alam Surga Sukhavati itu tak terukur, tak terjangkau oleh pikiran manusia dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, merupakan tempat ideal untuk belajar Buddha Dharma, sampai tercapainya pembebasan tertinggi (Pencerahan Sempurna/Anuttara Samyaksambodhi).
Pakaian, makanan dan semua barang-barang yang indah akan muncul dengan sendirinya seketika makhluk penghuni alam tersebut menginginkannya, sehingga para Buddha dari 10 penjuru dunia memuji jasa dan kebajikan dari Amitabha Buddha, serta menganjurkan umat untuk memujaNya. 

“Barang siapa yang mendengar pujian “Namo Amitabha Buddha”, menerimanya dengan sukacita, ikut mengulang melakukan pujian dan menyatu didalam batinnya, maka ia akan terlahir di Surga Sukhavati dengan segala kegembiraan, kebahagiaan, keajaiban serta kegaibannya”.

Didalam Amitayurdhyana Sutra, Sakyamuni Buddha bersabda :
“Tak tahukah engkau oh, Vaidehi, bahwa Amitayus itu berada tidak jauh dari sini ? Engkau hendaknya memusatkan segenap batinmu dan bermeditasi dengan sungguh-sungguh dengan alam-Nya”. 

Keberadaan Hyang Amitabha Buddha tidak jauh dari kita semua, Tanah Suci-Nya dilukiskan jauh sekali di kawasan barat, yang dapat dicapai melalui ratusan ribu kesadaran Buddha, akan tetapi keberadaannya dapat dirasakan didalam batin mereka yang sungguh-sungguh bertekad untuk terlahir di sana.
Orang-orang yang bertekad untuk dapat dilahirkan di negeri Buddha, harus dapat mengembangkan 5 rangkaian ini :
 
•  Pagi dan malam selalu melakukan pujian Namo Amitabha Buddha, bahkan dalam kondisi batin yang bagaimanapun tetap melakukannya, baik dalam duka, gembira, takut, ragu-ragu, sukses, mulai berusaha dan sebagainya, senantiasa melakukan pujian Buddha, baik 1x atau 10x serta bertekad untuk lahir di surga Sukhavati.
•  Mereka harus melaksanakan catur bhakti kepada orang tua dan membantu kehidupannya, melayani dan menghormati para guru dan sesepuh mereka, penuh kasih-sayang, tidak berprilaku kejam, serta melaksanakan 10 perbuatan bajik (Dasa Kusala Karma).
•  Mereka harus mempelajari, menghayati dan bertekad untuk selalu berlindung menyatu kepada Triratna (Buddha, Dharma, Sangha).
•  Mereka harus membaktikan segenap usaha batin pada pencapaian Bodhi (Pencerahan Sempurna), yakni kepada Hukum Karma, memepelajari dan melafalkan sutra-sutra Mahayana dan mengajukan serta mendorong mahkluk lainnya agar bersama-sama menuju pantai bahagia (Nirvana).
•  Melaksanakan 5 pintu smrti : sembahyang, puji, tekad, samadhi/instropeksi diri, penyaluran jasa.
 
 
•  KESIMPULAN
 
•  SEMANGAT BUDDHA DHARMA DALAM MENOLONG SEMUA MAKHLUK 

Cinta kasih dan kasih sayang (maitri-karuna) Hyang Buddha terhadap semua makhluk adalah demikian luhur, tak terkira dan tiada batasnya yang diwujudkan dalam maitri, karuna dan prajna. Sifat inilah yang menjadi landasan semangat Bodhisattva, semangat tanpa pamrih untuk menolong semua makhluk agar bebas dari lautan sengsara, bebas dari penderitaan, sampai tercapainya pantai bahagia. Penderitaanmu adalah penderitaanku, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Perbuatan tersebut di atas, pada hakekatnya merupakan tahap pengumpulan dana karma baik disertai kesadaran Buddha. 

Dalam menjalankan tekad Bodhisattva ini, Hyang Buddha menggunakan berbagai upaya bijaksana, yang kadang-kadang sulit dimengerti oleh pikiran manusia biasa yang masih penu dengan ego, dosa, moha, dan lobha.
Apakah cinta-kasih dan sayang Hyang Buddha terbatas pada kehidupan sekarang saja ? Tidak, cinta kasih dan kasih sayang Hyang Buddha tidak terikat oleh ruang dan waktu, selalu abadi, tidak membeda-bedakan, demikian adanya (tathata). Kondisi karma dari para mahkluk itu sendirilah yang menciptakan perbedaan-perbedaan, sehingga dalam menerima karunia sinar cinta-kasih Hyang Buddha yang sama, hasilnya pun tampak berbeda-beda, sesuai dengan karma mereka masing-masing. 

Didalam Saddharma Pundarika-Sutra bab V, dikatakan bahwa cinta-kasih dan kasih sayang Hyang Buddha laksana awan tebal yang menyelimuti bumi, mencurahkan hujan seara serentak dan merata dimana-mana, membasahi dan menyuburi bumi, segala tanaman, pepohonan, semak-belukar dan hutan. Semuanya menyerap air hujan sesuai dengan kebutuhannya menjadi segar dan berkilauan, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan jenisnya masing-masing, sehingga hasil panen dan waktu masak dari berbagai tanaman itupun menjadi berbeda-beda pula. 

Banyak manusia diliputi oleh ketidaktahuan (avidya), sehingga menghasilkan kebodohan (moha), kebecian (dosa) dan keserakahan (lobha), mereka tidak mengerti dan tidak merasakan semangat cinta-kasih Hyang Buddha yang demikian agung dan mulia. Mereka selalu mengeluh, kecewa dan menderita rasa tidak puas yang timbul karena nafsu keinginan mereka sendiri tiada habis-habisnya. Sungguh sangat menyedihkan. 

Semangat Buddha Dharma dalam menolong semua makhluk adalah bersifat universal, tidak dibatasi oleh agama, suku bangsa, status sosial dan atribut-atribut khayal duniawi yang lain, bahkan prasetya mulia-Nya tidak terbatas hanya pada makhluk manusia saja, melainkan meliputi seluruh makhluk di 6 alam tumimbal lahir, baik itu alam binatang, preta, neraka, asura, dewa, maupun manusia, semua makhluk akan ditolongnya agar semua bebas dari siklus penderitaan tumimbal lahir, sampai tercapainya pantai bahagia Nirvana.
Oleh karena itu, siapapun anda, jangan merasa ragu untuk mendekatkan diri dan menyampaiakn keluh-kesah anda kepada Hyang Buddha. Beliau sudah tidak terikat/melekat pada bentuk rupa, dia adalah hakekat yang sebenarnya, tidak pergi ataupun datang, yang telah mengatasi ruang dan waktu, di luar arus kehidupan dan kematian. 

Kedatangan Hyang Buddha ke dunia saha ini adalah untuk memberikan berkah karunia, sebagai petunjuk jalan sekaligus menyelamatkan umat manusia dari kebodohan yang dimilikinya. Tanpa cinta-kasih dan kasih-sayang Hyang Buddha, manusia sulit untuk memahami dharma yang sangat halus dan lembut serta tidak terkira dalamnya, hanya dengan melalui jalan Buddha Dharma, manusia dapat mencapai Pencerahan Sempurna. 

Keragu-raguan merupakan rintangan batin yang sangat besar, sehingga walaupun sudah mendengar, mengetahui kebesaran dan kebenaran Buddha Dharma, namun manusia tetap merasa sulit untuk percaya dan melaksanakan ajaran Hyang Buddha dalam praktek kehidupan nyata sehari-harinya.
Bagaimanapun bagusnya suatu ajaran dan besarnya rasa welas asih Hyang Buddha kepada anda, adalah sia-sia belaka dan kosong adanya jika tidak dipraktekkan, karena hal itu tidak akan membawa kemajuan, manfaat dan perubahan, maka keputusan terakhir tetap berada di tangan diri anda sendiri, apakah anda mau mengikuti, meyakini dan melaksanakannya ? Hanya anda sendiri yang dapat menjawabnya.

Beberapa Prasetya Agung :
1. Amitabha Buddha :
“Siapa yang menyebut nama-Ku dengan penuh sujud, dan bersungguh-sungguh hati ingin terlahir di negeri Buddha-Ku, jika akau tidak dapat menyeberangkannya, maka aku tidak akan menjadi Buddha”. (Maha Sukhavativyuha Sutra)
 
2. Avalokitesvara Bodhisattva :
“Jika terdapat makhluk-makhluk yang menderita kesedihan yang tak tertangguhkan, mereka menyebut nama-Ku, jika aku tidak dapat menolongnya, maka aku tidak mau menjadi Buddha”.
“Jikalau dalam kesukaran, dengan penuh sujud memuja nama-Ku, Aku akan segera memperhatikan suara mereka, maka terbebaslah penderitaanya”. (Saddharma Pundarika Sutra bab XXV).
 
3. Ksitigarbha Bodhisattva :
“Jika neraka belum kosong aku belum mau menjadi Buddha”.
“Jika aku tidak pergi ke neraka untuk menyelamatkan makhluk-makhluk yang berada di sana, siapa yang akan pergi ke sana ?.
“Jika semua makhluk sudah terselamatkan barulah aku mau mencapai kebodhian”. (The Sutra of The Past Vows of the Earth Store Bodhisattva)
 
•  BANGUN TIDUR BERBUAT DAN MATI DI DALAM BUDDHA
Apakah menjadi umat Buddha yang saleh cukup hanya dengan percaya dan melakukan sembahyang (tancap hio) saja ?
Itu sama saja dengan kita mempunyai makanan, memandanginya dan tahu bahwa makanan tersebut dapat mengenyangkan perut serta diperlukan oleh tubuh jasmani, tapi kita tidak melakukan aktifitas makan, lalu apakah kita menjadi kenyang karenanya ? tentu saja tidak kenyang bukan ?
Oleh karena itu, bila kita ingin merubah kondisi hidup kita ke arah yang lebih baik, lebih bahagia dan lebih makmur, tidak cukup hanya dengan yakin, bersembahyang dan mempelajari Buddha Dharma saja. Disamping mengerti dan menghayati Buddha Dharma, kita harus melaksanakannya dalam wujud perbuatan/praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah kunci yang terpenting, tetapi justru paling banyak dilupakan oleh umat manusia itu sendiri. 

Kita mengharapkan kondisi berubah, tetapi kita tidak melakukan aktifitas yang berarti untuk mengubah kondisi tersebut, apakah hanya dengan berharap, merenung, dan berkhayal saja akan terjadi perubahan ? Bukanlah hal ini berarti mengingkari hukum sebab-akibat ? Jika tidak ada sebabnya bagaimana pun akan muncul akibatnya ? Jika tidak ada awal, bagaimana dapat terbentuk akhir ? 

Bukan berarti sembahyang tidak ada manfaatnya. Sembahyang adalah awal dapat disebut menciptakan kondisi atau jodoh. Melaksanakan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari adalah sebab. Dan memperoleh kegembiraan, kesuksesan atau kebahagiaan adalah hasilnya/buah. 

Mulailah aktifitas sehari-hari dengan bangun secara Buddha artinya begitu bangun kita harus sadar dan berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk berdoa memotivasi diri sendiri dengan tekad yang baik, dan bermeditasi dengan menyebut Namo Amitabha Buddha sebanyak 10 kali, setelah itu barulah melakukan kegiatan sehari-hari baik itu makan, membaca, belajar, bekerja dan sebagainya. Lakukanlah dengan penuh kesadaran, selalu ingat kepada perbuatan Buddha, selanjutnya akhirilah aktifitas, timbulkan perasaan menyesal dan bertobat jika membuat kesalahan serta berjanji untuk merobahnya setelah melakukan pujian Namo Amitabha Buddha barulah kita tidur dalam kesadaran Buddha. Untuk dapat melaksanakan hal ini dengan baik, sudah tentu kita harus menerima Trisarana dan belajar meditasi dalam pujian Buddha (masuk agama Buddha). 

Dengan melakukan hal ini secara terus-menerus, maka bila saat kematian tiba, niscaya kondisi kita sudah siap untuk menjalani fase terakhir dalam hidup kita, yakni mati didalam hembusan nafas Buddha, langsung menuju alam Surga Buddha. 

Demikianlah tulisan ini kami akhiri, semoga anda dapat mengambil manfaat dari arti tersirat didalam kata-kata, dan bukannya terpaku pada bentuk suratnya.



Sad Paramita : artinya 6 perbuatan kesempurnaan agung, yaitu (1) kemurahan hati (dana); (2) disiplin moral (sila); (3) kesabaran (ksanti); (4) semangat ketekunan untuk maju (virya); (5) meditasi (dhyana) dan (6) kebijaksanaan (prajna)
 
12 sebab-musabab yang saling bergantungan :
•  Adanya Avidya (kegelapan bathin/ketidak-tahuan) akan menimbulkan Samskara (bentuk-bentuk karma/perbuatan)
•  Adanya Samskara akan menimbulkan Vijnana (kesadaran)
•  Adanya Vijnana akan menimbulkan Namarupa (rohani dan jasmani)
•  Adanya Namarupa akan menimbulkan Sadayatana (6 landasan indra)
•  Adanya Sadayatana akan menimbulkan Sparsa (kontak/sentuhan)
•  Adanya Sparsa akan menimbulkan Vedana (perasaan)
•  Adanya Vedana akan menimbulkan Trisna (kegemaran/kegiuran)
•  Adanya Trisna akan menimbulkan Upadana (kemelekatan)
•  Adanya Upadana akan menimbulkan Bhava (penjelmaan)
•  Adanya Bhava akan menimbulkan Jati (kelahiran)
•  Adanya Jati akan menimbulkan jaramarana (usia tua dan mati)
 
4 Kesunyataan Mulia :
•  Adanya Dukha (derita)/ Dukha Aryasatya
•  Sebab Musabab timbulnya Dukha/Dukha Samudaya Aryasatya
•  Terhentinya Dukha/Dukha Nirodha Aryasatya
•  Jalan untuk menghentikan Dukha/Marga/Dukha Gamini Pratipad Aryasatya
10 perbuatan bajik :
•  Tidak membunuh
•  Tidak mencuri 3 karma dari tubuh
•  Tidak berjinah
•  Tidak berbohong
•  Tidak berkata buruk 4 karma dari mulut
•  Tidak berkata kasar
•  Tidak memfitnah
•  Tidak serakah (lobha)
•  Tidak benci (dosa) 3 karma dari pikiran
•  Tidak bodoh (moha)

Panca Sila adalah sila pokok yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Buddha yang saleh, ke 5 sila ini adalah : (1) dilarang membunuh (2) dilarang mencuri (3) dilarang berjinah (4) dilarang berdusta (5) dilarang kehilangan kesadaran diri/bermabuk-mabukan.
 
Perbuatan buruk adalah 5 karma buruk yang akan menghasilkan akibat langsung digolongkan dalam kategori karma berat, karena jika hal ini dilakukan akan langsung jatuh ke dalam alam neraka. Ke 5 perbuatan ini adalah (1) membunuh ibu atau ayah (2) membunuh guru(3) membunuh seorang arahat(4) memecah belah sangha (5) melukai Sang Buddha
1

 
Blogger Templates