BODHISATTVA
MAITREYA
Nama
ini berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut uraian yang bersifat tradisional,
beliau akan mencapai tingkat ke-Buddhaannya ketika beliau sedang berada di
bawah Pohon Jambudvipa, setelah Hyang Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan
agungnya yang sempurna.
Demikianlah,
kemudian Beliau akan dinamakan BUDDHA MAITREYA. Dikatakan pula, bahwa beliau
akan menggantikan Buddha Sakyamuni, setelah hidup di Surga Tusita untuk keseluruhan
hidupnya. Beliau juga dinamai Bodhisattva yang siap
untuk mengisi posisi yang kosong untuk keseluruhan kehidupan yang ditetapkan
Bodhisattva
Maitreya menjadi tokoh utama di bidang Buddha Dhamma, dan mendiami bagian
dalam istana di Surga Tusita. Sampai 567 juta tahun, Beliau akan turun ke
dunia, dan mencapai ke-Buddhaannya di bawah Pohon Bunga Ular Naga yang tumbuh
di taman bunga.
Kemudian akan ada 3(tiga) Perhimpunan Dharma atau Dewan Dharma
yang akan Beliau bentuk. Dan Dewan-Dewan Dharma itu akan dinamai Tiga Dewan
Dharma di Bawah Pohon Bunga Ular Naga. Menurut kitab suci agama Buddha yang
dinamai Sutra Ekottara-Agama, jumalh dari makhluk - makhluk hidup yang mengalami
penderitaan, yang akan diselamatkan, dapat diseberangkan hingga tiba di Pantai
Nirvana dengan selamat, yang jumlahnya tidak terhitung.
Pada
Dewan Dharma yang pertama, jumlah makhluk yang dapat diselamatkan akan berjumlah
960 juta. Sedangkan pada Dewan Dharma kedua, sebanayk 940 juta. Pada Dewan
Dharma yang ketiga, yang dapat diselamatkan akan berjumlah 920 juta orang.
Selama
periode waktu melaksanakan pembinaan diri menjalankan Jalan ke-Bodhisattva-an-nya
itu, Bodhisattva Maitreya akan melaksanakan cara pembinaan terhadap orang
- orang lain sesuai car Beliau sendiri. Yaitu Beliau tidak menggaris bawahi
pentingnya meditasi, maupun latihan spiritual dengan menyakiti badan dalam
usahanya untuk melenyapkan atau membebaskan diri dari penderitaan. Tetapi
Beliau menggaris bawahi pentingnya pelaksanaan berdana, beramalbhakti, bersemangat
tinggi dalam mengejar kemajuan spiritual, berwatak cinta kasih dan welas asih
serta bersifat bijaksana. Cara pembinaan diri yang dilakukan oleh Bodhisattva
Maitreya ini, berbeda dengan car yang dianut oleh para Sravaka.
Para
Sravaka mengambil cara bertapa brata, menyakiti badannya dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari penderitaan, dan agar memperoleh ijazah atau hak masuk
ke tahap Nirvana.
Bodhisattva
Maitreya secara sengaja membiarkan diri Beliau terkena apa yang dinamakan
illusi (terkena pandanagan yang tidak seperti apa adanya, atau keadaan - keadaan
yan gbersifat tidak sejati), sehingga tetap dapat berada di lingkungan makhluk
- makhluk yang menderita dan dapat menyelamatkannya.
Terdapat
cerita mengenai reinkarnasi dari Bodhisattva tersebut, Di bagian akhir dari
zaman Dynasti Tang, hidup seorang pertapa yang bernama Pu Tai ( yang artinya
orang yang membawa tas terbuat dari kain ), yang telah menyebarluaskan Buddha
Dharma sepanjang hidupnya. Setelah sang pendeta tersebut wafat , Beliau meninggalkan
syair yang berbunyi sebagai berikut : "Maitreya
tetap bersifat Maitreya yang sejati. Dia manifes, mengejawantah, menjelma
ke dunia, menjadi jutaan badan-badan yang telah mengalami perubahan wujud
dari wujudnya yang semula. Sepanjang keseluruhan waktunya , dia telah manifes
di hadapan makhluk-makhluk hidup yang tidak mengenal siapa sebenarnya yang
ada dihadapannya itu".
Umat
BUddha yang mempercayai Sang Pendeta yang telah mencapai Nirvana tersebut,
setelah zaman Dynasti Tang memuja Sang Pendeta sebagai wujud atau diri Bodhisattva
Maitreya yang telah mengambil tubuh yang mengalami perubahan. Kebanyakan lukisan-lukisan
mengenai Bodhisattva Maitreya itu dilukiskan berdasarkan penampakan atau meniru
tubuh Pendeta Pu Tai itu.
No comments:
Post a Comment